- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Temen»Grup Sahita Mbok mbok Pelawak Dari Solo
08 Dec 2011 09:06:00Pernah melihat pertunjukan Matah Ati, sebuah pentas tari kolosal karya sutradara Bandoro Raden yang perdana dimainkan di Teater Esplanade Singapura, kemudian di susul pertunjukkan selanjutnya di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Pertunjukan itu memang sangat megah dari sisi cerita, panggung dan artistik. Tapi yang paling di ingat dari keseluruhan pagelaran itu adalah kelompok mbok-mbok berkostum jarik, kain dan kebaya, dengan rambut konde cepol awut-awutan dengan dandanan layaknya wanita berusia 60 tahun. Mereka tampil di tengah pertunjukkan dengan gaya dan guyonan yang di dominasi bahasa Jawa, terkadang mereka menari menggoyang pinggul sesuka mereka.
Mereka adalah kelompok komedian perempuan yang memiliki kemampuan teater, tari dan melawak. Kemunculannya yang tak terduga dalam setiap pertunjukan tak bisa dipungkiri memiliki nilai lebih tersendiri, mereka unik dan punya ciri khas. Saat ditemui di Gedung Kesenian Jakarta, usai pentas pertunjukan Kabaret Keroncong beberapa waktu lalu, kelompok yang diprakarsai oleh Wahyu Widayati (Inonk), Sri Setyoasih (Tingtong), Sri Lestari (Cempluk), Suharti dan Atik Kenconosari ini sangat ramah dan sesekali melemparkan guyonannya saat di wawancara. “Kita ini terbentuk sejak 2001, tepatnya 22 Juni, awalnya kita satu kelompok dengan teater berbahasa Jawa Gapit. Setelah sutradara Teater Gapit meninggal kami berpikir untuk membentuk kelompok ini,” papar Inonk.
Sahita yang dalam arti bahasa sansekerta adalah kebersamaan ini pun mulai aktif membuat sesuatu yang sederhana namun bisa membuat banyak orang terkesan. “Kita coba membuat sesuatu yang sederhana, karena kita semua ibu-ibu yang tetap prioritaskan keluarga, antar anak sekolah dulu, masak dulu, baru berkumpul. Kita membuat tarian-tarian dan musik yang berasal dari “cangkeme dewe”,” ujarnya. Seluruh anggota Sahita kecuali Sri Lestari adalah alumnus ISI Surakarta, sedangkan Sri lulusan Universitas Sebelas Maret, Solo. Dalam perjalannya sejak terbentuk mereka sudah menghasilkan beberapa karya, diantaranya “Gathik Glinding”, “Srimpi Ketawang Lima Ganep”, “Iber-iber Tledhek Barangan”, “Pangkur Brujul”, “Seba Sawaka”, “Alas Banon”, dan “Seratan”.
Seiring perjalanan mereka inilah, akhirnya Sahita bertemu dengan banyak teman, seperti Garin Nugroho, Sardono W. Kusumo dan sutradara-sutradara panggung pertunjukkan yang akhirnya membawa Sahita semakin dikenal bahkan sampai mancanegara. Soal guyonan mereka dalam setiap pertunjukkan diakui Inonk didapatnya secara spontan bersama-sama, mereka pun kerap menyindir lewat guyonan yang segar dan cerdas. “Kita itu nggak ada yang pinter, itu keistimewaan kita, setiap di kasih pelajaran yang nyangkut itu cuma yang buruk-buruk saja, jadi harap dimaklumi“ katanya sambil tertawa kencang.
Sampai saat ini, Sahita bersyukur bisa dikenal dan disukai banyak orang lewat karya dan guyonan apapun dari mereka. Namun mereka menegaskan bahwa mereka bukan pelawak, mereka adalah kelompok serba bisa yang mampu mengangkat berbagai persoalan sehari-hari keatas panggung dengan gaya bahasa mereka sendiri.
Temen nan yuk ..!
Natalia S.
Artikel Lainnya :
- 12 Februari 2010, Kabar Anyar - Tembi, MEMADUKAN KEGIATAN BUDAYA MASA LALU DAN MASA KINI(12/02)
- Stasiun-stasiun Kecil di Jogja(29/08)
- 6 Februari 2010, Adat Istiadat - UPACARA ADAT SAPARAN KI AGENG WONOLELO DI PONDOK WONOLELO, WIDODOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, PROPINSI DIY (1I)(06/02)
- 26 April 2010, Suguhan - SOTO KUDUS DI BANTUL(26/04)
- 15 Nopember 2010, Kabar Anyar - BARANG-BARANG DAN DEBU MERAPI(15/11)
- LONG(10/01)
- Markesot Bertutur Dari Emha Ainun Najib(13/11)
- Gubug Makan Iwak Kalen(04/06)
- 2 Desember 2010, Primbon - Watak Dasar Bayi(02/12)
- 40 YEARS OF SILENCE(20/08)