Jembatan Winongo, Sisa Zaman Kereta Api Hindia Belanda

Author:editorTembi / Date:14-08-2014 / Jembatan ini menjadi sarana penghubung antara Dusun Niten dan Dusun Glondong. Diduga jembatan ini dibangun seiring dengan dengan pembangunan beberapa stasiun kecil di wilayah Bantul, yakni pada tahun 1874.

Jembatan Winongo dilihat dari arah hulu, difoto: 2 April 2014, foto: a.sartono
Jembatan Winongo dilihat dari arah hulu

Jembatan Winongo terletak di Dusun Glondong dan Dusun Niten, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dapat dijangkau melalui Pojok Beteng Kulon ke arah selatan (masuk Jl Bantul). Sebelum Pasar Niten terdapat pertigaan kecil. Ambil arah ke kanan (barat) dan masuk jalan kampung. Ikuti jalan tersebut. Jarak lokasi dengan pertigaan tersebut kurang lebih 300 meter.

Jembatan Winongo semula dibangun untuk penyeberangan kereta api yang menghubungkan beberapa tempat di Bantul dan Kota Yogyakarta. Namun, jembatan itu sudah lama tak berfungsi sebagaimana mestinya. Permukaan jembatan telah diberi cor semen sehingga menutup keseluruhan gauge (jarak bentang dalam antarel), rel, dan kayu-kayu yang digunakan untuk bantalan rel. Dengan demikian permukaan jembatan ini telah rata dan dapat dilalui kendaraan (roda dua).

Konstruksi bawah-dalam Jembatan Winongo, difoto: 2 April 2014, foto: a.sartono
Konstruksi bawah-dalam jembatan

Jembatan Winongo tidak memiliki pipi jembatan sebagai pelindung bagi yang melintasinya. Ukuran panjang jembatan sekitar 100 meter dan lebar 1,7 meter. Jembatan membentang di atas Sungai Winongo. Jembatan ini menjadi sarana penghubung antara Dusun Niten dan Dusun Glondong. Diduga jembatan ini dibangun seiring dengan dengan pembangunan beberapa stasiun kecil di wilayah Bantul, yakni pada tahun 1874.

Rel di Jembatan Winongo tampak diletakkan di atas bantalan kayu besi. Balok kayu tersebut diletakkan di atas plat baja memanjang (sepanjang jembatan). Plat baja penopang balok kayu ini ditopang oleh lembaran plat baja yang disambung satu per satu di bawah plat penopang balok kayu sehingga membentuk semacam dinding baja. Dinding baja yang berupa lembaran baja ini disambung dengan semacam bingkai baja lain sebagai penguat.

Profil permukaan Jembatan Winongo, difoto: 2 April 2014, foto: a.sartono
Profil permukaan jembatan

Dinding atau lembaran plat baja berukuran lebar sekitar 50 cm dan tinggi sekitar 70 cm ditopang juga oleh plat baja di sisi bawah yang langsung menopang pada bantalan berupa tiang di beton di tengah sungai dan dua buah dinding beton di sisi utara dan selatan sungai. Sementara pada sepanjang bagian tengah jembatan terdapat konstruksi baja yang disusun saling menyilang sebagai penguat konstruksi jembatan tersebut.

Jembatan Winongo merupakan salah satu jembatan yang dibangun oleh NISM/NIS (Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij), yakni perusahaan swasta Belanda yang mengelola jaringan kereta api di Hindia Belanda. Jaringan rel kereta api beserta stasiun yang dibuat NISM/NIS ini dibangun seiring dengan kebutuhan transportasi, meningkatnya mobilitas orang, kebutuhan percepatan akan distribusi hasil bumi, serta hasil industri (utamanya gula) di masa itu.

Sisa balok kayu dan rel yang masih kelihatan di Jembatan Winongo, difoto: 2 April 2014, foto: a.sartono
Sisa balok kayu dan rel yang masih kelihatan

Seiring kematian aktivitas perkeretaapian di beberapa jalur “mati”, termasuk di Bantul, jembatan tersebut tidak lagi digunakan untuk jalan kereta api. Jalur kereta api di Bantul ini mati pada dekade 1970-an.

Naskah dan foto: A.Sartono

Ensiklopedi Situs

Latest News

  • 16-08-14

    Ketoprak yang Dihadi

    Pertunjukan ketoprak kolosal ini melibatkan sekitar 400 pemain dan digarap oleh tim sutradara yaitu Susilo Nugroho, Widayat, Puntung CM Pujadi,... more »
  • 16-08-14

    Tepas, Penyala Api T

    Fungsi alat dapur ini sangat penting yaitu untuk membuat masakan bisa cepat matang. Untuk itulah tepas, termasuk alat dapur yang selalu hadir... more »
  • 16-08-14

    Sejarah Kebudayaan B

    Judul : Sejarah Kebudayaan Bali. Kajian Perkembangan dan Dampak Pariwisata  Penulis : Supratikno Raharjo, dkk  Penerbit : Depdikbud... more »
  • 16-08-14

    Orang Wuku Prangbaka

    Orang Wuku Prangbakat cenderung kaku, pemalu, pendiriannya mudah berubah. Ia juga tidak mudah melepaskan harta yang sudah menjadi miliknya. Namun, ia... more »
  • 14-08-14

    Museum Khusus Jender

    Rumah itu pernah menjadi kediaman Jenderal Sudirman dan keluarga sejak 18 Desember 1945—19 Desember 1948, saat ia menjabat sebagai Panglima Besar... more »
  • 14-08-14

    Ngabuk Wong Meteng

    Pepatah ini mengajarkan bahwa janganlah menyakiti orang yang sudah dalam kondisi atau keadaan lemah. Menyakiti orang yang lemah (fisik, materi,... more »
  • 14-08-14

    Penyair Senior Memba

    Ini kali, penyair yang sudah dikenal sejak dekade 1970-an, dan sampai sekarang masih terus menulis puisi, hadir di Tembi Rumah Budaya untuk... more »
  • 14-08-14

    Jembatan Winongo, Si

    Jembatan ini menjadi sarana penghubung antara Dusun Niten dan Dusun Glondong. Diduga jembatan ini dibangun seiring dengan dengan pembangunan beberapa... more »
  • 13-08-14

    Kesadaran Nasional.

    Judul : Kesadaran Nasional. Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan. Jilid I Penulis : Prof. Dr. Slamet Muljana Penerbit : LKiS, 2008, Yogyakarta... more »
  • 13-08-14

    Pameran Seni Rupa Ib

    Pameran di Bentara Budaya Yogyakarta ini, pada 8-17 Agustus 2014, lebih untuk menemukan strategi visual yang dapat menggambarkan keterlibatan dan... more »