Saat Wisatawan Kota Masuk Pasar Tradisional
Menginjak pukul 10.00 pagi, hari Senin (11/6) lalu, para pedagang Pasar Kepek, Bantul dibuat terheran-heran saat ada satu rombongan wisatawan berkulit kuning bersih masuk pasar tradisional. Mereka berjumlah sekitar 35 orang yang berjalan tergesa-gesa secara berombongan. Satu rombongan kecil biasanya terdiri dari bapak, ibu, dan anak-anak. Sesampainya di dalam pasar mereka segera menyebar. Ada yang segera membeli kelapa, cabe, taoge, dan lain-lain.
”Bu, satu kelapa ini harganya berapa ya Bu?” Tanya seorang Bapak peserta Fun Cooking Race yang ternyata bernama Hari Yulianto kepada seorang ibu pedagang kelapa. ”Menika reginipun tigang ewu Pak!”. Tanpa sadar ia menjawab dengan bahasa Jawa halus. Lalu disahut, ”Tigang ewu itu berapa?” Ibu pedagang tadi segera menjawab kembali , ”Tiga Ribu Rupiah.” Ia menawar, ”Dua Ribu ya Bu?” Dijawab, ”Belum boleh”. Setelah tawar-menawar cukup lama, akhirnya terjadi kesepakatan harga Rp 2.500. Setelah menyerahkan uang itu, Pak Hari, meminta kepada ibu penjual kelapa tadi untuk mengupas kulitnya. Setelah itu kelapa 1 buah diserahkan ke Pak Hari. Lalu Pak Hari segera bergegas mencari bahan-bahan lain sesuai daftar belanjaan.
Kelompok kecil lainnya, juga tidak kalah seru. Karena waktunya belanja dibatasi hanya 30 menit dan uang belanjaan dibatasi Rp 50.000 setiap kelompok, maka masing-masing kelompok harus bisa mengatur strategi menawar dan hemat waktu belanja. Jelas, pengalaman pertama kali berbelanja ke pasar tradisional ini membuat kesan yang mendalam bagi sebagian peserta kegiatan budaya yang diselenggarakan oleh Tembi Rumah Budaya. Seperti yang dikisahkan oleh Ibu Fatima kepada kru Tembi, ”Wah ini pengalaman pertama kali saya dan keluarga saya ke pasar tradisional. Harus pakai menawar lah, kalau ingin murah.” Demikian akunya. ”Bahkan saya selama ini belum pernah lihat mana yang namanya kencur atau sunthi (bumbu dapur)”. Demikian polosnya.
Itulah kegiatan budaya yang dikemas oleh Tembi Rumah Budaya untuk para wisatawan yang berkunjung ke Tembi Rumah Budaya dalam rangka kegiatan budaya. Para wisatawan diajak langsung berbelanja ala tradisional, dengan cara tawar-menawar barang. Mungkin kelihatan sepele, tetapi bagi mereka yang belum pernah sama sekali melakukan, tentu akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan, apalagi bagi wisatawan yang hidupnya di kota besar, seperti Jakarta.
Kegiatan berbelanja ke pasar adalah satu rangkaian program dari kegiatan memasak di Tembi. Usai dari pasar, nantinya mereka juga akan melakukan kegiatan memasak sendiri bersama keluarganya.
Waktu 30 menit telah usai. Semua rombongan telah mendapatkan bahan-bahan resep sesuai daftar belanjaan. Semua puas, ternyata bisa melakukan sendiri bersama keluarganya masing-masing. Ada satu rombongan yang menyisakan uang Rp 10.000, dan 11.000. Sisa uang terbanyak mendapatkan juara, yakni keluarga Bp Peter, yang menyisakan uang belanjaan Rp 12.000. Setelah foto bersama di depan pintu masuk pasar, mereka segera kembali ke Tembi untuk mengikuti demo memasak makanan tradisional, seperti: caranggesing, urap jantung pisang, dan asem-asem tombro.
Setiap kelompok kecil, segera menyiapkan bahan-bahan, bumbu-bumbu dan mengolahnya. Pertama mereka menyiapkan bahan dan bumbu makanan caranggesing. Kemudian disusul memasak urap jantung pisang, dan asem-asem tombo. Setiap keluarga mendapatkan satu tempat memasak. Kelihatan sekali, mereka sangat kompak. Ada yang mengiris bumbu, memotong pisang dan roti, memasak jantung pisang dan sebagainya. Terlihat sebagian canggung mengupasnya. Begitu pula dengan yang mengukur kelapa. Sebagian terlihat cangguh cara membungkus caranggesing dengan daun pisang. Tetapi di balik semua itu, terlihat kekompakan mereka dan rasa puas, dapat praktik memasak sendiri.
Selesai memasak, hasil masakan dibawa ke warung dhahar Pulo Segaran, untuk kemudian dinilai dan dimakan bersama. ”Hem, ternyata enak juga masakan kita ya!”, celutuk keluarga John, sambil melahap masakan hasil jerih payahnya.
Itulah serunya berpetualang belanja ke pasar tradisional dan memasak masakan tradisional di Tembi. Anda juga bisa melakukannya, ditunggu!
Suwandi
Artikel Lainnya :
- Konser Kaki Langit Jubing Kristianto Dan Kolaborasi Apik(08/03)
- DAFTAR BUKU PERPUSTAKAAN RUMAH BUDAYA Tembi(02/09)
- JAMBU KLUTHUK SELARONG RIWAYATMU KINI(10/08)
- Hari Pendidikan dan May Day(07/05)
- UTOPIA ANAK-ANAK MUDA DARI EDUARDO GALEANO(29/11)
- Samba(19/10)
- Apresiasi Kehidupan dari Pendapa dan Amphitheatre Tembi(29/06)
- AMBAH-AMBAH LEMAH-1 (DOLANAN ANAK TRADISIONAL-23)(05/01)
- LESUNYA BEBERAPA DESA WISATA DI JOGJA(04/05)
Warung Makan Khas Thailand Pattaya Jagonya Tomyam(03/03)