Namaku Sulakon Dalam Sastra Bulan Purnama

03 Sep 2015

Naskah ini merupakan adaptasi dari cerita cekak karya Krishna Miharja yang berjudul ‘Jenengku Asu!’ Bambang Darto mengolahnya menjadi satu pertunjukan drama dan hanya memakan waktu sekitar 30 menit.

Namaku Sulakon, karya Bambang Darto, merupakan drama pendek yang dipentaskan untuk mengisi Sastra Bulan Purnama edisi ke-47, Jumat malam 28 Agustus 2015 di Amphytheater Tembi Rumah Budaya. Naskah ini merupakan adaptasi dari cerita cekak karya Krishna Miharja yang berjudul ‘Jenengku Asu!’ Bambang Darto mengolahnya menjadi satu pertunjukan drama dan hanya memakan waktu sekitar 30 menit.

Para pemain Sulakon diantaranya Liek Suyanto, Syam Chandra, Bambang Darto dan beberapa pemain perempuan lain. Kisah dimulai dari Sulakon, yang diperankan oleh Liek Suyanto, seorang pengusaha sukses dan memilih menjadi legislatif, dan sejak jabatan politik itu melekat dalam dirinya, Sulakon tak pernah lepas dari sakit. Keluhan mengenai kepalanya yang terasa sangat sakit, hampir-hampir, tak pernah berhenti.

“Kepalaku bu kepalaku, makin hari makin terasa berat,” Sulakon mengeluh pada istrinya.

Bermacam pengobatan medis telah dilakukan Sulakon, namun penyakitnya tidak berkurang, dan pengobatan nonmedis melalui dukun juga dia tempuh, tetapi penyakitnya malah semakin menjadi-jadi.

Pertunjukan ini menyajikan kisah aktual anggota legislatif, yang menjalani perilaku tidak sesuai amanatnya sebagai wakil rakyat. Kolusi dengan pihak-pihak lain untuk menjalankan proyek merupakan hal yang biasa, meski bagi Sulakon bisa mengganggu nuraninya. Maka, atas tindakannya itu Sulakon sering menderita sakit, tetapi ketika diperiksa secara medis dia tidak menderita sakit.

Sulakon akhirnya, menuruti ajakan istrinya untuk mendatangi seorang dukun yang sakti dan terkenal serta belum pernah mengobatinya. Menuurut kabar yang didengar dari istrinya, dukun ini sangat sakti dan bisa menyembuhkan segala penyakit, mungkin penyakit Sulakon bisa sembuh di tangan dukun sakti ini.

Tapi rupanya, setelah Sulakon dan istrinya sampai di rumah sang dukun, dari cara prakteknya Sulakon tahu, bahwa dukun tersebut jenis dukun cabul. Dan benar adanya, dukun tersebut malah tertarik pada istri Sulakon, sehingga cara mengobati Sulakon dengan cara menyembuhkan istrinya yang tidak sakit.

Drama pendek ini lucu, komedial sekaligus (mungkin maunya) getir. Menyindir kondisi sosial yang tidak menyenangkan dengan cara guyon, sehingga bobot keduanya harus imbang, agar tidak jatuh pada banyolan atau malah serius seoalah sedang memberikan kotbah. Para pemain, terutama Liek Suyanto dan Bambang Darto dikenal sudah puluhan tahun berkecimpung dalam dunia teater. Bahkan Liek Suyanto telah main dan sejumlah sinetron dan beberapa film TV, yang lebih dikenal sebagai FTV.

Kiranya, drama pendek ini memberi penyegaran pada pertunjukan sastra, yang menampilkan pembacaan puisi, dan sekaligus memberi tahu, bahwa pertunjukan sastra di Sastra Bulan Purnama bukan hanya dalam bentuk pembacaan puisi, tetapi bisa dalam rupa-bentuk monolog dan atau drama pendek.

Sastra Bulan Purnama, pada edisi selanjutnya akan memberi ruang pada pertunjukan di antara pembacaan puisi berupa monolog, drama pendek atau dramatic reading. Namun sesungguhnya monolog jauh lebih simpel dan sederhana ketimbang keduanya, dan monolog menguji kemampuan keaktoran dari pemainnya.

Ons Untoro

Liek Suyanto memerankan tokok Sulakon dalam drama pendek yang dipentaskan di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 10-09-15

    Denny Wirawan Mengan

    Denny Wirawan dipilih karena konsistensinya dalam mengembangkan kekayaan budaya dengan wujud kekinian tanpa menghilangkan karakter sang perancang itu... more »
  • 10-09-15

    Pameran Bukan Foto B

    Pameran bertajuk ‘Sehat Walafiat’ ini memang terkesan bukan pameran foto biasa. Butuh pemahaman lebih dan pemicu rasa lebih untuk menikmati foto-foto... more »
  • 10-09-15

    Sensasi Pitik Bumbu

    Tekstur daging ayam kampung yang cenderung liat namun minim lemak dan telah diresapi bumbu rempah hasil olahan chef berpengalaman di WD Pulo Segaran... more »
  • 09-09-15

    STAT Kembali Pentas

    Sanggar Tari Anak Tembi (STAT) kembali ikut memeriahkan perhelatan kesenian di Yogya. Kali ini STAT tampil di panggung Festival Kesenian Yogyakarta (... more »
  • 09-09-15

    Geguritan Tak Berhen

    Beberapa penyair sekaligus penggurit tampil membacakan geguritan karya Bambang Nugroho. Selain itu ada aktor teater Gandrik, Jujuk Prabowo ikut... more »
  • 09-09-15

    Indonesian Voice, Pe

    Fortunata Tyasrinestu menyatakan bahwa sekolah adalah Indonesia mini dimana perbedaan di dalamnya adalah keniscayaan yang patut disyukuri. Paduan... more »
  • 08-09-15

    Pameran Foto Nusa Ba

    Berkabar melalui foto, itulah barangkali yang dilakukan para jurnalis foto kelompok Pewarta Foto Indonesia (PFI), dalam pameran foto bertajuk Nusa... more »
  • 08-09-15

    Upaya Menjaga Ingata

    Kini sudah 19 tahun kematian Fuad Muhammad Syafrudin atau Udin, wartawan harian Bernas Yogyakarta, yang tewas dibunuh pada tahun 1996, namun proses... more »
  • 07-09-15

    Rekaman Kala Pelaut

    Dari pameran bertema “Black Armada Australia dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1945—1949”, bertempat di Benteng Vredeburg Yogyakarta, itu dapat... more »
  • 07-09-15

    Mengusahakan Tentera

    Dalam arti luas merti dusun dimaknai sebagai upacara syukur atas berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman yang telah dan akan selalu... more »