Tembi

Berita-budaya»\'SENI RUPA KARTINI\': PEREMPUAN MELUKIS DIRINYA

28 Apr 2011 06:50:00

'SENI RUPA KARTINI': PEREMPUAN MELUKIS DIRINYAKartini, yang sudah satu abad lewat, tidak pernah dilupakan. Setiap bulan April, terutama tanggal 21 April, peringatan untuk Kartini dirayakan, dari kalangan anak-anak sampai perempauan dewasa. Ada bermacam bentuk kegiatan, yang mudah ditemukan mengenakan pakaian adat. Ini ada satu bentuk peringatan Kartini, yang dilakukan oleh para perempuan dewasa dalam bentuk pameran karya seni rupa, yang diberi tema ‘Kartini: The Power of women in Art’. Pada kata Kartini, huruf yang menunjuk ‘art’ diberi penekanan, sehingga memberikan imajiansi ‘art’ pada kata Kartini.

Pameran dilakukan di gedung Purna Budaya, Pusat Kebudayaan Koesnadi'SENI RUPA KARTINI': PEREMPUAN MELUKIS DIRINYAHardjasumantri, kompleks UGM, 23 April – 2 Mei 2011. Sejumlah perempuan, tidak hanya perupa, seperti dokter, arsitek dan lainnya ikut ambil bagian dalam pameran ini. Mereka yang tampil dari kalangan perupa misalnya. Koni Herawati, Lucia Hartini Mella Jaarsma, Kartika Affandi dan lainnya. Dari kalangan professional, misalnya Dwita Hadi Rahmi, artsitek, Ida Safitri Laksono, dokter spesialis anak, Laretna T Adishakti, arisitek. Etty Indiati, dokter gigi dan lainnya. Sekitar 40 karya dalam beragam visual, termasuk karya instalasi dihadirkan pada pameran ini.

Sebagian karya yang ditampilkan, dari karya, sebut saja, perupa perempuan, menampilkan ‘dirinya’, dalam arti, tubuh perempuan sebagai'SENI RUPA KARTINI': PEREMPUAN MELUKIS DIRINYAfigur yang divisualkan. Ada juga simbol perempuan, yang tidak menunjuk langsung tubuh perempuan, tetapi dari visual karya Dwita Hadi Rahmi, ‘Pit Jengki’ judulnya, adalah indikasi dari jenis kelamin perempuan. Karena sepeda jengki, atau ‘pit jengki’ memang sepeda untuk perempuan. Tubuh-tubuh perempuan, dalam bermacam ekspresi mendominasi dalam pameran dari karya-karya perempuan. Juga ada karya instalasi yang digantung, persis di atas tangga untuk naik ruang pamer lantai dua, yang yang membentuk linkaran dan bertuliskan ‘She’

Kartini, sosok yang terus dikenal perjuangannya, dan kata emansipasi seperti telah melekat dalam kesadaran perempuan. Malah seolah, problem'SENI RUPA KARTINI': PEREMPUAN MELUKIS DIRINYA gender ditengerai bisa ‘diselesaikan’ melalui kalimat emansipasi. Meski kita tahu, dikotomik domestik-publik masih menjadi persoalan, namun setidaknya ruang publik bukan lagi wilayah ‘terlarang’ untuk perempuan. Bahkan, banyak perempuan yang sudah ‘menghuni’ ruang publik sebagaimana laki-laki berada disana.

Dalam kata lain, persoalan yang dihadapi perempuan bukan hanya pada pembagian kerja secara seksual, bahwa perempuan di wilayah domestik dan laki-laki di ruang publik. Tetapi lebih pada ketidakadilan yang,'SENI RUPA KARTINI': PEREMPUAN MELUKIS DIRINYAsampai sekarang masih terus dialami oleh perempuan. Karena itu, lukisan yang berjudul ‘Peran Siapa?’ karya Nita Juniarti, yang memvisualkan sosok perempuan yang terduduk lelah dengan kepala disandarkan pada kursi yang penuh baju (sudah dicuci, tetapi belum disetrika), dan dihadapan perempuan lelah itu tergantung baju laki-laki dalam rupa sama-samar. Nita, sebagai perupa, seperti sedang bertanya: Peran siapa wilayah domestik sesungguhnya harus mengambilnya? Mungkin, Nita sekaligus bertanya, mestikah mencuci dan menyetrika, sebagai jenis pekerjaan domestik selalu milik perempuan?

Padahal, kenyataan di lapangan, ada banyak pria, yang mengerjakan jenis pekerjaan domestik, yang identik sebagai pekerjaan perempuan. Laki-laki, tidak lagi tabu mencuci atau menyetrika. Atau juga, pria tidak lagi alergi di dapur untuk memasak. Bahkan di restoran atau di warung-warung kaki lima, kita sering menjumpai, koki atau tukang masaknya laki-laki, bukan perempuan.

Karena Kartini adalah perempuan, dan pada masa hidupnya berjuang untuk ‘kebebasan’ perempuan, sehingga, sampai sekarang, kalau memperingati hari Kartini, masih mengingat memperjuangkan hak-hak perempuan. Memang, sistem patriarki belum memberi ruang yang sama antara laki dan perempuan. Oleh sebab itu, gerakan gender bukan hanya untuk perempuan, melainkan juga untuk laki-laki.

Seni rupa Kartini, sebut saja begitu, dalam pameran yang mengambil tema “Kartini: The Power of Women in Art” sebagian besar karyanya menampilkan diri perempuan. Ini artinya, para perupa perempuan sedang ‘membicarakan’ persoalan dirinya.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta