Tresna, Kisah Cinta Tiga Wanita
Artswara yang dikenal sebagai salah satu pionir dalam memajukan drama musikal Indonesia menyuguhkan pertunjukkan ‘Tresna’ sebuah kisah cinta dari tiga wanita berbeda latar.
Cut Nyak Dien diperankan Oleh Nayzra C Noer
Sukses dengan karya drama musikal bertajuk ‘Gita Cinta’ dan ‘Ali Topan Anak Jalanan’, Artswara yang didirikan oleh Maera Arifin Panigoro, Dian HP dan Ari Tulang membuat pagelaran bertajuk ‘Tresna’, di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, pada 25-26 Januari 2014. "Tresna" mengisahkan cinta dari tiga cerita berbeda.
Tresna yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘cinta’ ditampilkan dengan mimik dan bahasa tubuh. Kisah pertama bercerita tentang perjuangan Cut Nyak Dien yang rela mati demi cintanya terhadap Indonesia walaupun akhirnya ia malah dikhianati bangsanya sendiri hingga diasingkan ke Sumedang. Tokoh Cut Nyak Dien diperankan dengan sangat baik oleh Nazyra C Noer.
Salah satu adegan dalam "Tresna"
Kisah yang kedua bercerita tentang istri raja yang terikat dalam pernikahan mistis. Kidul menanyakan cinta dalam pernikahan tersebut. Begitu banyak mitos yang menceritakan jatidirinya sehingga ia sendiri tak tahu mana cerita yang sesungguhnya.
Yang terakhir kisah prahara antara Amba dan ibunya Kirana, dan Kirana dengan ibunya Laksmi, cinta akhirnya menjadikan mereka terikat dan melengkapi satu sama lain. Sita Nursanti yang berperan sebagai Laksmi melakoni perannya dengan sangat baik, begitu juga Christine Tambunan sebagai Kirana.
Sita Nursanti berperan sebagai Laksmi
Meski panggung pertunjukan tidak terlalu besar, cerita yang mengalir dan diterjemahkan dengan baik oleh para tokoh menjadikan pertunjukan ini terlihat megah dan sukses. Para pemeran tampil prima. Maklum, mereka sudah lama berkecimpung di dunia teater, seperti Sita Nursanti, Gabriel Harvianto, dan lainnya.
Maera Panigoro sebagai produser merasa bahagia bisa menghibur dan memberikan pertunjukan alternatif melalui tiga cerita drama musikal. Artswara sejak awal berdiri bertujuan melahirkan karya drama musikal sebagai hiburan ‘mainstream’ yang dapat dinikmati semua kalangan, ia ingin bisa terus memberikan karya-karya terbaik anak bangsa.
Pertengkaran ibu dan anak yang berakhir damai karena cinta
Natalia S.
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Pentas Serba Kocak tapi Kritis dalam Ulang Tahun Ke-20 Dagadu Djokdja(28/01)
- Karya Ilustrator Zaman Belanda Cornelis Jetses Dipoles Ulang Seniman Yogya(28/01)
- Festival Bregada Rakyat: Pertunjukan Prajurit Rakyat(24/01)
- Obituari Suatmadji Perupa Sekaligus Pengajar(23/01)
- Karawitan Tembi Tampil di Bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta(22/01)
- Peluncuran Kronjot Babi Karya Kamerad Kanjeng di Benteng Vredeburg(21/01)
- Workshop Musik Bersama Jen Shyu di Tembi Rumah Budaya(21/01)
- Teaterikalisasi Sastra dalam Sastra Bulan Purnama(20/01)
- Menari Tradisional Bersama Hedi Yunus dan Eko Supriyanto(18/01)
- Malam ini Obituari Niesby dalam Pertunjukan Sastra Di Tembi(17/01)