Diskusi Musikalisasi Sastra di Taman Budaya Yogya

Melalui pergelaran kolaboratif semacam musikalisasi sastra, diharapkan teks sastra dapat dibaca atau diapresiasi dengan cara lain yang lebih multidimensional.

Tiga pembicara dan moderator dalam diskusi Musikalisasi Sastra di Taman Budaya Yogyakarta, foto: Facebook Perpustakaan Ean
Atas: Emha Ainun Najib dan Iman Budhi Santosa.
Bawah: Indra Trangono dan Hamdy Salad, foto: Facebook Perpustakaan Ean

Istilah musikalisasi puisi adalah puisi yang dibuat menjadi lagu. Untung Basuki, anggota Bengkel Teater, yang selama hampir 40 tahun lebih menyanyikan lagu-lagu puisi, menyebutnya sebagai lagu puisi. Satu diskusi, yang membahas musikalisasi sastra, diselenggarakan Kamis, 5 Desember 2013 di Taman Budaya Yogyakarta dengan narasumber Emha Ainun Najib, Iman Budhi Santosa, Hamdy Salad, ketiganya penyair, dengan moderator, cerpenis Indra Tranggono.

“Kita sengaja membuat tema diskusi ‘Musikalisasi Sastra’ karena untuk memperluas musikalisasi puisi yang selama ini dikenal. Karena, sebenarnya selain puisi, karya sastra yang lain, seperti cerpen bisa dimusikalisasikan,” kata Indra Tranggono, selaku moderator membuka diskusi.

Iman Budhi Santosa, penyair Yogya, yang tampil pertama dalam diskusi ini mengatakan, bahwa melalui pergelaran kolaboratif semacam musikalisasi sastra, diharapkan teks sastra dapat dibaca atau diapresiasi dengan cara lain yang lebih multidimensional.

“Karena pada hakikatnya dalam karya sastra juga menyimpan berbagai dimensi kehidupan, yang dapat divisualisasikan untuk membantu memudahkan penyerapan makna serta nilai pesan yang terdapat di dalamnya,” kata Iman Budi Santosa.

Ketika sastra berhasil dijadikan tontonan yang menghibur, demikian Iman Budi Santosa menjelaskan, dimungkinkan sekali muatan nilai tuntunannya dapat diejawantahkan dengan lebih nyata kepada audien.

Suasana diskusi Musikalisasi Sastra di Taman Budaya Yogyakarta, foto: Perpustakaan Ean
Suasana diskusi Musikalisasi Sastra, foto: Facebook Perpustakaan Ean

“Ketika tersaji bunyi irama yang mampu menjembatani kedekatan antara teks dan hati pembaca, dimungkinkan munculnya pemahaman yang lebih subtil, lebih rinci dan detail mengenai ruang lingkup labirin yang menyimpan berbagai contoh kehidupan yang patut diteladani,” ujar Iman Budi Santosa.

Penyair yang lebih muda, Hamdy Salad, yang juga mengajar di Universitas Negeri Yogyakarta, penulis buku berjudul ‘Musikalisasi Puisi: Teori dan Praktek’ melihat, bahwa yang sering dilakukan adalah fungsi dari musik, sehingga kita sering mendengar para pelaku musikalisasi puisi mengatakan, bahwa dengan mengggarap puisi menjadi lagu, puisi lebih bisa dinikmati.

“Maka dari itu, saya lebih merasa sreg, para kreator yang menggabungkan musik dengan puisi, lebih meletakkan musik sebagai fungsi,” kata Hamdy Salad.

Emha Ainun Najib, yang memang sudah lama membuat kolaborasi musik dengan puisi, bahkan pada tahun 1970-an dia mengolah puisi dengan musik bersama dengan Ebiet G. Ade mengatakan, bahwa kita harus bisa memilah antara puisi dengan background musik, antara musik dan puisi saling selang seling, dan musik dan puisi menjadi satu, yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai ajur-ajer.

Puisi dalam background musik, demikian Emha melanjutkan, puisi dibacakan dengan iringan musik. Dan puisi selang-seling dengan musik, ialah puisi digubah menjadi lagu, tetapi di tengah ada bait puisi yang dibacakan dengan iringan musik.

“Tetapi puisi yang menyatu dengan musik, atau ajur-ajer dengan musik, karena puisi tidak bisa dipisahkan dari musik seperti macapat, misalnya. Berbeda degan lagu puisi, yang memang khusus membuat puisi untuk dilagukan seperti yang sering dilakukan oleh Untung Basuki,’ kata Emha Ainun Najib.

Emha Ainun Najib memang memiliki pengalaman memadukan puisi dengan musik. Bersama kelompok musik teater Dinasti yang merupakan embrio dari Kiai Kanjeng pernah membuat kolaborasi musik puisi. Puisi Emha diantaranya berjudul “Nyanyian Gelandangan”, “Tuhan, Aku Berguru Kepada-Mu”, “Klembak Menyan” ditampilkan di hadapan publik, dan pada saat itu, sekitar awal tahun 1980-an memberi warna terhadap pertunjukan sastra di Indonesia.

Ons Untoro



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Radio KombiRadio Kombi [ ON AIR ] Sign Up| Lost Password
What is Kombi?
Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta