Tembi

Bale-dokumentasi-resensi-buku»Budaya Spiritual Petilasan Parangkusumo dan Sekitarnya

01 Sep 2004 05:27:00

Perpustakaan

Judul : Budaya Spiritual Petilasan Parangkusumo dan Sekitarnya
Penulis : Drs. Gatut Murniatmo, dkk
Penerbit : Jarahnitra, 2003, Yogyakarta
Tebal : v + 66
Isi :

Manusia pada dasarnya ingin memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani. Melalui cara-cara spiritual manusia berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan. Ini adalah laku manusia yang disebut panembah yaitu berbakti kepada Tuhan yang dilakukan secara khusus.

Ada suatu anggapan bahwa di tempat keramat bersemayam tokoh leluhur yang dahulu melakukan panembah. Tokoh ini diakui memiliki karisma dan dimitoskan, oleh pendukungnya dijadikan panutan. Di tempat-tempat inilah yang kemudian dijadikan tempat ziarah bila seseorang hendak melakukan laku spiritual. Tempat itu bisa berupa pura, pundhen, petilasan, pertapaan atau makam leluhur. Sebagai contoh adalah Petilasan Parangkusumo, makam Syech Belabelu dan makam Syech Maulana Maghribi. Ketiga tempat ini terletak di desa Parangtritis, kecamatan Kretek, kabupaten Bantul Yogyakarta. Untuk ke sana sangat mudah karena jalan sudah diaspal dan ada jalur bis dari terminal Yogyakarta.

Parangkusumo adalah petilasan batu gilang yang dulu digunakan untuk pertemuan Panembahan Senopati dan Ratu Kidul penguasa pantai selatan. Syeh Belabelu adalah keluarga kerajaan Majapahit yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Akhirnya sampai di daerah Pemancingan Parangtritis, dan ketika meninggal dimakamkan di sana. Syech Maulana Maghribi adalah pedagang dan penyebar agama Islam dari Arab yang berkelana dari satu negara ke negara lain. Akhirnya sampai di Pemancingan Parangtritis, meninggal dan dimakamkan di sana.

Peziarah yang berdatangan ke Petilasan Parangkusuma, makam Syech Belabelu, makam Syech Maulana Maghribi tidak hanya dari wilayah Yogyakartatetapi juga dari luar Yogyakarta bahkan luar Jawa. Mereka datang sendiri-sendiri atau berombongan dengan membawa tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda. Hari yang dianggap baik untuk berziarah adalah malam Selasa Kliwon atau malam Jumat Kliwon dan 1 Syuro (hari dan tahun Jawa).

Peziarah yang datang ke Petilasan Parangkusumo biasanya mempunyai niat dan keinginan yang mantap lahir batin, dengan laku spiritual di sana mereka berharap apa yang diminta akan cepat terkabul. Di Petilasan Parangkusumo peziarah pada umumnya memohon tentang kenaikan pangkat, derajat dan kewibawaan atau kaprajan kalau orang Jawa menyebutnya. Ini meniru laku Panembahan Senopati yang gigih dan tabah bersemedi di sana memohon pada Tuhan agar keinginannya menjadi raja Mataram terkabul. Dan memang terkabul "berkat bantuan" Ratu Kidul. Hubungan antara kraton Mataram dan keturunannya dengan Ratu Kidul sampai saat ini masih berlanjut. Hal ini bisa dilihat dari upacara yang dilakukan pihak kraton misalnya labuhan yang dalam buku ini diuraikan secara jelas. Bagi petani yang berziarah di sini tentunya berharap hasil panenannya bagus serta bebas hama. Bagi pedagang agar dagangannya laris dan tidak merugi, bagi penganggur agar segera bekerja. Ada pula yang berziarah tidak mengharapkan hal-hal duniawi, tetapi berharap agar hidup lebih tentram dan damai (semelah, bahasa Jawa).

Peziarah di makam Syech Belabelu kebanyakan petani dengan permohonan agar hasil panenan bagus. Bagi pedagang agar dagangannya laris. Agak berbeda dengan peziarah di makam Syech Maulana Maghribi. Peziarah di makam Syech Maulana Maghribi bertujuan meningkatkan pengetahuan agama Islam dan meneladan sikap syech tersebut. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau banyak santri yang berziarah ke sini. Terkait dengan motivasi peziarah mereka percaya dan meyakini bahwa tempat-tempat itu sakral sehingga cocok untuk laku prihatin, semadi, tapa atau tirakat.

Biasanya orang berziarah ke tempat-tempat peziarahan karena mempunyai maksud untuk memperoleh hidup yang lebih baik secara materi maupun rohani. Untuk itu mereka melakukan suatu laku agar dekat dengan Tuhan dan terkabul keinginannya. Dalam budaya Jawadilakukan melalui sembah atau panembah. Panembah adalah sikap hormat secara khusus kepada Tuhan. Panembah dilakukan manusia dalam menjalin hubungan dirinya dengan Tuhannya, dengan segenap aspek jasmani dan rohani. Menurut ajaran Mangunegara IV ada empat sembah yaitu sembah raga, cipta, jiwa dan rasa.

Sembah raga menyembah Tuhan dengan mengutamakan gerak laku badaniah atau amal perbuatan yang bersifat khusus. Sembah cipta atau sembah kalbu, menyembah Tuhan dengan mengutamakan peranan kalbu. Sembah jiwa lebih mengutamakan peran jiwa sehingga lebih halus dan mendalam. Sembah rasa, didasarkan rasa semata, sembah yang dihayati dengan merasakan inti dari kehidupan mkhluk semesta alam atau olah batin inti ruh. Dalam tataran sembah rasa manusia akan memasuki suasana tenang, hening dan jernih dalam batinnya. Pada saat inilah manusia dekat dengan Tuhan dan saat itu pulalah wahyu atau wisik (petunjuk dari Tuhan) diperoleh. Hal inilah yang perlu dilakukan para peziarah di tiga tempat tersebut agar terkabul keinginannya.

Di Petilasan Parangkusumo, makam Syech Belabelu, dan makam Syech Maulana Mghribi peziarah yang mempunyai keinginan biasanya menyampaikan kepada juru kunci dan juru kunci inilah yang nanti akan memohonkan. Juru kunci ini adalah abdi dalem kraton Yogyakartayang bertugas bergantian.

Di ketiga tempat tersebut pada saat-saat tertentu (biasanya sesudah panen) masyarakat sekitar mengadakan upacara tradisi dengan membuat sesaji atau bersih desa sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan.



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta