Jembatan Gondolayu
Kita tahu, di Yogya ada beberapa sungai yang membelah kota Yogya, salah satunya sungai Code. Dari beberapa jembatan untuk menghubungkan dari satu kaawasan disebelah barat dan timur sungai code, dibuat jembatan. Salah satunya yang dikenal adalah jembatan Gondolayu, karena terletak di kampung Gondolayu. Kini dikenal, atau sering disebut sebagai jembatan Sudirman, karena di atas jembatan Gondolayu melintas jalan utama yang diberi nama jalan Jendral Sudirman. Karena yang lebih akrab menyebut nama jembatan Gondolayu, maka pada tulisan ini, dan juga judulnya ditulis ‘Jembatan Gondolayu’.
Tidak seperti tahun-tahun lalu, setidaknya 20 atau 30 tahun lewat. Pada ketika itu, Jembatan Gondolayu, bisa dikatakan tak ada yang bermain-main di Jembatan. Sungguh, ketika itu jembatan Gondolayu lebih sebagai penghubung wilayah Barat dan wilayah Timur sungai Code. Belum lagi, dibawah jembatan ada orang tinggal. Orang yang tidak memiliki rumah dan mengambil bawah jembatan sebagai tempat tinggal. Jadi, rumahnya di kolong jemabatan Gondolayu. Dalam suasana jembatan Gondolayu yang sepi, berita berbedar: ada orang bunuh diri dengan melompat dari atas jembatan Gondolayu.
Tapi, jembatan Gondolayu sekarang, seiring padatnya lalu lintas di Yogya, tidak lagi sepi. Lokasi ini seperti telah menjadi ruang publik. Siapa saja bisa mangkal sambil berbincang dengan temannya. Bahkan, tidak jarang ada muda-mudi bercengkerama di jembatan ini. Setiap malam, selalu saja ada orang yang nongkrong di trotoar jembatan ini. Apalagi ketika hari libur, Sabtu malam misalnya, anak-anak muda ‘memadati’ trotoar jembatan Gondolayu. Sepeda motor di parkir di depan trotoar jembatan, dan pemilik kendaraan duduk lesehan di dekat sepeda motor. Dokumentasi dari ‘lesehan’ di jembatan Gondolayu, mudah dilakukan karena telah tersedia kamera digital: Orang yang nongkrong di jembatan biasanya mengabadikannya dengan kamera digital.
Karena ruang publik di kota Yogya tidak banyak, atau bahkan bisa dikatakan tidak ada, warga masyarakat memaknai ‘ruang yang kosong’ sebagai ruang publik dan warga melakukan interaksi sosial di ruang itu. Jembatan Gondolayu hanyalah salah satu ‘ruang’ yang dimaknai oleh warga mayarakat sebagai ruang publik, dan masing-masing orang bisa salinng berinterksi.
Kamis malam (19/7) lalu, dan hari-hari sebelumnya, saya selalu melewati jembatan Gondolayu, dan selalu, lagi-lagi selalu, melihat orang pada bercengkrama di trotoar jembatan. Ada yang duduk di trotoar jembatan dan pundaknya bersendehan di dinding jembatan. Ada yang duduk di bibir trotoar dan kakinya dijulurkan di jalan aspal. Ruang trotoar jembatan Gondolayu, sebelah utara dan sebelah selatan, dipakai untuk berinterkasi sekaligus bercengkrama.
Di jembatan ini pula, ketika gunung Merapi melakukan erupsi, orang-orang bisa melihat lelehan api/larva dari kejauhan. Karena, jika langit cerah, gunung Merapi bisa dilihat dari atas jembatang Gondolayu. Dari kejauhan, orang bisa melihat keindahan gunung Merapi.
Dari beberapa jembatan yang dibangun di atas sungai Code, seperti jembatan Sayidan, jembatan Tungkak, hanya jembatan Gondolayu yang dipakai untuk nongkrong. Jembatan yang belum lama dibuka dan dipakai untuk menghubungkan dari jalan Kleringan Abubakar Ali menuju Kotabaru, terlihat mulai dipakai untuk nongkrong. Mungkin, jembatan Gondolayu dianggap strategis untuk nongkrong, dan lokasinya tidak jauh dari Tugu, bahkan hanya beberapa ratus meter, yang barangkali ‘menarik’ bagi orang untuk nongkrong. Selain itu, dari jembatan Gondolayu orang bisa melihat kejauhan, khususnya kearah utara dan bisa melihat gunung Merapi.
Kota Yogya memang membutuhkan ruang publik. Apalagi, banyak orang dari daerah lain sering berkunjung ke Yogya. Kalau tak tersedia ruang publik, bisa menggunakan ‘ruang kosong’ meski kecil, seperti jembatan Gondolayu sebagai ruang publik. Siapa saja bisa melakukan interkasi sosial di ruang ini. Di tempat ini pula, orang bisa mengabadikan dirinya menggunakan kamera digital. Dalam kata lain, jembatan Gondolayu, sebut saja, sebagai ruang interaksi sosial sekaligus sebagai obyek fotografi. Kita mudah menemukan foto jembatan Gondolayu dengan browsing di internet. Ini artinya, jembatan Gondolayu telah ‘tersebar’ ke ruang yang lebih luas.
Jembatan Gondolayu, seperti telah memiliki kisahnya sendiri.
Ons Untoro
Foto-foto browsing dari google
Artikel Lainnya :
- Luweng(27/11)
- Daftar judul buku(18/12)
- 9 Februari 2011, Yogya-mu - KAPAL OTHOK-OTHOK HANYA BISA DITEMUKAN DI SEKATENAN(09/02)
- TURNAMEN BULUTANGKIS MONJALI 2011 ANTAR MUSEUM SE-DIY KEMBALI DIGELAR(22/06)
- 26 Februari 2011, Denmas Bekel(26/02)
- Coboy Junior Capai Sukses Dalam Waktu Singkat(04/10)
- MUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA(04/02)
- TONIL KETOPRAK TOBONG PADA MASA LALU(14/04)
- Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta(01/09)
- DOLANAN POT(16/08)