Tembi

Yogyakarta-yogyamu»TAMAN GANTUNG DI KOTA JOGJA

01 Jan 2008 09:45:00

Yogyamu

TAMAN GANTUNG DI KOTA JOGJA

Tamanisasi kota Jogjakarta ternyata tidak hanya terbatas pada taman-taman biasa. Artinya, tidak terbatas pada taman-taman yang dibuat di atas dataran tanah. Namun ternyata juga dibuat dengan cara digantungkan pada tiang-tiang yang ada di trotoar, di pinggir jalan, atau bahkan di tengah persimpangan jalan. Hal ini dilakukan tentu saja, karena harapan untuk menciptakan suasana Jogja yang asri, nyaman, dan sejuk demikian tinggi. Tentu saja tidak murah untuk menciptakan hal itu. Selain itu diperlukan tekad dan stamina tinggi untuk merawat dalam kesehariannya.

Taman yang cara penataannya dengan cara digantung ini mungkin lebih tepat dinamai taman gantung. Hal ini tentu saja lebih menghemat ruang. Hanya saja untuk proses penyiramannya memang tidak terlalu mudah. Demikian pula dengan proses pemupukan, penyiangan, penggantian pohon yang mati juga relatif merepotkan. Namun segala kerepotan itu toh membuahkan hasil. Paling tidak ruang-ruang di kota Jogja, khususnya yang dekat atau bahkan menyatu dengan ruas-ruas jalan besar menjadi terkesan lebih sejuk, hijau, dan adem.

Memanglah taman-taman itu dapat memberikan sentuhan artistik baru bagi perwajahan kota Jogja. Kecuali itu juga sedikit memberi kemungkinan penyerapan polutan udara untuk menggantikannya dengan pemberian oksigen. Hanya saja, mampukah taman-taman itu menyerap sebagian besar polutan udara yang terjadi di kota Jogja ? Rasanya memang belum mungkin. Kecuali itu, taman-taman di kota, di manapun cenderung hanya memilih jenis tanaman yang tumbuhnya pendek. Sebab pohon dengan pertumbuhan yang tinggi dan rindang akan menyita ruang. Jika hal ini terjadi maka akan banyak ruang yang ditempatkan untuk iklan akan terganggu. Padahal iklan-iklan yang dipajang itu diperlukan untuk melariskan usaha jual. Di lain piohak iklan-iklan itu juga menghasilkan uang (retribusi). Namun, dapatkah keduanya dipadukan sehingga terbentuk ruang kota yang teduh, sejuk, bersih, indah, dan tidak semrawut ?

Jogja tampaknya perlu terus berbenah menata dirinya agar menjadi ruang yang lebih nyaman dan ramah untuk dihuni.

Teks dan foto: Sartono K




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta