Obituari Suatmadji
Perupa Sekaligus Pengajar
Perupa itu sehari-hari bekerja sebagai pengajar senirupa di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo. Ia tinggal di Yogya, dan separuh hidupnya digunakan untuk ‘melaju’ Yogya-Solo menunaikan tugasnya sebagai dosen.
Suatmadji
Nama Suatmadji lekat dalam ingatan perupa Indonesia. Sejak tahun 1970-an, Atmadji, demikian panggilannya, sudah aktif di dunia senirupa. Bersama teman-teman lainnya, seperti FX.Harsono, ia bergabung Gerakan Seni Rupa Baru.
Atmadji dilahirkan pada 25 Maret 1952. Sehari-hari ia bekerja sebagai pengajar senirupa di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo. Ia tinggal di Yogya, dan separuh hidupnya digunakan untuk ‘melaju’ Yogya-Solo menunaikan tugasnya sebagai dosen.
Berita duka mengenai Atmadji menyebar melaui sms dan media jejaring sosial. Ia meninggal, Sabtu 18 Januari 2014 dan dimakamkan pada hari yang sama pada pukul 14.00 di makan seniman, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Semenjak Tembi Rumah Budaya membuka ruang pameran ia seringkali datang melihat pameran. ‘ Tembi’ memang sudah lama bersahabat dengan Atmadji, dan sering bertemu berbincang di beberapa galeri di Yogya, termasuk V-Art Gallery dimana Atmadji menjadi kurator. Galeri itu sudah tutup lama, jauh sebelum Atmadji meninggal.
Ketika dua kakaknya yang juga perupa, yakni Sun Ardi dan Suminto, menggelar pameran dalam waktu berbeda, Atmadji pun datang untuk.
Dalam penampilan keseharian, Suatmadji tidak pernah lepas dari topi dan jaket. Rambutnya bergelombang memanjang, sehingga saat tidak mengenakan topi terlihat rambutnya menyentuh bahu.
Suatmadji bersama Heri Dono
Penampilannya selalu kalem. Sangat jarang, bahkan tidak pernah, ia berbicara dengan suara lantang. Dalam setiap berbincang dengannya, selalu nada suaranya pelan, tetapi jelas. Kalaupun volume suaranya dinaikkan, tetapi tidak memberi kesan keras, apalagi bernuansa marah.
Sebagai perupa sekaligus pengajar, Atmadji memang bergaul dengan banyak perupa baik yang ada di Yogya maupun kota-kota lain. Bahkan, pada tahun 1970-an, masa dia masih menjadi mahasiswa ASRI Yogya (sekarang ISI), Atmadji juga bergaul dengan para penyair yang aktif di Persada Studi Klub, asuhan Umbu Landu Parangi.
Pada satu pameran di Bentara Budaya Yogya, lebih dari 20 tahu lalu misalnya, Atamdji bertemu dengan penyair Linus Suryadi AG. Keduanya pun berbincang sangat akrab, karena mungkin lama tidak saling berjumpa. Sekarang, keduanya saling bertemu di alam lain, yang kita tidak bisa mengenali di mana tempatnya.
Dalam usianya yang tak lagi muda, dan di sela-sela kesibukannya sebagai pengajar di UNS, Atmadji tidak berhenti melukis, meski produktivitasnya tidak lagi seperti tahun 1970-an. Dua profesi, perupa dan pengajar, dijalaninya dengan penuh kesungguhan.
Setiap ada pameran di Yogya, Atmadji hampir tidak pernah absen untuk melihat. Pada pameran para perupa yang melukis di gitar koleksi Dewa Bujana, Atmadji masih menyempatkan untuk melihat. Kusindarto, seorang kurator, sempat bertemu Atmadji di pameran itu dan menuliskannya di status Facebook-nya.
Makan Suatmadji
“Kamis siang, di Sangkring Art Space, aku ketemu mas Suatmadji yang datang bersama istri, mbak Chori. Sempat kutanyakan kondisi kesehatannya. Sudah pulih, katanya. Aku pun ngobrol lagi dengan Putu Sutawijaya, sementara mas Atmadji menyimak gitar-gitar koleksi Dewa Bujana di ruang pamer. Tak sampai 48 jam setelah itu, pagi ini, 18 Januari 2014, tokoh perupa 1970-an ini berpulang,” tulis Kusindarto dalam status di Facebook-nya.
Selamat jalan, bung.
Ons Untoro
Foto:Facebook Atmadji
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Malam ini Obituari Niesby dalam Pertunjukan Sastra Di Tembi(17/01)
- Obituari Slamet Gundono, Dalang yang Dinamis(16/01)
- Saat Terakhir Puntadewa Menuju Keabadian(16/01)
- Monolog Landung Simatupang dengan Lakon Babad Diponegoro(15/01)
- Seni Rupa di Tubuh Gitar Dewa Bujana(15/01)
- Shang Hyang Asu Saketi karya Wayan Danu di Sangkring(13/01)
- Satu Dekade Cibiran Sosial Sukribo(11/01)
- Komunitas Lima Gunung Berbagi dan Pameran di Jakarta(09/01)
- Universitas Gadjah Mada pun Menggelar Lomba Macapat dan Geguritan(07/01)
- Inklinasi Patung-patung Jhoni Waldi(06/01)