Tembi

Makanyuk»HANGATNYA KULINER DALAM SEJUKNYA MALAM DI ALUN ALUN KIDUL

18 Aug 2008 09:34:00

Makan yuk ..!

HANGATNYA KULINER DALAM SEJUKNYA MALAM DI ALUN-ALUN KIDUL

Memasuki alun-alun kidul pada malam hari, kita akan disambut deretan titik-titik cahaya temaram yang berasal dari lampu minyak atau teplok. Di tengah lapangan alun-alun berdiri dua pohon beringin berdampingan, yang dikenal sebagai beringin kembar atau beringin kurung. Lalu di utara lapangan berdiri megah bangunan tua Siti Hinggil Dwi Abad. Tembok-tembok putih mengelilingi kawasan alun-alun kidul ini sehingga kita berada di dalam sebuah ruang beratap langit, dan serasa terpisah dari kawasan lain di sekitarnya.

Aktivitas yang paling menonjol di sini pada malam hari adalah kuliner. Iseng Tembi menghitung penjual makanan dan minuman di seputaran alun-alun kidul. Ada sekitar 30 penjual di sisi dalam utara dan barat lapangan. Juga sekitar 30 penjual di trotoar di seberang lapangan yang mengitari alun-alun. Seberang utara khusus untuk parkir. Dari bentuknya, ada tiga jenis tempat jajanan di kawasan ini, yakni warung, angkringan dan gerobak. Hampir semuanya siap dengan tikar untuk lesehan.

Kuliner di alun-alun kidul kian semarak sedikitnya sejak sepuluh tahun lalu. Banyak pula pedagang dari alun-alun utara yang pindah ke sini. Para pedagang di kawasan ini mulai mempersiapkan diri pada pukul 4-5, dan buka sekitar maghrib. Tutup biasanya mulai pukul pukul 12 malam hingga 2 pagi.

Trotoar timur dan sisi dalam utara lapangan paling ramai dengan pengunjung yang duduk lesehan. Di sini pengunjung seakan tidak putus datang dan pergi. Banyak pula pengunjung yang duduk berjam-jam. Berlesehan di alun-alun kidul, jarum jam memang terasa bergerak lamban. Tembi, misalnya, malam itu rasanya kebas waktu, lesehanberjam-jam hingga pukul 24.00.

Sebagai selingan, boleh juga kita menyewa kain hitam penutup mata di lapangan seharga Rp 3.000, lantas mencoba berjalan hingga ke tengah-tengah ke dua beringin, atau dikenal dengan 'Masangin'. Ada yang sekadar menganggap hiburan, ada juga yang melihatnya secara magis. Yang serius menganggap bahwa jika berhasil masuk di antara dua beringin ini maka permohonannya akan terkabul atau akan memperoleh berkah. Ada pula permainan tongkat berlampu yang dijepretkan tinggi ke udara lalu dengan indah turun perlahan berkat baling-balingnya. Mainan ini laris-manis dibeli pengunjung.

Kuliner yang paling banyak disediakan adalah wedang ronde dan jagung bakar. Ronde adalah minuman berasa manis dan hangat (lantaran gula pasir dan memaran jahe) serta 'dihiasi' kacang tanah kupas, kolang kaling, potongan kecil roti tawar, dan 2-3bola kecil tepung berisi gula jawa cair. Sedangkan jagung bakarnya ditawarkan dalam tiga macam rasa, yakni pedas, asin dan manis. Untuk jagung asin, pedagangnya mengoleskan ramuan garam dan bawang putih. Untuk jagung pedas, ada penjual yang mengoleskan saus sambal jadi, ada pula yang mengoleskan ramuan cabe rawit merah buatan sendiri. Apa pun semua rasa ini, jagung wajib dibakar dengan olesan mentega, menjadikannya gurih.

Minuman selain ronde, umumnya adalah kopi, teh dan jeruk, sedangkan makanan lazimnya adalah mi instan dan roti bakar. Banyak pula gerobak-gerobak yang khusus menjual ronde, soft drink, tempura, dan kacang rebus. Mereka berderet di sisi barat dan utara lapangan.

Sejumlah warung menawarkan menu lain yang menjadi kekhasannya. Ada yang menyediakan pisang bakar (bertabur meses) dan teh poci. Ada yang menjual burung dara, burung puyuh dan ayam goreng. Ada pula yang mengkhususkan pada nasi bakardan wedang bajigur. Sayang, tidak ada jadah bakar.

Harga makanan dan minuman di sini sangat terjangkau. Wedang ronde Rp 3.000, jagung bakar Rp 2.000, bajigur Rp 3.500, teh poci Rp 2.500, dan pisang bakar Rp 2.500. Bisa dikatakan, di sini kita juga membeli suasana. Minum wedang ronde yang lewat di depan rumah atau di pinggir jalan harganya juga tiga ribu rupiah. Rasa rondenya sama tetapi kenikmatannya berbeda.

Di sini nyaris semua makanan dan minuman disediakan dalam kondisi hangat atau panas. Dibelai hembusan angin malam yang sejuk, terasa cocok menyantap makanan dan meneguk minuman hangat semacam ini. Di alun-alun kidul, di sebelah selatan Keraton, ada harmoni sejuk dan hangat, semoga juga menjadi harmoni Yogya yang sejuk mengayomi dan hangat merangkul warganya.

a. barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta