Tembi

Makanyuk»KULINER SUASANA DI PAKUALAMAN

07 Jul 2008 09:02:00

Makan yuk ..!

KULINER ‘SUASANA’ DI PAKUALAMAN

Seringkali dalam memilih tempat bersantap, bukan hanya cita rasa yang penting tetapi juga suasana. Di halaman depan Pura Pakualaman yang luas, di sisi utara Jalan Kusumanegara, kita bisa menemukan kedua hal ini, ditambah harga murah meriah.

Di halaman ini terdapat enam warung. Di sisi timur halaman, berderet tiga warung, masing-masing milik Ibu Siti, Pak Harto dan Ibu Marni. Menu di ketiga warung ini bisa dikatakan sama. Makanannya antara lain terdiri dari jadah bakar, kepala ayam, ceker (cakar ayam), usus ayam, roti bakar, dan nasi kucing. Minuman utamanya teh poci dan jahe (termasuk modifikasinya: teh jahe, kopi jahe dan susu jahe). Selain mereka, ada warung belut di depan warung Bu Siti, dan warung ayam goreng di depan warung Bu Marni. Pengunjung bisa duduk lesehan di dalam warung-warung ini, atau memilih ber’outdoor’, duduk di bangku-bangku di depan warung. Lalu di ujung barat lapangan ada angkringan. Di trotoar depan angkringan dan di utara lapangan digelar tikar bagi pengunjung yang inginbersantap beratapkan langit. Di gelaran tikar itu, tampak sejumlah pengunjung asyik mengobrol, dan satu-dua di antaranya sedang tiduran santai.

Suasananya terasa teduh, damai dan nyaman. Udara terasa sejuk. Pohon-pohon beringin besar dengan akar yang menjulur tidak mengesankan keangkeran tapi keteduhan. Cahaya lampu hanya temaram.

Pelopor warung di halaman Pakualaman ini adalah almarhum Pak Mul, yang merintis sejak awal 1980-an. Warung Pak Mul ada di sisi timur pagar, yang kini menjadi deretan toko perlengkapan motor. Tapi lesehannya digelar sepanjang barat pagar, tempat warung-warung yang sekarang ada. Setelah Pak Mul meninggal, warungnya tutup. Kini ada tiga warung di tempat lesehan Pak Mul, yakni warung Pak Harto, yang diapit warung Bu Siti di sebelah utara, dan warung Bu Marni di sebelah selatan. Warung Bu Marni baru buka sekitar empat tahun.

Yang paling lama di antara warung-warung ini sekarang adalah warung Pak Harto, asal Klaten, yang dibuka sejak tahun 1990. Jadi sudah 18 tahun. Sehari-harinya Pak Harto dibantu Pak Agus. Jika Pak Harto libur, warung ini ‘diambilalih’ Pak Agus dan Ponirah, istrinya. Ponirah juga orang Klaten, sedangkan Pak Agus orang Banyuwangi. ‘Diambilalih’ artinya mereka mengeluarkan modal sendiri dan keuntungannya untuk mereka. Dengan modal Rp 150 ribu, kata adik Bu Ponirah, pemasukan kotornya bisa mencapai Rp 400 ribu.

Warung ini, seperti juga warung-warung di sini, buka sejak pukul 17.00 hingga pukul 02.00. Kalau malam Minggu, warungnya bisa buka sampai jam pukul 04.00. Pagi dan siang harinya, warung ini dan dua sebelahnya diisi orang lain dengan menu lontong sayur, soto, baso dan nasi rames.

Malam itu Tembi lesehan di warung Pak Harto. Kebetulan Pak Harto sedang absen sehingga yang memasakdan melayani adalah Pak Agus dan istrinya, dibantu kakak dan adik Bu Ponirah.

Meski yang dihidangkan justru bagian ayam yang biasa disisihkan, yakni kepala, ceker dan usus, jangan anggap remeh hasil olahannya. Tembi, yang biasanya menghindari kepala dan ceker, kali ini ‘kena batunya’. Kepalanya ternyata sangat empuk, saat ditekan merekah dan muncullah otak yang lalu nikmat disesep. Balutan kulit di leher terasa begitu gurih. Cekernya juga empuk dan gurih. Bumbunya –antara lain, bawang, salam, laos, jinten, tumbar-- terasa meresap. Kepala direndam dalam bumbu selama sekitar dua jam, sedangkan ceker selama satu jam. Sebenarnya bisa lebih empuk lagi, tapi menurut mereka, untuk dibakar rasanya jadi kurang mantap. Ususnya tak kalah sedap, disajikan dalam tusukan biting. Kalau hanya memesan satu ditanggung kurang memadai. Menu ini juga cocok disantap bersama nasi kucing, karena lauk nasinya kelewat simpel, sepotong kecil telur dadar.

Ada lagi makanan yang sering dipesan pembeli, yakni jadah bakar, yang terbuat dari ketan dan kelapa. Rasanya gurih. Jadah ini, seperti juga kepala ayam dan ceker, dibakar di atas anglo.

Semua makanan ini serasi ditemani teh poci, teh jahe, kopi jahe maupun susu jahe. Teh poci, yang disajikan kental, disajikan dalam teko tanah liat, atau dalam satu gelas kaleng dan satu gelas kaca. Sajian yang menghangatkan dada dan perut ini bahkan serasi dengan atmosfer sejuk di sana.

Harga makanan dan minumannya sangat terjangkau. Kepala ayam dihargai Rp 2.000, cakar Rp 1.000, usus Rp 1.000, jadah Rp 2.000, nasi kucing Rp 1.000, sedangkan teh poci, teh jahe, kopi jahe dan susu jahe masing-masing dihargai Rp 2.500.

Jika dalam sastra dikenal sajak-sajak suasana, di halaman Pura Pakulaman ini Tembi merasakan kuliner ‘suasana’. Bersantap tidak hanya dengan lidah dan perut tetapi dengan rasa teduh, damai, nyaman dalam atmosfer yang melenakan.

a. barata



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta