Satu Dekade Cibiran Sosial Sukribo
Faisal Ismail melalui Sukribo bisa memunculkan satire, plesetan, sikap nylekit yang nyengiti (membuat mangkel), ndeso, sok tahu, dogol, dan bahkan setengah gila.
Pembukaan Pameran Kartun Sukribo di Bentara Budaya Yogyakarta,
Dari kiri ke kanan: Samuel Indratma, Yuni Satia Rahayu, Yuswantoro Adi, Bambang Heras,
dan Faisal Ismail, kartunis “Sukribo”
Kartun di belahan dunia mana pun merupakan karya seniyang menarik bukan saja bagi orang dewasa, tetapi juga anak-anak, dan remaja. Barangkali hal inilah yang membedakan senikartun dan senilainnya. Sukribo, demikian kartun strip yang selama satu dekade terakhir ini menghiasi Harian Kompas, menjadi salah satu kartun strip yang sering ditunggu para pembaca Kompas setiap Minggu.
Tidak bisa dipungkiri bahwa penciptaan tokoh kartun beserta karakternya adalah perkara yang tidak mudah. Ia mesti khas, unik, dan tidak ada duanya, baik dari segi tampilan visual maupun dari segi karakternya. Sukribo muncul demikian di samping Panji Koming, Konpopilan, Benny & Mice, Timun, maupun Om Pasikom.
Karakter dan penokohan kartun penting karena melalui tokoh tersebut kita bisa membaca visi, ideologi, latar belakang sosial budaya, sampai pada ranah operasional sebagai sosok makhluk dunia rekaan. Pada diri tokoh kartun terkandung berbagai potensi, seperti cerita, kecerdasan menangkap fenomena, kepiawaian melontarkan kritik yang dibalut humor, serta jurus-jurus “rahasia-misterius” lain yang sering tidak terduga oleh awam.
Karya kartun Faisal Ismail “Sukribo” dalam format gambar warna
Hal-hal semacam itulah yang disuguhkan Sukribo, sosok kartun yang mengkritisi kehidupan poleksosbudhankam di Indonesia dengan cara-cara khas Indonesia. Ia bisa memunculkan satire, plesetan, sikap nylekit yang nyengiti (membuat mangkel), ndeso, sok tahu, dogol, dan bahkan setengah gila. Namun di balik itu semua Sukribo karya Faisal Ismail ini juga bisa menjadi wahana bagi common sense masyarakatnya, bisa menjadi harapan sekaligus sikap kritis bahkan skeptis masyarakat.
Dalam tulisannya untuk pameran Sukribo yang diselenggarakan Bentara Budaya Yogyakartapada 7-14 Januari 2014 dengan tema Sukribo 1 Dekade 2003-2014 dan dibuka oleh Yuni Satia Rahayu (Wakil Bupati Sleman) ini, Peri Farouk menyatakan bahwa karakter komik (kartun seperti Sukribo) dilahirkan dengan membawa najis. Yakni: bakat selalu mencibir segala sesuatu.
Ia melihat semua fakta, fenomena, dan perilaku sebagai bahan yang tidak ada habisnya untuk mencibir. Tapi saya selalu memohon dengan sangat, seperti kepada Sukribo: please, jangan bersihkan! Najis yang ini, tokh tak ada keterangan bisa membatalkan sembahyang.
Testimoni Faisal Ismail dalam berkarya kartun Sukribo
Kritik yang dilontarkan melalui cibiran-cibiran khas kartun Sukribo ini mungkin bisa disimak misalnya dalam sebuah episode Sukribo yang menggambarkan tentang perebutan Gunungan Grebeg Maulud. Di sana muncul komentar: “Ini bukan takhayul. Ini sayur beneran mau dimasak…. Kalau di pasar saya sudah nggak mampu beli ….” Pada episode lain: “… ini keterlaluan … Presiden sudah ganti lima kali saya tetap saja kere …”
Komentar jenaka yang sesungguhnya bernada satire mungkin bisa juga disimak dalam episode Sukribo 23 Desember 2007:” Ternyata menteri yang ngurusin kesejahteraan kita, sekarang jadi orang terkaya di Indonesia, nih baca …!!” “Biarpun tetap kere, kita ikut senang.”
Sukribo merupakan bagian dari bagaimana sesungguhnya rakyat melalui senikartun menjadi cermin bagi jalannya segala sesuatu di tengah masyarakat, bangsa, dan negara. Ia seperti punakawan yang mengikuti tuannya sambil terus menasihati, meledek, menyindir, mencibir, agar tuannya menjadi lebih baik dan benar. Kadang memang sindiran atau cibirannya nyengiti beneran, namun niatnya sesungguhnya baik dan mulia.
Karya kartun Faisal Ismail “Sukribo” dalam format gambar hitam putih
Naskah & foto:A.Sartono
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Peristiwa Sebuah Kelas di Sangkring Art Space(04/01)
- Gelar Maestro untuk Dua Seniman Tradisi(03/01)
- Sastra di Tengah Hujan Bulan Purnama(02/01)
- Libur Natal & Tahun Baru(23/12)
- Pemeran Seni Rupa Ajining, Sebuah Kepedulian pada Malioboro(21/12)
- Pendadaran Tari Sanggar Tari Anak Tembi Periode VII(20/12)
- Upaya Membentuk Jaringan Perpustakaan Berbasis Budaya Jawa(20/12)
- Kebiasaan Bersyukur Masyarakat Kasongan(19/12)
- Membaca Sastra di Bulan Purnama(19/12)
- Tim Penilai Benda Cagar Budaya Kabupaten Bantul Mulai Bekerja(18/12)