Oleh-Oleh: Tembi dari 4th Malaysian Composers Concert Series (1),
Menyimak Komposisi Musik dari Berbagai Penjuru Dunia
Konser ‘Around The World with Contemporary Composers’ menjadi program unik pada rangkaian MCSS karena dalam konser ini ditampilkan 10 karya dari komponis 9 negara, yakni yakni Julian Yu (China), Makoto Nomura (Jepang), Nur Syafiqah Shaib (Malaysia), Matthew Davidson (Jerman), Li Yiding (Pakistan), Katia Tiutiunnik (Rusia), Ross Carrey (Selandia Baru), Philip Glass (Amerika Serikat), dan Gardika Gigih Pradipta (Indonesia).
Milan Franek, dosen piano UiTM dari Republik Ceko,
berduet dengan pianis Siti Nur Hajarul Aswad Bajunid
Masih dalam rangkaian program 4th Malaysian Composers Concert Series (MCCS) yang berlangsung di Kuala Lumpur Performing Arts Center (KL Pac) dari tanggal 28 November-1 Desember 2013. Di hari ketiga, berlangsung dua konser. Pertama, ‘Around The World with Contemporary Composers’ yang dimulai pada pukul 15.00 waktu setempat. Kedua, konser ‘Snapshots of New Musical Creativity II’.
Konser ‘Around The World with Contemporary Composers’ menjadi program unik pada rangkaian MCSS karena dalam konser ini ditampilkan 10 karya dari komponis 9 negara, yakni yakni Julian Yu (China), Makoto Nomura (Jepang), Nur Syafiqah Shaib (Malaysia), Matthew Davidson (Jerman), Li Yiding (Pakistan), Katia Tiutiunnik (Rusia), Ross Carrey (Selandia Baru), Philip Glass (Amerika Serikat), dan Gardika Gigih Pradipta (Indonesia). ‘Around The World With Contemporary Composers’, pertemuan karya komposisi yang menarik dalam sebuah konser karena tiap-tiap karya memiliki aroma musik yang berbeda sesuai dengan ‘asalnya’ – bagaikan peta musik.
Ross Carrey, dosen komposisi dan piano di Fakultas Musik Universiti Teknologi Mara (UiTM) pemrakarsa dari program konser ini sekaligus menjadi kurator – memilih komposisi-komposisi yang akan dipentaskan. Lantas bagaimana konser komposisi musik dari berbagai penjuru dunia ini?
Konser dimulai tepat waktu, pukul 15.00 waktu Malaysia. Gedung pentas 1 KL Pac telah ramai dengan audien. Milan Franek, dosen piano UiTM dari Republik Ceko berduet dengan pianis Siti Nur Hajarul Aswad Bajunid membawakan karya komponis China, Julian Yu, untuk format piano empat tangan berjudul “Dance of the Warriors”. Komposisi ini ditulis Julian Yu pada tahun 1983, semula untuk iringan tari balet di China. Komposisi ini mengisahkan cerita klasik China tentang pahlawan bernama Jin Ke. Secara musikal komposisi ini banyak dipengaruhi oleh komponis-komponis Rusia. Milan dan Siti, kedua pianis ini tampil memukau dengan kepiawaian mereka bermain piano. Komposisi Julian Yu menjadi pembuka yang manis.
Komposisi kedua datang dari komponis Jepang, Makoto Nomura berjudul ‘Shizuoka Prefectural Museu of Arts’. Makoto Nomura yang telah beberapa kali pentas di Indonesia, termasuk di Yogyakarta menciptakan karya ini pada April 2012 saat ia diundang untuk memberikan workshop di Shizuoka Prefectural Museum of Arts. Dalam workshop tersebut awalnya Makoto Nomura berimprovisasi, menggunakan lukisan-lukisan sebagai notasi musik. Lalu setelah workshop berakhir, ia mengambil beberapa ide musik dari rekaman workshop menjadi komposisi musik. Ada banyak komposisi pendek berdasarkan lukisan-lukisan di Museum Seni Shizuoka. Namun dalam konser kali ini, Ross Carrey yang menjadi pianis memilih untuk membwakan 5 nomor komposisi pendek, di antaranya ‘Mt. Fuji’ berdasarkan lukisan dari Komatsu Hitoshi tahun 1978 dan ‘The Pass through Mt. Usu’ berdasarkan lukisan karya pelukis tradisional Jepang, Yamamoto Tansen pada sekitar tahun 1755-1769. Menarik mencermati interaksi imajinasi antara lukisan dan musik yang dikomposisi oleh Makoto Nomura ini. Potret melalui bebunyian solo piano.
Komposisi ketiga ‘Jay’ untuk solo piano merupakan karya komponis muda Malaysia, Nur Syafiqah Shaib. Konser di KL Pac kali ini sekaligus menjadi pentas perdana komposisi ini. Komposisi ‘Jay’ banyak terinspirasi dari idiom-idiom musik dalam Gamelan Bali. Komposisi ini didominasi oleh nada-nada pentatonik menyerupai gamelan, namun Nur Syafiqah mampu mengolahnya dengan sangat memikat melalui teknik-teknik komposisi seperti birama-birama dengan hitungan ganjil, kemudian iringan harmoni yang lain dari melodi pokok, dan sebagainya.
Ross Carrey menyanyikan komposisinya berduet dengan cellist Aamil Sulaiman
Selanjutnya, terbang jauh ke Jerman untuk menyimak karya komposisi Mathew Davidson berjudul ‘Six Chorale Preludes’ yang dibawakan oleh Milan Franek. Karya ini ditulis Mathew pada tahun 2002 dan didedikasikan untuk komponis masyur, Johann Sebastian Bach. Bach memang banyak menulis ‘Prelude’, namun komposisi Mathew memiliki aroma berbeda terutama dari segi harmoni dan melodi yang digunakan. Milan Franek membawakan komposisi ini dengan atraktif.
Dari Jerman, kembali lagi ke Asia. ‘Pakistan Sketch’ untuk solo piano karya komponis Li Yiding yang diciptakan pada Desember 1999. Aroma nada-nada timur tengah mendominasi komposisi ini. Potret yang kontras dengan karya sebelumnya dari Mathew Davidson. Ross Carrey jeli memilih komposisi ini untuk dibawakan sebagai ragam repertoar dalam konser "Around The World With Contemporary Composers".
Dari Pakistan, melompat jauh ke Russia. ‘Belye Nochi’ untuk biola dan piano karya komposisi kolaboratif Katia Tiutiunnik yang juga merupakan dosen komposisi dan biola di UiTM dengan Ross Carrey. ‘Belye Nochi’ dalam bahasa Russia yang berarti Malam Putih, terinspirasi dari karya sastrawan besar Russia, Dostoyevsky dengan judul yang sama. Awalnya, Katia menulis komposisi ini untuk solo biola dengan judul semula ‘La Notte Bianca’ pada tahun 2011. Kemudian pada tahun 2012, Ross Carrrey menuliskan iringan pianonya hingga tercipta komposisi kolaboratif ini.
Dari Russia terbang jauh ke Selandia Baru. Komposisi Ross Carrey berjudul ‘Five Songs’ untuk format penyanyi dan cello. Karya ini diciptakan Ross untuk ayahnya pada tahun 2000. Ross yang selama ini dikenal sebagai pianis membuat sebuah kejutan dalam konser ini. Ia tidak bermain piano. Ia bernyanyi, berduet dengan cellist Aamil Sulaiman. Ross menciptakan komposisi ini berdasarkan puisi-puisi dari Ruth Dallas, penyair dan penulis cerita anak-anak dari Selandia Baru. Puisi-puisi diambil dari buku antologi Day Book: Poems of The Year yang diterbitkan oleh University of Otago Press pada tahun 1966. Karya ini pernah dipentaskan juga di Tokyo, Jepang, tahun 2002 oleh Taikodo Ensemble. ‘Five Songs’ menceritakan keindahan alam di bagian timur pulau Selandia Baru. Aroma musik ini begitu khas dan kuat.
Komposisi kedelapan berjudul ‘Jehanne’ untuk soprano dan viola karya Katia Tiutiunnik berdasarkan syair dari Elisabetta Faenza. Karya ini pernah dipentaskan di Asean Composers League (ACL) Festival tahun 2013 di Singapura, tahun 2007 di Amerika, dan 2008 di Australia. Sang komponis, Kati memainkan komposisi ini berduet dengan soprano Khairunnisa Diyana. Duet yang menarik.
Komposisi kesembilan datang dari komponis bergaya minimalis yang sangat terkenal dari Amerika Serikat, Philip Glass berjudul Wichita Vortrex Sutra untuk solo piano. Philip Glass memang dikenal sebagai salah satu pionir gaya musik minimalis dengan banyak repetisi-repetisi idiom musik. Komposisi ini menuntut konsentrasi tinggi untuk dimainkan karena banyak pengulangan dan ketukan-ketukan yang ganjil. Ross Carrey berhasil membawakannya dengan begitu presisi.
Menginjak komposisi terakhir dalam rangkaian program ‘Aroung The World With Contemporary Composers. Karya dari Indonesia, ‘Kampung Halaman – Homeland’ dari komponis muda Gardika Gigih Pradipta. Karya ini banyak terinspirasi dari musik karawitan dan juga tari Saman, Aceh. Ditulis pada Juni 2011 dan dipentaskan perdana oleh Makoto Nomura di Tembi Rumah Budaya pada bulan yang sama. Agustus 2011 karya ini dibawakan oleh Makoto Nomura di Bank ART NYK Yokohama Jepang. Pada konser kali ini, Ross Carrey membawakan karya ini sebagai sajian penutup.
Ya, menarik sekali mencermati potret musik dengan karakter yang begitu khas dari berbagai negara. Sebuah konser bagaikan peta perjalanan bebunyian. Sampai jumpa di konser ‘Around The World With Contemporary Composers’ tahun depan!.
Teks dan Foto:Gardika Gigih Pradipta
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Bima Dimasak Jadi Bothok(06/12)
- Pameran Seni Grafis Etiket Batik dan Tenun 1930-1990 di Bentara Budaya Yogyakarta(06/12)
- Sri Kresna Marah Karena Dilecehkan Kurawa(04/12)
- Siswa-siswi SDN I Terong Dlingo Menjajal Gamelan Nada Pelog(03/12)
- Pemerintah Banyumas Lakukan Studi Banding di Tembi(02/12)
- Perpisahan Itu(02/12)
- Psychodiva Tari Tradisi ala Aming(02/12)
- Festival Ketoprak DIY 2013 Menyasar Kaum Muda(30/11)
- Tim Penilai Benda Cagar Budaya di Kabupaten Bantul Terbentuk(29/11)
- Pentas Wayang 60 Tahun Gembira Loka Zoo, Selamat dari Kobaran Api(28/11)
Radio Kombi [ ON AIR ] Sign Up| Lost Password
What is Kombi?