Komik Baru Peter van Dongen Diluncurkan di Yogyakarta

Author:editorTembi / Date:12-08-2014 / Buku Rampokan ini tidak saja bagus dari sisi goresan ilustratifnya, tetapi juga dari sisi gagasan atau isinya yang berkisar tentang kondisi di Hindia Belanda setelah tahun 1945-1946. Pada tahun itu pihak kolonialis Belanda harus hengkang dari tanah firdaus, Hindia.

Farah Wardani, Peter van Dongen, dan Terra Bajraghosa dalam acara diskusi dan peluncuran buku Rampokan Jawa dan Selebes, difoto: Kamis, 07 Agustus 2014, foto: a.sartono
Farah Wardani, Peter van Dongen, dan Terra Bajraghosa dalam 
acara diskusi dan peluncuran buku Rampokan Jawa dan Selebes

Komikus/illustrator Peter van Dongen meluncurkan buku serial “Rampokannya” di Karta Pustaka Yogyakarta, Jl Suryodiningratan 37 B, Kamis, 7 Agustus 2014. Judul komiknya “Rampokan Jawa dan Rampokan Selebes”. Peluncuran dikemas dengan presentasi Peter van Dongen atas karyanya di hadapan publik yang mayoritas adalah komikus, illustrator, dosen, pemerhati dan pekerja seni, budayawan, dan insan media. Acara dipandu oleh Farah Wardani, dengan pembahas adalah Terra Bajraghosa.

Buku Rampokan Jawa dan Selebes karya Peter van Dongen ini mendapatkan sambutan yang luar biasa dari pengunjung. Hampir semua pengunjung membeli. Buku Rampokan ini tidak saja bagus dari sisi goresan ilustratifnya, tetapi juga dari sisi gagasan atau isinya yang berkisar tentang kondisi di Hindia Belanda setelah tahun 1945-1946. Pada tahun itu pihak kolonialis Belanda harus hengkang dari tanah firdaus, Hindia.

Antusiasme para pembeli buku Rampokan Jawa karya Peter van Dongen, difoto: Kamis, 07 Agustus 2014, foto: a.sartono
Antusiasme para pembeli buku Rampokan Jawa karya Peter van Dongen

Kepergian sekaligus kerinduan Belanda akan tanah Hindia inilah yang oleh Peter van Dongen dikiaskan sebagai rampokan. Rampokan merupakan acara besar kerajaan-kerajaan Jawa (Mataram) berupa adu macan dengan kerbau liar. Acara ini biasanya diselenggarakan untuk tamu kehormatan, hajat besar raja, seleksi prajurit, dan sebagainya.

Dalam acara rampokan semacam itu sering juga terjadi bahwa macan atau harimau yang diadu dengan kerbau kemudian lepas keluar gelanggang, dan kabur tak tentu arah. Demikian pun dengan Belanda seperti yang dikiaskan Peter van Dongen dalam buku komik Rampokan-nya. Pergesekan “kerbau” pribumi dan “macan” Belanda inilah sumber inspirasi itu.

Peter van Dongen, difoto: Kamis, 07 Agustus 2014, foto: a.sartono
Peter van Dongen

Rampokan karya Peter van Dongen ini jika dicermati profil gambarnya memang ada kedekatan dengan komik Tin Tin karya Hegre. Peter van Dongen sendiri mengakui bahwa Tin Tin memang telah menjadi bagian dari inspirasinya. Sekalipun demikian ada sentuhan artistik yang berbeda antara keduanya. Peter lebih menekankan goresan hitam putih tanpa arsiran.

Presisi goresan dari Peter demikian kuat. Detail guratan ekspresi tokoh pun kuat. Demikian juga dengan detail-detail benda, bangunan, pohon dan lain-lain pun ia buat dengan ketelitian dan akurasi yang lihai. Simak saja ketika ia menggambar orang berkebaya atau bersarung. Pun menggambarkan kendaraan tempo dulu, bangunan, kapal, suasana Pecinan Glodok, bongkar muat barang di pelabuhan, dan sebagainya.

Halaman dalam buku Rampokan Jawa dan Selebes, difoto: Kamis, 07 Agustus 2014, foto: a.sartono
Halaman dalam buku Rampokan Jawa dan Selebes

Peter memang lihai memindahkan realita ke dalam gambar-gambarnya serta cerita yang berbalur imajinasi dan histori. Semuanya tidak hadir begitu saja. Peter harus melakukan riset dan pengamatan. Dokumen dan cerita masa lalu dari keluarga dan ibunya menjadi bagian penting dalam perjalanan karyanya di samping tentu saja, riset yang dilakukannya sendiri.

Peter van Dongen yang merupakan keturunan Belanda-Ternate-China ini tampaknya memang memiliki kerinduan atau kecintaan tanah Hindia yang demikian kuat. Kekuatan semacam itulah yang kemudian melahirkan karya yang kuat. Tidak mengherankan jika pria lulusan Grafische Scool, Amsterdam ini mendapatkan penghargaan Desain Buku Terbaik 1999 atas buku Rampokan-nya yang ia kerjakan bersama Joost Swarte. Ia juga pernah mendapatkan penghargaan Stripschapprijs sebagai Buku Komik Terbaik tahun 1991 atas karyanya.

Naskah dan foto: A. Sartono

Berita budaya

Latest News

  • 14-08-14

    Museum Khusus Jender

    Rumah itu pernah menjadi kediaman Jenderal Sudirman dan keluarga sejak 18 Desember 1945—19 Desember 1948, saat ia menjabat sebagai Panglima Besar... more »
  • 14-08-14

    Ngabuk Wong Meteng

    Pepatah ini mengajarkan bahwa janganlah menyakiti orang yang sudah dalam kondisi atau keadaan lemah. Menyakiti orang yang lemah (fisik, materi,... more »
  • 14-08-14

    Penyair Senior Memba

    Ini kali, penyair yang sudah dikenal sejak dekade 1970-an, dan sampai sekarang masih terus menulis puisi, hadir di Tembi Rumah Budaya untuk... more »
  • 14-08-14

    Jembatan Winongo, Si

    Jembatan ini menjadi sarana penghubung antara Dusun Niten dan Dusun Glondong. Diduga jembatan ini dibangun seiring dengan dengan pembangunan beberapa... more »
  • 13-08-14

    Kesadaran Nasional.

    Judul : Kesadaran Nasional. Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan. Jilid I Penulis : Prof. Dr. Slamet Muljana Penerbit : LKiS, 2008, Yogyakarta... more »
  • 13-08-14

    Pameran Seni Rupa Ib

    Pameran di Bentara Budaya Yogyakarta ini, pada 8-17 Agustus 2014, lebih untuk menemukan strategi visual yang dapat menggambarkan keterlibatan dan... more »
  • 12-08-14

    Resep Gudheg Nanas d

    Dalam majalah Kajawen berbahasa dan beraksara Jawa tersebut, Pujirah menulis resep berdasar bahan, bumbu, dan cara memasak untuk “gudbeg nanas”.... more »
  • 12-08-14

    Malam ini di Tembi C

    Tajuk dari Sastra Bulan Purnama ini mengambil kalimat dari tiga judul antologi puisi yang akan di-launching, yaitu “Cicak-Cicak Menatap Takdir Di... more »
  • 12-08-14

    Komik Baru Peter van

    Buku Rampokan ini tidak saja bagus dari sisi goresan ilustratifnya, tetapi juga dari sisi gagasan atau isinya yang berkisar tentang kondisi di Hindia... more »
  • 11-08-14

    De Mata Trick Eye Mu

    Wahana ini memang mampu memberikan hiburan dan kegembiraan bagi pengunjung, terutama yang gemar berfoto ria. Foto-foto 3D yang menjadi latar belakang... more »