Upaya Membentuk Jaringan Perpustakaan Berbasis Budaya Jawa
Melalui perpustakaan berbasis budaya Jawa ini diharapkan lakuan hidup sehari-hari masyarakat Yogyakarta akan semakin menunjukkan identitas dan jiwa Jawa. Untuk itu pengintegrasian berbagai perpustakaan dan kearsipan dalam bentuk jaringan dirasa perlu dilakukan.
Tiga pembicara, dari kiri ke kanan: Wahyu Supriyanto, KPH Indrokusumo, Budi Wibowo
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY terus melakukan langkah-langkah untuk mewujudkan Center of Excellent yang selama ini telah dirintis. CoE yang pada galibnya merupakan bentuk kerjasama antarperpustakaan antarprovinsi ini ditindaklanjuti di antaranya dengan penyelenggaraan Rakor Jaringan Perpustakaan Berbasis Budaya Jawa pada hari Kamis, 12 Desember 2013.
Acara tersebut diselenggarakan di Jogja Library Center (JLC), Jl. Malioboro No. 175 Yogyakarta. Rakor ini menghadirkan tiga narasumber yakni Budi Wibowo SH MM (Kelapa BPAD DIY), KPH.Indrokusumo (Pengageng Kawedanan Budaya lan Pariwisata Kadipaten Pakualaman), dan Wahyu Supriyanto SE Msi (Kabid Pelayanan Perpustakaan UGM) dengan moderator oleh Drs Subandrio MM.
Rakor ini menitikberatkan pembentukan jaringan perpustakaan berbasis Budaya Jawa. Dalam kesempatan tersebut Budi Wibowo menyampaikan bahwa telah ada 35 anggota jejaring dalam Jogja Library for All. Apa yang berkait dengan hal itu dimaksudkan agar masyarakat Yogyakarta semakin paham dan mengerti budaya Jawa. Hal ini sebagai wujud dari penguatan jati diri dan identitas keistimewaan Yogyakarta.
Melalui perpustakaan berbasis budaya Jawa ini diharapkan lakuan hidup sehari-hari masyarakat Yogyakarta akan semakin menunjukkan identitas dan jiwa Jawa. Untuk itu pengintegrasian berbagai perpustakaan dan kearsipan dalam bentuk jaringan dirasa perlu dilakukan untuk semakin dapat melayani pemustaka dengan efisien, murah, nyaman, menyenangkan.
Budi Wibowo dalam makalahnya yang berjudul “Implementasi E-Library Daerah Istimewa Yogyakarta” antara lain menyatakan bahwa perpustakaan dan arsip sesungguhnya tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mendukung dan memberi penguatan pada akurasi data serta ilmu pengetahuan. Saling mendukung untuk informasi ini penting mengingat tidak ada satu pun perpustakaan di dunia ini yang sangat lengkap. Masing-masing perpustkaan mempunyai kelebihannya sendiri. Untuk itu jaringan antarperpustakaan sangat penting.
Peserta Rakor Jaringan Perpustakaan Berbasis Budaya Jawa
Kerjasama untuk itu harus terus dibangun. Jaringan perpustakaan ini hendaknya juga bisa menjangkau antardesa mengingat basis masyarakat adalah desa/kampung. Hal ini sesuai pula dengan tujuan Jogja Library yang memiliki misi mengembangkan jaringan kerjasama antarperpustakaan di DIY sebagai perpustakaan terpadu untuk mendukung distribusi/pertukaran informasi dan mengembangkan berbagai model kerjasama antarperpustakaan di DIY.
Sementara KPH Indrokusumo memaparkan tentang kondisi perpustakaan Puro Pakualaman yang mayoritas merupakan buku langka dalam format tulisan berhuruf dan berbahasa Jawa. Ada pula tulisan Latin namun bahasanya Jawa. Hal ini sering dikeluhkan pemustaka muda yang tidak mengerti bahasa Jawa lebih-lebih bahasa tembang serta tidak bisa membaca huruf Jawa.
Wahyu Supriyanto menyampaikan makalahnya yang berjudul “Jaringan Informasi Berbasis Budaya Jawa.” Ia lebih menekankan tentang seluk beluk jaringan secara manajerial maupun teknis. Menurutnya jaringan informasi akan meningkatkan kekayaan dan keanekaragaman informasi yang berasal dari peserta/anggota jaringan. Jaringan juga mengupayakan terpenuhinya kebutuhan informasi bagi masyarakat yang membutuhkan secara tepat dan akurat.
Jaringan menciptakan sistem penelusuran dan penemuan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Selain itu jaringan juga memberikan banyak kemungkinan berupa terjalinnya kerjasama antara perpustakaan dengan berbagai jenis layanan informasi lainnya.
Dasar-dasar demi terbentuknya jaringan yang baik di antaranya adalah sukarela, otonomi intern, komitmen, niat baik, keinginan untuk saling membantu, menyatukan visi dan misi, kedudukan yang sejajar, melakukan kerjasama dengan pihak lain yang mendukung pengembangan perpustakaan, serta urutan prioritas dalam kegiatan. Semoga jaringan perpustakaan ini segera terbentuk dan segera pula dapat memberikan layanan maksimal kepada pemustaka.
Naskah & foto:A.Sartono
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Membicarakan 9 Kubah Karya Evi Idawati(16/12)
- Pameran Lukisan Siswa dan Alumni SLBN 2 Bantul Di Tembi Rumah Budaya(16/12)
- Deru Ugo Untoro di Taman Budaya Yogya(14/12)
- Kreativitas Membuat Asesori Wayang Orang Ala Fun Game PT HM Sampoerna(14/12)
- Dicari! Musik Tradisi Baru 2014(13/12)
- Membentuk Tata Ruang Kota Yogyakarta nan Humanis(13/12)
- Oleh-oleh Tembi dari 4th Malaysian Composers Concert Series (1), Menyimak Komposisi Musik dari Berbagai Penjuru Dunia(11/12)
- Oleh-oleh Tembi dari 4th Malaysian Composers Concert Series (2), Menyimak Karya Para Komponis Muda Malaysia(10/12)
- Diskusi Musikalisasi Sastra di Taman Budaya Yogya(10/12)
- Oleh-oleh Tembi dari 4th Malaysian Composers Concert Series (1), Ruang Berkreasi bagi Para Komponis Muda di Malaysia(09/12)
Radio Kombi [ ON AIR ] Sign Up| Lost Password
What is Kombi?