Tembi

Makanyuk»KEISTIMEWAAN LELUNG JODOG, BANTUL

05 Nov 2007 06:19:00

Makan yuk ..!

KEISTIMEWAAN LELUNG JODOG, BANTUL

Orang boleh mengatakan bahwa Thengkleng adalah makanankhas dari Solo (Surakarta). Namun kesejarahan jenis makananini tidak pernah diketahui dengan jelas. Maklum orang kita memang tidak pernah mengurusi soal hak paten. Lain dengan orang-orang Barat misalnya, segala sesuatu yang dianggap sebagai karya pribadi hampir selalu dipatent-kan.

Thengkleng adalah jenis makanan yang bahan bakunya berupa balungan (tulang-tulang) kambing/domba yang masih ada sisa dagingnya sedikit. Tulang-tulang ini biasanya meliputi tulang rusuk (iga), punggung, ekor, kaki, dan leher.

Thengkleng bagi masyarakat Yogyakarta dikenal juga dengan nama Lelung (Gulai Balung). Hal ini tidak lain karena Thengkleng memang merupakan jenis masakan serupa dengan Gulai tetapi kuahnya lebih encer. Jika Gulai kebanyakan berbahan baku jerohan, maka Lelung berbahan baku tulang.

Satu tempat di Yogyakarta yang terkenal akan sajian Lelung-nya adalah di kawasan Jodog, Palbapang, Bantul. Warung Lelung Jodog ini milik Bapak Wardoyo yang dikelola bersama istrinya, Mujirah. Mereka sudah memulai usaha Warung Lelung ini sejak sekitar 13-an tahun yang lampau. Jadi, untuk urusan masak-memasak tulang kambing, mereka sudah ahli.

Menurut mereka, memang ada bumbu-bumbu khusus yang menjadi andalan bagi Bp. Wardoyo dan Ibu Mujirah dalam memasak Lelung ini. Di samping tentu saja, bumbu gulai yang sudah umum. Tidak sembarang orang boleh mengetahui bumbu atau resep khusus ini. Hal inilah yangmenjadi salah satu sebab mengapa Lelung hasil olahan mereka terasa nikmat dan daging yang melekati tulangnya begitu empuk serta mudah dikelupas. Kecuali itu bau prengus atau amis khas daging kambing juga tidak lagi terasa.

Mereka mengakui bahwa semua tulang-tulang sebagai bahan Lelung itu dimasak berjam-jam sehingga cukup menghabiskan banyak bahan bakar. Akan tetapi hal itu ditempuh juga demi mencapai kesempurnaan olahan masakan mereka. Tidak aneh jika tulang-tulang rawan dari Lelung itu juga mudah dikunyah dan terasa kriuk-kriuk (crispy).

Sajian lelung akan terasa lebih nikmat jika disertai nasi putih hangat dan lalapan seperti kubis, cabai rawit muda, tomat, ketimun, atau bawang merah mentah. Orang Jawabilang bahwa Lelung yang dijual di Jodog ini nyampleng rasanya. Lebih-lebih lagi jika ditambah dengan minuman teh kental dengan pemanis gula batu.

Dalam kesehariannya Bapak Wardoyo dan istrinya biasa menghabiskan 30-an kilogram tulang kambing untuk memasak Lelung. Jika di hari libur hal itu bisa lebih banyak lagi. Lebih-lebih jika hari libur Lebaran atau Natal. Pada hari-hari semacam itu biasanya banyak orang berusaha menyempatkan diri untuk mampir di Warung Lelung Jodog ini bersama keluarga atau handai taulannya.

Setelah gempa Jogja 26 Mei 2007, Warung Lelung Jodog ini justru berkembang menjadi dua tempat. Satu di Jalan Raya Srandakan 1 yang lainnnya lagi (warung lama) masih di pojok pertigaan Jalan Raya Srandakan-jalan ke Makam Sewu.

Jika Anda sedang berada di Jogja, tidak ada salahnya Anda mencicipi keistimewaan Lelung Jodog yang disajikan a la warung kampung. Namun rasanya, dijamin bisa membuat Anda terlena. Mak nyuss, tenan !

Teks dan Foto: Sartono



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta