Bisma (3)
Menjadi Putra Mahkota
Bagi Sentanu Sungai Gangga adalah sungai yang menjadi saksi pertemuan dan perpisahannya dengan istri yang begitu dicintanya, Ganggawati. Di dalam hening, Prabu Sentanu menggelar ruangan hati untuk menyambut kehadiran pujaan hati yang telah lama meninggalkan dirinya.
Tokoh Bisma memakai jubah pendeta, wayang kulit buatan Kaligesing Pueworejo,
koleksi Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Dewabrata tidak menyalahkan Prabu Sentanu ayahnya, yang mengingkari janji sehingga menegur perbuatan istrinya. Sendainya hal tersebut menimpa dirinya, tentunya ia akan bersikap seperti ayahnya, bahkan lehih cepat bertindak. Suami mana yang tahan berdiam diri, melihat istrinya membuang bayi yang dilahirkannya berulang-ulang hingga hitungan ke delapan, kecuali Prabu Sentanu. Diam-diam Dewabrata kagum kepada ayahnya, sosok raja Hastina yang bijaksana, panjang sabar dan penuh welas-asih.
“Ah seandainya saja Ibunda Ganggawati ada bersama kami, tentunya kebahagiaan Ramanda Prabu menjadi penuh,” begitu kata batin Dewabrata. Walaupun Dewabrata merasakan betapa dalam kerinduannya akan sosok seorang ibu, ia merasakan betapa lebih dalamnya kerinduan Ramanda Prabu kepada Ibunda Dewi. Jikapun ada dan bisa, dengan cara apa Ibunda Dewi dapat dihadirkan di tempat ini, walau sekejap, tentunya akan mengurangi beban rindu yang lama menindih di dasar hati bapak dan anak tersebut.
Dewabrata tumbuh menjadi pemuda yang penuh hormat dan patuh kepada orang tua, mempunyai semangat tinggi dalam hal belajar, tanggap cerdas dan lantip. Selain belajar memanah dan ketrampilan memainkan aneka jenis senjata perang, Dewabrata juga belajar ilmu pertanian, ilmu ekonomi dan ilmu tata negara. Ramaparasu, sosok resi yang ahli memanah, adalah salah satu dari sekian banyak guru Dewabrata.
Sebagai anak tunggal laki-laki dari seorang raja besar, sudah selayaknyalah bahwa Dewabrata bakal mewarisi negara dan tahta Hastinapura. Prabu Sentanu dan seluruh rakyat Hastina menaruh masa depan Hastina di atas pundak Dewabrata. Ketika tiba waktunya, kematangan diri dimiliki, Dewabrata diwisuda menjadi putra mahkota, seluruh rakyat Hastina berpestapora mengelu-elukan sang putra mahkota.
Semenjak itu, Dewabrata diberi kepercayaan menjalankan beberapa tugas penting kenegaraan. Dengan demikian sesekali Prabu Sentanu mempunyai waktu luang untuk dirinya sendiri. Ia sering bercengkerama di Sungai Gangga, tanpa pengawal, dan kehadiran orang lain. Bagi Sentanu Sungai Gangga adalah sungai yang menjadi saksi pertemuan dan perpisahannya dengan istri yang begitu dicintanya, Ganggawati. Di dalam hening, Prabu Sentanu menggelar ruangan hati untuk menyambut kehadiran pujaan hati yang telah lama meninggalkan dirinya.
Namun apa yang diharapkan, tidak pernah akan terjadi. Ganggawati telah pergi untuk selama-lamanya. Ia menjelma kembali menjadi bidadari setelah terbebas dari kutukannya, dengan melahirkan Dewabrata. Sang Dewi tidak mungkin lagi bersatu dengan manusia Sentanu juga dengan anak yang dilahirkannya, Dewabrata.
Herjaka HS
Artikel Lainnya :
- HANYA ADA MENU PIG DI PIG RESTO(23/05)
- PENOBATAN SULTAN HAMENGKU BUWANA IX TAHUN 1940(21/06)
- TAMANSARI TAHUN 1881 DAN TAMANSARI TAHUN 2001(17/10)
- Menikmati Warisan Budaya di Yogyakarta(18/03)
- Jembatan Gondolayu(23/07)
- EGRANG BATHOK(12/05)
- Pameran Wayang Bentara Budaya Mengenal Jati Diri Bangsa(05/08)
- Sing Sabar Bakal Subur(31/07)
- Weekend Yuk ke Yogyakarta!(05/05)
- 9 Nopember 2010, Bothekan - CUPLAK ANDHENG-ANDHENG ORA PERNAH PANGGONANE BECIK DISINGKIRAKE(09/11)