Menari Tradisional
Bersama Hedi Yunus dan Eko Supriyanto
Dalam coaching clinic yang berlangsung selama satu jam, penyanyi Hedi Yunus mengajak 11 orang peserta untuk menari di atas panggung Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, secara otodidak. Seni tari yang terkesan sulit dan butuh keahlian khusus menjadi mudah dan menyenangkan.
Hedi Yunus berpakaian lengkap saat mementaskan tarian Gagahan Putra
Bertempat di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 11 Januari 2014 vokalis kelompok Kahitna, Hedi Yunus mengajarkan bagaimana menari tradisi dengan cara yang menyenangkan. Ternyata dunia tari sudah dikenal pria kelahiran Bandung, 24 Agustus 1968 ini sejak berusia lima tahun. Namun sejak usia remaja ia berhenti karena menganggap menari tidak pantas untuk anak laki-laki.
Bersama Eko Supriyanto, penari asal Solo yang pernah menjadi penari untuk Madonna saat tur Amerika dan Eropa, Hedi mengajarkan kreativitas tari tradisi secara singkat. Kurang lebih satu jam mereka dua mengajarkan tarian tradisional, tidak hanya teknik, tapi menjelaskan kultur dan budayayang terkandung di dalam setiap tarian tradisi.
Eko dan Hedi mengarahkan peserta untuk melakukan eksplorasi kreativitas dengan gerakan berpose seperti pohon, berjalan bebas, dan bersalaman. Mereka membangun suasana yang akrab sehingga tidak ada rasa canggung atau malu satu sama lain.
Eko Supriyanto menyuguhkan tarian ciptaannya
Hedi yang juga terampil membawakan tari Gagahan Putra yang berasal dari JawaTengah ini mengaku mulai tergerak untuk memperkenalkan lagi tarian tradisional, khususnya Sunda pada masyarakat luas. “Banyak yang beranggapan menari itu sulit, butuh disiplin untuk bisa menguasai, padahal nggak seperti itu. Kami membuat coaching clinic ini agar generasi muda bisa dekat dengan tarian tradisional dan mempelajarinya dengan cara yang menyenangkan,” paparnya.
Sementara Eko yang telah menciptakan banyak karya bahkan ia pernah menjadi konsultan tari ‘Lion King’ produksi Disney dan dipentaskan di Hollywood ini mengatakan menari itu tidak mudah namun juga tidak sulit untuk dipelajari. “Setiap manusia memiliki ritme, tempo dan dinamika sendiri, sehingga saya yakin setiap orang bisa menari,” ujarnya.
Setelah kegiatan ini, keduanya berharap generasi muda bisa mencintai tarian tradisional. “Saya miris budaya Sunda tidak banyak dilirik, aku berharap bisa memberikan kontribusi dalam menyebarkan rasa cinta pada budayatradisi Indonesia,” kata Hedi Yunus.
Hedi Yunus dan Eko Supriyanto berkolaborasi mengajarkan tari tradisional
Natalia S.
Foto:Image Dynamics
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Shang Hyang Asu Saketi karya Wayan Danu di Sangkring(13/01)
- Satu Dekade Cibiran Sosial Sukribo(11/01)
- Komunitas Lima Gunung Berbagi dan Pameran di Jakarta(09/01)
- Universitas Gadjah Mada pun Menggelar Lomba Macapat dan Geguritan(07/01)
- Inklinasi Patung-patung Jhoni Waldi(06/01)
- Penghargaan Teater untuk Bakdi Soemanto(06/01)
- Berjoget Ria di Malam Puncak Dies Natalis Antropologi Budaya UGM ke-49(04/01)
- Peristiwa Sebuah Kelas di Sangkring Art Space(04/01)
- Gelar Maestro untuk Dua Seniman Tradisi(03/01)
- Sastra di Tengah Hujan Bulan Purnama(02/01)