Tembi

Makanyuk»COKELAT MONGGO, COKELAT KHAS PRODUKSI YOGYAKARTA

20 Oct 2008 10:06:00

Makan yuk ..!

COKELAT MONGGO: COKELAT KHAS PRODUKSI YOGYAKARTA

Cokelat telah menjadi makanan yang mendunia. Menurut sejarahnya jenis makanan yang berasal dari biji cacao ini ditemukan pertama kali oleh suku-suku Indian Maya dan Astec di Amerika Selatan. Pada waktu itu suku-suku tersebut mengolah biji-biji cacao menjadi minuman yang kemudian diberi nama Xocoatl. Dalam legenda suku Astec diceritakan bahwa biji cacao dulunya dibawa oleh dewa-dewa dari surga. Berdasarkan legenda itu mereka percaya bahwa apabila orang mengonsumsi buah dari pohon cacao akan memberikan kekuatan dan kebijaksanaan.

Konon cacao masuk ke Eropa pertama kali karena jasa Christoper Colombus. Pada perkembangannya buah ini kemudian diolah menjadi minuman yang istimewa yang waktu itu hanya dikonsumsi oleh kaum bangsawan di negara-negara Eropa.

Coklat berbentuk batangan pertama kali diproduksi pada kisaran abad ke-19. Sejak saat itu jenis makanan ini mulai dikenal luas. Bahkan Kaisar Napoleon Bonaparte yang legendaris itu memberikan cokelat kepada semua anggota pasukannya sebagai bentuk perhatian dan penyemangat perang.

Pada gilirannya para pakar cokelat mulai mengembangkan kualitas dan variasi makanan cokelat dengan menambahkan susu, rempah-rempah, dan berbagai bahan lainnya. Kini kita dapat menemukan berbagai ragam cokelat di toko atau supermarket-supermarket. Saking banyaknya produk cokelat saat ini, maka orang pun menjadi sering kesulitan untuk dapat memilih cokelat yang berkualitas.

Kualitas cokelat ditentukan berdasarkan persentase cacao dan lemak cacao yang digunakan. Cokelat-cokelat berkualitas rendah memiliki kadar cacao yang rendah dan menggunakan lemak nabati (bukan lemak cacao). Cokelat yang demikian rasanya kurang enak dan biasanya menempel di gigi atau di lidah. Cokelat dengan kualitas baik akan meleleh di mulut dan memberikan efek rasa yang menyenangkan.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi cokelat yang berkualitas baik terutama dark chocolate akan mengurangi kadar kolesterol jahat. Jadi pendapat yang menyatakan bahwa cokelat akan menimbulkan jerawat dan kerusakan gigi patut disangsikan kebenarannya.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas itulah CV Anugerah Mulia yang beralamat di Jl. Dalem KG III/978 RT 043 RW 10, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta memproduksi cokelat dengan merk Monggo. Sebuah merek yang njawani banget. Semula merek yang hendak dipatenkan adalah Cacao Mania. Akan tetapi ketika nama itu didaftarkan untuk dipatenkan ternyata bertubrukan dengan merek lain. Akhirnya dipilihlah merk Monggo. Hal ini didasarkan juga demi kepentingan kepariwisataan Yogyakarta dan juga karena tempat pembuatan cokelat Monggo dengan sistem home made ini bertempat di Yogyakarta. Brand Monggo itu sendiri baru muncul pada tahun 2005.

Merek Monggo yang dapat diterjemahkan sebagai ‘silakan’ ini ternyata dalam bahasa Brasil berarti ‘orang gila’. Tidak mengherankan jika produsen ini pernah didatangi turis yang berasal dari negara Brasil karena ia tertarik dengan merk Monggo-nya. Orang Brasil ini boleh juga dibilang gila karena kegilaannya pada cokelat sampai “dibela-belain” mencari cokelat Monggo yang berarti orang gila itu.

Cokelat Monggo mulai diproduksi sejak tahun 2003. Semuanya itu diawali oleh dua orang pakar dan penggila cokelat. Satu dari negara Belgia yang bernama Thierry Detournay, dan satu lagi dari Ambon, Maluku, bernama Edward Riando Picasauw (Edo) yang sekarang menjabat sebagai Direktur CV Anuerah Mulia. Pertemuan keduanyamembuahkan ide untuk membuat produk makanan yang bisa dijadikan souvenir khas Yogyakarta. Agar tidak sama dengan produk lain, mereka memilih cokelat sebagai bahan utama sekaligus sesuai pula dengan keahlian mereka di bidang ini. Alasan lain lagi, karena Indonesia juga merupakan negara penghasil cokelat yang besar di dunia namun tidak pernah punya produsen pembuat makanan yang berbahan baku cokelat. Kalaupun ada, tidak pernah menjadi terkenal.

Cokelat Monggo memiliki tiga jenis rasa utama, yakni Dark Chocolate, Praline (kemasan/potongan kecil-kecil), dan Caramelo. Dark Chocolate merupakan kreasi Monggo untuk rasa cokelat yang benar-benar kuat rasa cokelatnya. Jadi, agak cenderung pahit. Akan tetapi bagi orang yang mengerti tentang cokelat, Dark Chocolate justru merupakan cokelat yang relatif murni karena kadar gula atau rempah-rempah lainnya lebih minimal. Praline adalah produk Monggo yang merupakan perpaduan adonan cokelat dan kacang mete (kacang metenya dihaluskan). Sedangkan Carameloadalah cokelat produksi Monggo dengan isi caramelo (cairan gula kental yang digosongkan).

Selain tiga rasa utama itu, ada rasa lain yaitu rasa jahe, rasa mete jahe, dan mete. Kemasan cokelat Monggo juga sangat spesifik. Jika kita amati maka gambar-gambar untuk kemasan cokelat Monggo berupa gambar becak, Candi Borobudur, Semar, penari legong, dan biji cokelat. Kemasan-kemasan itu ada yang dikemas lagi dalam kemasan yang lebih besar sehingga kelihatan lebih cantik dan mewah. Kemasan seperti ini memang ditujukan untuk kemasan souvenir atau oleh-oleh. Ada pula kemasan batangan memanjang yang di dalamnya berisi potongan-potongan cokelat dengan berbagai rasa dan bentuk yang sungguh menarik.

Edo menegaskan bahwa semua itu memang dibuat agar lebih dapat mengangkat citra nusantara. Dalam bincang-bincangnya dengan Tembi, Sabtu, 11 Oktober 2008, Edo juga menjamin bahwa Cokelat Monggo tidak berbahan pengawet, meminimalisir unsur impor,dan selalu berusaha mengemukakan rasa dan kemasan lokal (nusantara).

Dalam bincang-bincang itu Tembi disuguhi sekian banyak cokelat dengan berbagai rasa, plus secangkir teh hangat yang sungguh memberikan semangat di pagi hari kami berbincang. Bagi Tembi, Dark Chocolate memang lebih kuat rasa asli cokelatnya. Namun rasa manisnya juga masih agak kuat juga. Sedangkan Cokelat Praline yang isinya adonan kacang mete dan cokelat terasa sungguh nikmat di lidah. Manis yang lembut dan gurih yang tidak menyengat dari kacang mete begitu pas dalam balutan cokelat yang manis-manis pahit.

Tembi juga mencicipi Cokelat Monggo yang berasa jahe. Rasa jahe dalam cokelat ini sengaja tidak dibuat terlalu kuat (strong) karena banyak orang yang justru tidak suka dengan kekuatan rasa jahe dalam cokelat. Rasa jahe yang kuat akan menindas dominasi rasa cokelatnya. Tembi juga mencicipi Cokelat Monggo rasa orange jet. Hm, benar-benar cokelat yang menjeruk. Cokelat dan jeruk dalam paduan satu rasa. Hingga kini Cokelat Monggo masih berobsesi memunculkan rasa-rasa lain yang benar-benar menusantara, misalnya rasa kayu manis, rasa pala, cengkeh, dan bahkan rasa cabai. Bayangkan sendiri, cokelat rasa cabai!

Perusahaan yang dikemudikan Edo ini memiliki karyawan 24 orang. Dalam seharinya menghabiskan 40 kilogram cokelat. Akan tetapi pada akhir-akhir ini produksinya semakin meningkat sehingga dalam seharinya mampu menghabiskan 60 kilogramcokelat di luar gula, jahe, kacang mete, karamel, dan bahan lain.

Cokelat merek Monggo ini mampu bertahan enam bulan sekalipun tanpa pengawet. Cokelat Monggo dapat diperoleh di Yogyakarta, Muntilan, Magelang, Jakarta, Bali, Bandung, Balikpapan, Surabaya, Semarang, Solo, pada outlet-outlet yang telah menjadi jejaring Cokelat Monggo seperti Carrefour, Circle K, Mirota, toko-toko oleh-oleh, dan lain-lain.

Oleh karena jaminan kualitasnya, harga Cokelat Monggo mungkin terasa tidak murah, terutama bagi orang-orang yang belum berpenghasilan sendiri (mahasiswa dan pelajar).

Jika memasuki rumah produksi Cokelat Monggo ini Anda akan melihat lukisan (foto) perihal cokelat yang dipigura cantik. Salah satu foto (poster) tersebut menggambarkan seorang gadis berkulit sawo matang yang berkemben sedang menyunggi buah cokelat dalam keranjang. Di bawah foto tersebut terdapat tulisan SEMAKIN COKELAT SEMAKIN CANTIK. Bagi Anda yang mengaku penggila cokelat, Anda tidak akan pernah lengkap bercokelat ria sebelum menikmati cokelat produksi Yogyakarta ini. Monggo….

Foto dan teks: a sartono



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta