Tembi

Yogyakarta-yogyamu»YOGYAKARTA DIBANGUN UNTUK BEBAS DARI BANJIR

01 Jan 2008 02:35:00

Yogyamu

YOGYAKARTA DIBANGUN UNTUK BEBAS DARI BANJIR ?

Kota Yogyakarta didirikan dengan sebuah perhitungan yang cukup baik. Mendiang Sultan Hamengku Buwana I yang waktu itu masih bernama Pangeran Mangkubumi telah memperhitungkan bahwa Keraton Yogyakarta harus didirikan di atas tanah yang baik dan aman. Salah satu tindakan pencegahan demi keamanan dan keselamatan Keraton dari ancaman bencana alam letusan Gunung Merapi adalah dengan meletakkan keraton jauh di selatan "benteng" berupa bukit, yakni Bukit Plawangan dan Kaliurang di sisi utara. Dengan demikian, aliran lahar atau letusan gunung ini dapat dicegat oleh bukit-bukit tersebut. Sedangkan untuk menghindari banjir yang dapat melanda keraton, maka keraton didirikan di antara jalur-jalur sungai bertebing cukup tinggi. Sungai-sungai yang sekarang melintasi wilayah Kotamadia Yogyakarta adalah Sungai Code, Sungai Winanga, dan Sungai Gajah Wong.

Melalui ketiga sungai ini limpahan air hujan yang mengguyur kota Yogyakarta dapat dialirkan ke dalamnya. Dengan demikian, debit air yang tinggi yang memasuki kota Yogyakarta dapat dengan cepat dipindahtempatkan pada lokasi yang lebih aman. Di samping itu, dengan ketiga sungai yang memasuki kotamadia itu Yogyakarta akan relatif lebih terjaga cadangan air bersihnya. Setidaknya ketiga sungai tersebut dapat difungsikan untuk menggelontor limbah di tengah kota Yogyakarta sehingga endapan limbah dapat segera tersingkirkan. Oleh karena itu pula penggelontoran kota salah satunya dilakukan dengan memasukkan air ke suplesi Code melalu I saluran bawah tanah menuju ke arah Jl. Malioboro terus ke selatan masuk ke kawasan Keraton Yogyakarta. Dari Keraton Yogyakarta air terus menuju ke selatan dan dipecah ke arah barat dan timur. Ke barat sampai ke Sungai Winanga dan ke arah timur sampai ke Sungai Code. Sedangkan buangan lainnya digunakan untuk mengoncori daerah pertanian di sekitar Krapyak-Mantrijeron dan juga Sewon bagian utara.

Hanya saja sungai-sungai yang melintasi wilayah kotamadia ini pada saat sekarang relatif tidak terjaga kehidupannya, utamanya pada sisi kebersihannya. Akibatnya air dari ketiga sungai ini tidak lagi layak digunakan untuk mandi maupun mencuci. Hal yang demikian pada tahun tujuh puluhan dapat dikatakan belum begitu nampak. Pada tahun-tahun tersebut orang-orang di sekitar aliran ketiga sungai tersebut masih sangat lazim menikmati kejernihan air ketiga sungai untuk mandi dan mencuci. Pad tahun-tahun tersebut habitat ikan yang hidup di dalamnya pun masih relatif lengkap dan dalam jumlah yang cukup banyak.

Yogyakarta yang pada awalnya dirancang untuk bebas banjir ini sekarang nampaknya gagal memenuhi rancangan itu. Yogyakarta sudah terbiasa mengalami banjir. Hal ini utamanya diakibatkan oleh ulah manusianya sendiri. Banyak saluran air di berbagai tempat macet karena banyak saluran air yang digunakan untuk tempat pembuangan sampah. Di samping itu juga terjadi pendangkalan saluran air di sana-sini akibat tidak rajinnya warga Yogyakarta sendiri dalam mengontrol dan membersihkan saluran-saluran tersebut.

Berikut disajikan beberapa foto dari sungai yang mengaliri Kotamadia Yogyakarta. Silakan nikmati. Semoga Anda semakin menyayangi Yogyakarta dengan penuh tanggung jawab.

Sumber: Suhindriyo, 2001, Anugerah Kali Progo, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama

Teks: Sartono Kusumaningrat
Foto: Didit Priya Daladi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta