Museum Khusus Jenderal Sudirman di Yogyakarta
Author:editorTembi / Date:14-08-2014 / Rumah itu pernah menjadi kediaman Jenderal Sudirman dan keluarga sejak 18 Desember 1945—19 Desember 1948, saat ia menjabat sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat-TKR (yang kemudian berubah nama menjadi Tentara Nasional Indonesia-TNI).
Foto Jenderal Sudirman, koleksi Museum Sasmitaloka
Pangsar Jenderal Sudirman Yogyakarta
Rumah kuno megah bergaya Indies buatan tahun 1890 yang terletak di Jalan Bintaran Wetan 3 Yogyakarta merupakan salah satu saksi bisu perjuangan Jenderal Sudirman membela negara Indonesia saat melawan Belanda. Bahkan saat ini, rumah tersebut sudah dijadikan sebagai museum bernama Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Rumah itu pernah menjadi kediaman Jenderal Sudirman dan keluarga sejak 18 Desember 1945—19 Desember 1948, saat ia menjabat sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat-TKR (yang kemudian berubah nama menjadi Tentara Nasional Indonesia-TNI). Bukan hanya rumah itu, tetapi juga rumah yang ada di Magelang dan di Purbalingga, tempat kelahiran dan masa kecilnya, sekarang ini juga dijadikan Museum Sudirman.
Patung Jenderal Sudirman naik kuda di halaman
depan Museum Sasmitaloka
Jenderal Sudirman yang lahir pada 24 Januari 1916 di Purbalingga Jawa Tengah, pantas dinobatkan menjadi pahlawan nasional karena sangat berjasa terhadap bangsa Indonesia, terutama semasa perang kemerdekaan hingga pascakemerdekaan. Bahkan ia termasuk salah satu warga negara yang memperoleh pangkat jenderal ketika awal berdirinya TNI. Ia salah satu tokoh yang menjadi panutan bagi para prajurit TNI.
Berdasarkan sumber dari www.kemsos. go.id, daftar Nama Pahlawan Nasional RI, Jenderal Sudirman termasuk pahlawan nasional yang ke-33, bersama dengan 13 nama pahlawan nasional lain dari berbagai daerah di Nusantara yang ditetapkan tahun 1964. Jenderal Sudirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 10 Desember 1964 dengan Surat Keputusan No 314.
Pada masa remaja, sebelum terjun ke tentara, Sudirman pernah menjadi guru dan kepala sekolah Muhammadiyah. Selain itu, ia juga aktif di kegiatan Muhammadiyah. Baru pada tahun 1944, ia masuk Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang dibentuk oleh Jepang. Dari sinilah, akhirnya Sudirman menapaki karier di dunia militer.
Pengunjung Museum Sasmitaloka
Di dunia militer Sudirman, yang kala itu masih berpangkat Kolonel, menjadi terkenal setelah bisa memukul mundur pasukan Sekutu di Ambarawa, Jawa Tengah, di penghujung tahun 1945, berkat siasat perang yang digunakan, yakni taktik Supit Urang (jepit udang) atau Mangkara Yudha. Taktik tersebut terkenal dalam pewayangan wayang kulit Jawa.
Jenderal Sudirman meninggal dunia tahun 1950 dalam usia 34 tahun, setelah badannya digerogoti penyakit TBC dan sempat dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Saat ini makamnya ada di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Semaki, Yogyakarta. Atas jasanya yang besar itu, nama Jenderal Sudirman banyak dipakai, semisal untuk nama jalan protokol di berbagai kota di Tanah Air, nama perguruan tinggi di Purwokerto Jawa Tengah, dan gambar pahlawan nasional pada uang kertas RI terbitan tahun 1968.
Gambar Jenderal Sudirman pada uang kertas terbitan tahun 1968
Selain itu, banyak sekali museum di Indonesia yang mengoleksi ketokohan Jenderal Sudirman, selain museum-museum itu. Sebut saja Museum Monumen Yogya Kembali (Monjali) Yogyakarta, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama Yogyakarta, Museum Perjuangan Yogyakarta, Museum Satria Mandala Jakarta, dan masih banyak lagi.
Museum Sasmitaloka Pangsar Jenderal Sudirman yang ada di Yogyakarta banyak mengoleksi peninggalan Jenderal Sudirman semasa menjabat sebagai Panglima Besar TKR, seperti peralatan rumah tangga, foto, lencana penghargaan, patung, senjata, rute gerilya, dan lainnya.
Ke museum yuk ..!
Naskah dan foto:Suwandi
Jaringan MuseumLatest News
- 14-08-14
Museum Khusus Jender
Rumah itu pernah menjadi kediaman Jenderal Sudirman dan keluarga sejak 18 Desember 1945—19 Desember 1948, saat ia menjabat sebagai Panglima Besar... more » - 14-08-14
Ngabuk Wong Meteng
Pepatah ini mengajarkan bahwa janganlah menyakiti orang yang sudah dalam kondisi atau keadaan lemah. Menyakiti orang yang lemah (fisik, materi,... more » - 14-08-14
Penyair Senior Memba
Ini kali, penyair yang sudah dikenal sejak dekade 1970-an, dan sampai sekarang masih terus menulis puisi, hadir di Tembi Rumah Budaya untuk... more » - 14-08-14
Jembatan Winongo, Si
Jembatan ini menjadi sarana penghubung antara Dusun Niten dan Dusun Glondong. Diduga jembatan ini dibangun seiring dengan dengan pembangunan beberapa... more » - 13-08-14
Kesadaran Nasional.
Judul : Kesadaran Nasional. Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan. Jilid I Penulis : Prof. Dr. Slamet Muljana Penerbit : LKiS, 2008, Yogyakarta... more » - 13-08-14
Pameran Seni Rupa Ib
Pameran di Bentara Budaya Yogyakarta ini, pada 8-17 Agustus 2014, lebih untuk menemukan strategi visual yang dapat menggambarkan keterlibatan dan... more » - 12-08-14
Resep Gudheg Nanas d
Dalam majalah Kajawen berbahasa dan beraksara Jawa tersebut, Pujirah menulis resep berdasar bahan, bumbu, dan cara memasak untuk “gudbeg nanas”.... more » - 12-08-14
Malam ini di Tembi C
Tajuk dari Sastra Bulan Purnama ini mengambil kalimat dari tiga judul antologi puisi yang akan di-launching, yaitu “Cicak-Cicak Menatap Takdir Di... more » - 12-08-14
Komik Baru Peter van
Buku Rampokan ini tidak saja bagus dari sisi goresan ilustratifnya, tetapi juga dari sisi gagasan atau isinya yang berkisar tentang kondisi di Hindia... more » - 11-08-14
De Mata Trick Eye Mu
Wahana ini memang mampu memberikan hiburan dan kegembiraan bagi pengunjung, terutama yang gemar berfoto ria. Foto-foto 3D yang menjadi latar belakang... more »