Tembi

Yogyakarta-yogyamu»KIOS BUKU, TABLOID DAN MAJALAH 24 JAM

01 Jan 2008 02:56:00

Yogyamu

KIOS BUKU, TABLOID DAN MAJALAH 24 JAM

Jika pada larut malam Anda perlu membeli koran, tabloid, majalah atau buku, datang saja ke kios buku di sebelah barat Kantor Pos, depan Alun-alun Utara. Dari 12 kios ada 4 kios yang buka selama 24 jam. Sisanya tutup sekitar pukul 10-11 malam. Di kios ini Anda juga dapat membeli meterai, rokok, minuman, dan mi instan.

Dua belas kios tersebut menjual majalah, koran dan tabloid. Apa yang membedakan kios-kios di sini dengan kios-kios di Shopping Center? Di Shopping Center mayoritas kios menjual buku, hanya sedikit yang menjual majalah. Selain itu majalah yang dijual kebanyakan merupakan majalah bekas. Sedangkan di kios-kios di sisi Kantor Pos ini, meski ditemui banyak nomor lama, para pedagang mendapatkannya dari agen majalah. Selain itu, sebagian besar kios di sini menjual majalah, hanya dua kios yang menjual buku.

Dua kios buku ini milik mbak Mira dan mas Wono, keduanya masih sepupu. Di depan kios mbak Mira tertulis diskon 30%-70%. Tawaran yang menggiurkan.

Kios-kios di sini sudah ditangani generasi kedua, malah ada yang dikelola generasi ketiga. Semula orang tua atau kakek nenek mereka berdagang dengan gerobak di depan Kantor Pos. Yang dijual adalah benda pos dan harian Kedaulatan Rakyat (KR). Orang tua mbak Mira berdagang di sini sejak sekitar 1984. Lalu pada 1993, mereka pindah ke sisi barat Kantor Pos. Saat itu, mereka menambah jumlah koran dan majalah, tidak hanya KR. Pada masa itu jumlah koran dan majalah relatif sedikit. Namun pada masa reformasi, menjamurlah koran, tabloid dan majalah. Jika Anda ingin mencatat nama semua media cetak yang terpampang di kios-kios ini, tangan ditanggung pegal. Belum lagi media cetak nomor lama yang juga cukup banyak.

Namun sebaliknya, penjualan perangko dan amplop merosot jauh dalam sekitar lima tahun ini. Setelah orang terbiasa mengirim ucapan lebaran atau natal melalui sms, maka perangko dan amplop kian sulit dijual. Mira teringat, pada tahun 1980-an para pedagang sering “panen” perangko dan amplop. Omset mereka saat itu lumayan besar. Zaman keemasan benda pos menyurut, yang bertahan adalah meterai.

Bagaimana dengan kios buku? Suatu saat mbak Mira iseng menaruh buku di kiosnya, ternyata diminati mahasiswa. Maka ia kemudian memajang lebih banyak buku, hingga sekarang. Tema buku yang dijualnya beragam. Kebanyakan buku agama Islam, termasuk Al-Qur'an. Lalu ada buku sastra dan novel, budaya, pengembangan pribadi, bisnis, kamus. Di sebelah kios Mbak Mira adalah kios Mas Wono. Buku-bukunya kebanyakan mengenai Jawa. Dalam beberapa bulan terakhir ini, menurut mbak Mira, buku yang paling laris adalah novel tetralogi Laskar Pelangi dan buku Sejarah Yahudi dan Zionisme.

Tempatnya yang strategis di pinggir jalan besar menyebabkan dagangan mereka laris, termasuk rokok dan minuman. Apalagi pada masa liburan sekolah serta hari raya lebaran dan natal tahun baru. Para pengunjung dari luar kota berjalan kaki ke utara dari Alun-alun Utara, melewati kios-kios ini. Sebaliknya masa paling sepi pada bulan Ramadhan. Tapi kesepian ini terbayar pada dua minggu lebaran.

Yogya adalah kota yang tidak pernah tidur. Salah satunya kios-kios di sisi Kantor Pos.

a. barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta