MUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA (3):
Surat Ultimatum Sekutu Tidak Digubris Arek-Arek Surabaya

MUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA (3)Setelah Anda membeli tiket, maka bisa langsung menuju ruang pamer bawah yang berada di lantai dasar. Pengunjung harus berjalan menurun hingga sampai akhirnya sampai ke ruang bawah I. Di dinding ruangan ini terdapat nama-nama tokoh dan organisasi yang terlibat dalam pertempuran Sepuluh Nopember 1945. Kemudian dilanjutkan ke ruang bawah II atau disebut ruang hening. Letaknya persis di sisi tengah ruangan. Di sini, pengunjung bisa melihat sekelompok gugus patung berjumlah 10 yang menggambarkan figur para pejuang saat mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Di satu sisi bagian lain, penonton bisa melihat diorama gugus patung para pejuang dari unsur militer, organisasi rakyat, Palang Merah, maupun dapur umum yang berada di suatu markas. MerekMUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA (3)a sedang mendengarkan pidato Bung Tomo yang berapi-api pada tanggal 9 November 1945 lalu. Di ruangan ini juga dipamerkan koleksi bambu runcing, foto, lukisan, dan diorama elektronik. Untuk memberi pemahaman terhadap pengunjung tentang perjuangan, di ruangan ini juga ada sebuah tempat untuk memutar film-film perjuangan. Seperti ketika Tembi berkunjung ke museum ini, sekelompok anak dari SDN Dukuh Menanggal I Surabaya sedang asyik menonton film yang diputarkan oleh pengelola museum. Mereka sangat senang melihat film dokumenter ini. Setidaknya kehadiran film ini bisa menggugah rasa nasionalisme anak-anak generasi penerus bangsa.

UsaiMUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA (3) melihat-lihat koleksi perjuangan di lantai dasar, pengunjung bisa melanjutkan melihat-lihat koleksi yang berada di lantai atas. Di lantai atas, pengunjung bisa melihat koleksi foto-foto dalam vitrin, seperti peta serangan balik tentara Raden Wijaya mengusir tentara Tar Tar (vitrin I), perlawanan rakyat Surabaya terhadap Tentara Sekutu (Vitrin II), pendaratan tentara Sekutu dan kedatangan AWS Mallaby (Vitrin III).

Selain itu, juga ada prasasti peletakan batu pertama Tugu Pahlawan dan Piagam peletakan batu pertama Tugu Pahlawan dalam vitrin IV. Berbagai senjata perang kemerdekaan juga dipamerkan, seperti Karaben LE Kirof No. 5 MK V, Pistol Vikers M.11 Parabeleum Kal. 9 mm, dan lainnya. Tidak kurang dari 50 jenis senjata yang dipaMUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA (3)merkan di lantai atas.

Pengunjung juga bisa melihat koleksi radio yang merupakan sumbangan dari keluarga Bung Tomo. Radio ini pada zamannya sangat berperanan penting untuk menyebarkanluaskan informasi dan membangkitkan semangat arek-arek Surabaya. Radio tersebut pada awalnya merupakan pemberian dari rakyat Tanah Abang Jakarta kepada Bung Tomo.

Ada juga koleksi yang dipamerkan di Diorama Statis di ruangan atas ini. Diorama-diorama itu menggambarkan: 1. Pembentukan KNI Daerah Surabaya (25—27 Agustus 1945), 2. Pembentukan BKR dan Laskar-Laskar Perjuangan (4 September 1945), 3. Insiden Bendera di Hotel Yamato (19 September 1945, 4. Penyerbuan Markas Kempetai (Polisi Militer Jepang) pada 1MUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA (3) Oktober 1945. Masih ada beberapa koleksi yang dipamerkan di Diorama Statis II, misalnya Ekspedisi ke pulau Nyamukan, Pertempuran Tiga Hari, Perundingan Soekarno—Hawthon, dan Penolakan Arek-Arek Surabaya terhadap Ultimatum Sekutu.

Kaitannya dengan Penolakan Arek-Arek Surabaya terhadap Ultimatum Sekutu (Inggris), di Museum 10 Nopember Surabaya, masih tersimpan surat ultimatum tersebut dalam bahasa Inggris dan terjemahan dalam bahasa Indonesia. Surat itu muncul agar semua pimpinan pemerintahan, pemuda dan badan perjuangan di Surabaya untuk menyerahkan diri dan menyerahkan semua senjata yang dimilikinya. Penyebab lainnya, karena Brigjend AWS. Mallaby terbunuh di depan gedung Internatio pada 30 Oktober 1945 pukul 20.30 WIB. Batas waktu surat ultimatum tersebut hingga tanggal 10 November 1945 jam 18.00 WIBMUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA (3). Namun surat ultimatum yang dikeluarkan Mayor Jenderal EC. Mansergh itu ditolaknya, sehingga pecah perang pada tanggal 10 November 1945 yang sangat terkenal di Surabaya itu.

Begitulah koleksi-koleksi yang dipamerkan di Museum Sepuluh Nopember Surabaya yang bisa dilihat dan diapresiasi oleh pengunjung. Tentu harapannya, semua pengunjung yang datang ke museum ini bisa mengambil nilai-nilai perjuangan bangsa di masa lalu.

Museum juga dilengkapi dengan fasilitas lainnya, seperti toko souvenir, parkir yang luas, toilet, musholla, dan lainnya. Museum buka setiap hari Senin—Kamis (jam 08.00—15.00), hari Jumat (08.00—14.30), dan Minggu (jam 07.00—13.00). Hari Sabtu dan Libur Nasional, museum tutup.

Suwandi

Sumber: Leaflet dan Buku Panduan “Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember Surabaya” tahun 2007, penerbit Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkot Surabaya; serta kunjungan lapangan

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta