Tahu Tek Surabaya
Bagi orang Surabaya, menu tahu tek bukan lagi hal yang asing. Setidaknya seperti lotek di Yogya, yang bagi orang Yogya sangat biasa, bahkan keseharian. Tapi tahu tek berbeda dengan lotek, bahkan juga tidak sama dengan tahu guling atau tahu kecap, apalagi gado-gado. Yang khas dari tahu tek adalah bumbunya dari petis. Rasanya khas Surabaya. Kalau gado-gado atau lotek, bumbunya dari kacang.
Kapan datang ke Surabaya, seyogyanya tidak melupakan tahu tek. Setidaknya meluangkan waktu untuk menikmati tahu tek. ‘Kuliner Tembi’ beberapa waktu lalu, ketika ke Surabaya, menyempatkan diri mampir di warung tahu tek di Pucanganom. Malam hari sekitar pukul 18.30, ‘Kuliner Tembi’ memesan satu piring tahu tek, dan baru pertama kali menikmati tahu tek, padahal sudah berulangkali ke Surabaya, tetapi sekalipun belum menyempatkan diri menikmati tahu tek.
Hebatnya, pada malam hari tahu tek masih ada. Berbeda dengan lotek dang ado-gado, atau tahu campur, kebanayakan hanya sampao sore hari. Hampir-hampir, tak ada warung lotek dang ado-gado yang buka pada malam hari. Tapi tahu tek, malam hari masih ada dan berdekatan dengan warung sate ayam dan bakmi Jawa.
Satu piring tahu tek terdiri dari tahu, lontong, petis, telor goreng dan krupuk. Untuk menikmatinya, semuanya diaduk agar petisnya larut dan menyatu dengan semuanya. Bahkan kerupuknya ikut ‘dilumat’ bersama dengan petis sehingga tidak lagi kelihatan sebagai kerupuk. Pada saat petis sudah menyatu, barulah kita santap perlahan tahu tek itu, rasa enak akan segera ditemukan.
Orang Yogya, yang terbiasa ke Surabaya dan senang dengan tahu tek, biasanya akan menikmati tahu tek sebelum pulang. Satu piring tahu tek, sudah bia mengobati rasa kangen akan makanan yang ada di Surabaya tersebut
“Kuliner Tembi’, sengaja mendatangi warung tahu tek, sambil sekaligus berangkat ke terminal hendak menuju Yogya. Jadi, beberapa jam sebelum naik bus malam, manyapa tahu tek dulu. Ya, tahu tek, rasanya memang beda dengan gado-gado, apalagi lotek. Anggap saja sebagai ucapan selamat tinggal untuk Surabaya, yang kelak akan kita tengok lagi.
Petis sebagai bumbu tahu tek yang memberi rasa enak pada menu makanan itu. Rasanya seperti halnya gado-gado, tahu tek bukan jenis makanan yang membuat kenyang, tetapi bukan jenis makan nyemilan. Setidaknya, satu lontong yang ada di tahu tek, memang bukan untuk memberi kenyang, melainkan untuk makanan ‘antara’, agar bisa menerima makanan besar, atau bisa menikmati makanan besar. Atau setidaknya, bagi yang ingin makan, tetapi tidak memerlukan kenyang, agaknya tahu tek jawabannya.
Tahu, sebenarnya sudah merupakan lauk. Tetapi rupanya, pada tahu tek tidak bisa dipisah-pisahkan. Semuanya: tahu, lontong, telor goreng, kerupuk dan petis adalah satu kesatuan yang disebut sebagai tahu tek. Agaknya, semua ‘komponen makanan’ tahu tek, muara rasanya ada pada petis. Jadi, tahu tek tidak ada artinya dengan petis.
Sebut saja, tahu tek sebagai jenis makanan ringan, bukan masuk dalam kategori makanan ringan pada umumnya, seperti gorengan dan sejenisnya. Makanan ringan dalam konteks ini adalah menu makanan yang tidak membuat kenyang, dan bisa ‘mengobati’ rasa lapar.
Ya, tahu tek, jenis menu yang berbeda dari gado-gado, meski beberapa bahannya ada yang sama, setidaknya pada lontong, tetapi petis memberikan rasa yang berbeda dari tahu tek Surabaya, yang barangkali di daerah lain namanya tidak sama.
Untuk merasakannya, ada baiknya, kalau kebetulan ke Surabaya mencoba tahu tek.
Makan yuk ..!
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
Perjuangan The Dance Company untuk anak Indonesia(12/12) - Burisrawa(14/10)
- TANAMAN HIAS DI RUAS-RUAS JALAN KOTA JOGJA(01/01)
- 10 Januari 2011, Kuliner - SAYUR LODEH, SAMBAL DAN BACEMAN(10/01)
- Budaya Spiritual Petilasan Parangkusumo dan Sekitarnya(01/09)
- Para Guru Besar Baca Puisi Di Tembi(01/06)
- Bisma (3) Menjadi Putra Mahkota(12/01)
- MENGENAL DARI DEKAT MUSEUM SAMPOERNA SURABAYA(24/03)
- KEMATIAN DALAM PANDANGAN HIDUP ORANG JAWA(18/02)
- Jejak Pangan. Sejarah, Silang Budaya dan Masa Depan(09/09)