Workshop Musik Bersama Jen Shyu di Tembi Rumah Budaya

Workshop menjadi heboh karena kegagalan-kegagalan lucu dari para peserta saat mencoba latihan yang sulit ini. Tapi sekali lagi kata Jen Shyu, latihan ini memang sangat bermanfaat untuk mengasah imajinasi musikal.

Workshop musik Jazz dan improvisasi bertema “Belum Pernah #4” dipandu oleh Jen Shyu di Museum <a href='https://tembi.net/id/news/berita-budaya/workshop-musik-bersama-jen-shyu-di-tembi-rumah-budaya-5530.html'>Tembi</a>Rumah Budaya, Sabtu siang 18 Januari 2014, Foto: Gardika Gigih Pradipta
Jen Shyu menjelaskan tentang interval

Sekitar 20 kursi disusun membentuk lingkaran besar di Museum Tembi Rumah Budaya, Sabtu siang 18 Januari 2014. Di situ duduk para peserta workshop musik Jazz dan improvisasi bertema “Belum Pernah #4” yang dipandu oleh Jen Shyu, yang oleh rekan-rekan seniman di Yogyakartaakrab disapa dengan Mbak Jen Shyu. Ia seniman yang piawai bernyanyi, bermain berbagai alat musik, dan juga menari.

Workshop ini sebenarnya merupakan rangkaian dari konser ‘After Dream’ – sebuah kolaborasi antara Jen Shyu dan Peni Candra Rini yang diselenggarakan di Tembi Ruma Budaya pada hari Minggu 19 Januari 2014. Dalam konser ini, Jen Shyu dan Peni Candra Rini mementaskan perdana komposisi-komposisi kolaboratif untuk vokal, gender, rebab, gitar bulan, gayageum (alat musik dawai tradisional Korea), dan juga tarian.

Kembali ke workshop “Belum Pernah #4” di Museum Tembi Rumah Budaya. Para peserta workshop tampak membawa alat musik masing-masing, mulai dari gitar, bass elektrik dan contrabass, trumpet, saxophone, hingga slumpret dari Ponorogo. Lalu apa yang akan terjadi dari para peserta workshop yang duduk bersama dalam satu lingkaran dan dipandu oleh Jen Shyu?.

Pertama adalah pelajaran mengenai interval, atau jarak antara dua nada. Jen Shyu menjelaskan teori tentang interval. Seperti teori bahwa dalam satu oktaf terbagi atas 12 nada yang jaraknya berlainan. Tiap peserta membuat seperti table jarak nada di sebuah kertas sebagai panduan kegiatan selanjutnya. Dengan sabar, Jen Shyu memastikan bahwa konsepsi interval ini dipahami oleh para peserta workshop.

Dalam bayangan table, sekilas teori tentang interval tampak mudah. Namun tunggu dulu, aktivitas selanjutnya yang dipandu Jen Shyu adalah membuat melodi dengan menyanyi hanya menggunakan tiga interval yang dipilih. Jen Shyu memberi contoh dengan suaranya yang merdu. Para peserta melanjutkan latihan menyanyi dengan interval ini. Ternyata ‘menembak’ nada pada interval dan frekuensi yang tepat bisa menjadi sulit dan menggelikan. Banyak peserta harus mencoba berulang kali untuk menyanyikan interval yang tepat.

Kata Jen Shyu, ini adalah semacam latihan ‘muscle’ atau otot bagi pikiran musikal kita. Baik sekali terutama bagi musisi dan komponis untuk melatih imajinasi tentang nada-nada. Jen Shyu masih belum ‘mengizinkan’ para peserta untuk memainkan alat musik. “Menyanyi itu penting ya. Banyak orang, termasuk musisi (selain penyanyi) merasa tidak nyaman untuk menyanyi. Padahal manusia diberi kemampuan ini untuk berekspresi, termasuk menari juga,” begitulah kata Jen Shyu.

Workshop musik Jazz dan improvisasi bertema “Belum Pernah #4” dipandu oleh Jen Shyu di Museum <a href='https://tembi.net/id/news/berita-budaya/workshop-musik-bersama-jen-shyu-di-tembi-rumah-budaya-5530.html'>Tembi</a>Rumah Budaya, Sabtu siang 18 Januari 2014, Foto: Gardika Gigih Pradipta
Usai workshop peserta foto bersama dengan Jen Shyu

Aktivitas kedua adalah bernyanyi menebak interval dengan melibatkan unsur ritmis juga. Jen Shyu memberi contoh dahulu untuk diikuti para peserta workshop. Yakni dengan membuat pola ketukan lima hitungan dengan tepuk tangan, masing-masing birama dibagi dengan aksen menjadi ketukan dua dan tiga, sedangkan kaki menghentak dengan pola empat hitungan, lalu ditambah dengan bernyanyi menebak interval.

Latian ‘otot’ musikal ini jauh lebih rumit dari sebelumnya. Membiasakan pola hitungan lima saja perlu waktu lama untuk membayangkan pola ‘tu, wa, ga, pat, ma – tu, wa, ga, pat, ma’ dalam pikiran. Apalagi ditambah dengan pola hitungan berbeda pada kaki dan menebak interval dengan bernyanyi. Workshop menjadi heboh karena kegagalan-kegagalan lucu dari para peserta saat mencoba latihan yang sulit ini. Tapi sekali lagi kata Jen Shyu, latihan ini memang sangat bermanfaat untuk mengasah imajinasi musikal.

Setelah aktivitas bernyanyi dan ritmis, barulah para peserta mencoba konsep interval denga alat musik masing-masing. Para bassis menjaga pola akor, sedangkan peserta lainnya asik bermain-main dengan interval. Ternyata pengalaman membuat jalur melodi dan improvisasi dengan teknik baru ini begitu menarik. Itulah mengapa tajuk workshop ini adalah “Belum Pernah #4”, yakni mempraktekan dan menemukan sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya, seperti yang dijelaskan Jen Shyu.

Selain bermain melodi dengan konsep interval, Jen Shyu juga memandu para peserta untuk menciptakan baris lagu sederhana dari kalimat spontan yang dibuat para peserta dengan tema yang terpilih, yakni tentang “wayang”. Sebaris lagu ini kemudian dinyanyikan masing-masing peserta lengkap dengan gerakan yang mendukung isi lagunya. Menarik mencermati kreasi dari para peserta. Ternyata, berkreasi itu bisa menjadi mudah walaupun beberapa peserta masih malu mengungkapkan ekspresinya. Menanggapi beberapa peserta yang malu mengungkapkan kreasinya, Jen Shyu berkata, “Ayo, jangan malu ya. Malu itu tidak mendatangkan keuntungan apa-apa. Itu hanyalah sebuah block (hambatan) untuk maju. Ayo coba saja.”

Terima kasih mbak Jen Shyu, sudah memberi pelajaran menarik tentang latihan muscle musikal ini. Puas dengan latihan-latihan bersama yang begitu seru, Jen Shyu dengan para peserta menutup sesi workshop dengan bermain musik bersama dan juga menari. Asik sekali!

Naskah dan Foto:Gardika Gigih Pradipta



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta