Pameran Seni Keramik Prof. Chitaru Kawasaki
Karya Pertalian Jepang - Indonesia
Setelah selama 24 tahun Prof. Chitaru Kawasaki mempelajari seni keramik Indonesia, ia memberanikan diri berpameran di Jakarta. Karya-karyanya yang berpilin dan bertautan menyampaikan pesan betapa pentingnya pertalian antarmanusia.
Prof.Chitaru Kawasaki sedang membentuk tanah liat menjadi sebuah karya seni keramik yang memadukan teknik Jepang dan Indonesia.
Knot, Connection and String Playing menjadi tema pameran keramik Prof. Chitaru Kawasaki yang digelar di Galeri Nasional, Jakarta, pada 1 Oktober 2012. Ini pameran karya seni keramiknya yang kali pertama setelah ia berkeliling Indonesia, untuk mengamati, dan meneliti seni keramik selama 24 tahun.
Prof. Chitaru Kawasaki lahir di Hiroshima pada tahun 1938. Ia mengenyam pendidikan sarjana di Kyoto City Collage Of Art jurusan sculpture (patung), kemudian melanjutkan pasca sarjanannya di universitas dan jurusan yang sama tahun 1962. Sejak tahun 1979 ia mulai aktif mengajar mata kuliah keramik di Fakultas Seni Kyoto, Seika University, Junior Collage Perfektur Shiga, dan menjadi guru besar di Fakultas Seni Kyoto dan dosen kehormatan di Kyoto Seika University.
Creating Wa, salah satu karya Kawasaki yang dipamerkan di Galeri Nasional
Minatnya pada seni keramik membawa sang profesor ke Indonesia. Selama 24 tahun Prof. Kawasaki berkeliling dan menetap di beberapa tempat di Indonesia. Selama 10 tahun terakhir ia tinggal di Desa Pagerjurang, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, untuk lebih intens mendalami seni keramik di situ.
Keinginan untuk mengumpulkan dan memamerkan karya keramiknya sendiri baru muncul dalam dirinya pada tahun lalu. Mulailah satu demi satu karyanya lahir. Tanah liat halus ia bentuk menjadi satu tema yang dibuat dengan menggabungkan seni keramik tradisi Jepang dan Indonesia.
Ada 38 karyanya, yang terbuat dari tanah liat dan dibakar dengan suhu 700 derajat Celsius, dipamerkan. Semuanya bernuansa coklat. Untuk pewarnaan coklat, Kawasaki menggunakan teknik tradisional, yaitu daun munggur yang dibakar sehingga menghasilkan warna kecoklatan.
Hampir semua karya Prof. Kawasaki bertemakan pertalian antarmanusia
Hampir semua karyanya menggambarkan simbol saling menjalin atau tali-temali. Bentuk yang dipilin melengkung dan saling melilit memiliki arti tentang dua orang yang menjadi satu. Melalui karyanya itu ia memang ingin menekankan tentang arti pentingnya hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya.
Sang profesor tak hanya berhenti meneliti dan berkarya. Ia bahkan bergerak untuk membujuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan supaya mengadakan SMK khusus jurusan keramik dan tekstil. Sekolah khusus itu penting, demikian alasan Kawasaki, untuk melestarikan teknik pembuatan keramik, khususnya model putaran miring yang katanya hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa dan Bali.
Heart Of Thunder
Perjuangannya tak sia-sia. Kemendikbud menyambut baik gagasannya. SMK Negeri 1 Rota Bayat akhirnya mewujud, dan berhasil meluluskan siswa untuk pertama kalinya pada Juni 2012.
Natalia S.
Artikel Lainnya :
- Komunitas Alumni Arsitek UGM Gelar Pameran Foto(15/05)
- 21 Maret 2011, Kabar Anyar - BANGUNAN KENANGAN MIMI FADMI(21/03)
- Grup Sahita Mbok-mbok Pelawak Dari Solo(08/12)
- Denmas Bekel(26/05)
- 27 Agustus 2010, Kursus Tembang Macapat - KURSUS TEMBANG MACAPAT(27/08)
- 10 April 2010, Jaringan Museum - MENGENAL KERETA-KERETA PUSAKA KRATON KASULTANAN YOGYAKARTA(10/04)
- KICIK KAMBING, TONGSENG, SATE DAN TENGKLENG(12/07)
- 13 Desember 2010, Klangenan - PLESETAN: DARI KATA MENUJU VISUAL(13/12)
- AYAM GORENG BACEMAN MBOK SABAR(29/06)
- 'SENI RUPA KARTINI': PEREMPUAN MELUKIS DIRINYA(28/04)