TeMBI RUMAH BUDAYA
Kehangatan Sebuah Keluarga
Ketika mendengar nama Tembi Rumah Budaya (TRB) disebut oleh seseorang, yang terlintas di benak saya adalah sebuah tempat dimana banyak benda budaya dikoleksi dan beragam karya seni ditampilkan. Begitu menginjakkan kaki di rumah budaya ini, apa yang terlintas di benak saya itu tidak salah. Akan tetapi, setelah seharian menjadi bagian dari kehidupan di TRB, saya menangkap dan merasakan sesuatu yang lain : etos kerja profesional dalam kehangatan sebuah keluarga.
Di TRB saya melihat berbagai karya seni diwadahi dan diapresiasi. Bahkan jika kita melihat lebih detil, TRB juga mengapresiasi karya seni yang berbentuk sederhana seperti iklan-iklan di majalah lama Kejawen. Karya seni ini dalam pandangan sekarang kelihatan aneh, lucu, sekaligus berharga, apabila dianggap sebagai barang antik yang bernilai ekonomi.
TRB dalam bentuk seperti sekarang tentu tidak hadir secara tiba-tiba, tetapi ada motor-motor penggerak, yaitu para pendiri dan orang-orang yang bekerja di Tembi, yang menggerakkan segala aktivitas yang ada. Saya merasakan bahwa motor-motor penggerak ini bekerja penuh motivasi dan profesional, tetapi kuat rasa kekeluargaannya, sehingga ada sesuatu yang berbeda. Mengapa bisa tercipta suasana kerja seperti itu?
Seorang guru pernah berkata kepada saya : Suasana kerja yang menyenangkan adalah suasana kerja yang penuh dengan rasa kekeluargaan, karena dalam suasana seperti itulah etos kerja yang penuh semangat bisa terjadi. Perkataan guru itu saya temukan di Tembi. Rumah budaya ini seperti sebuah wadah yang ideal, karena memberikan rasa nyaman bagi orang yang bekerja di dalamnya dan membuat betah orang-orang yang berkunjung. Mereka merasa bahwa seakan berada di rumah sendiri.
Saya mengamati cukup lama untuk bisa menemukan bagaimana kehangatan suasana rumah itu bisa ada di Tembi. Dalam pengamatan saya, suasana itu terbentuk karena ada kekerabatan di dalamnya. Kekerabatan di sini tidak dalam arti bahwa orang-orang yang bekerja di Tembi adalah kerabat atau saudara, sehingga terkesan ada nepotisme. Kekerabatan yang saya maksud adalah mereka yang bekerja di Tembi begitu dekat satu dengan yang lain, komunikasi terjalin hangat walaupun jabatan dan tugas yang harus dikerjakan berbeda.
Orang-orang yang bekerja di Tembi terasa seperti satu keluarga, - hangat, hubungan kerja yang egaliter, tetapi tahu tanggung jawab masing-masing. Pada saat mengerjakan aktivitas, mereka bekerja sungguh-sungguh dan profesional, dan di luar kerja tidak terasakan hubungan atasan-bawahan. Yang ada adalah gojegan yang tidak berjarak. Suasana kerja seperti inilah yang jarang saya temui sekarang ini. Biasanya yang berkuasa menindas bawahannya dan memperlakukan bawahan seperti abdi, baik di dalam maupun di luar kerja.
Tembi Rumah Budaya yang nyaman terasa seperti rumah sendiri. Kehangatan yang membuat orang-orang rindu untuk pulang, pulang ke rumah. Saya sempat terlelap sejenak dan bersama dengan desiran angin saya merasakan kehadiran orang-orang terdekat : adik, mama, bapak, dan para sahabat. Hangat, bersahabat, dan menyenangkan, suasana yang sangat jarang bisa kita temukan di zaman seperti sekarang ini.
Resa Setodewo