Tarakardha, The First Laser Man in Asia

Tarakardha, The First Laser Man in Asia

Be the 1st, Be the Different, Be the Best. Adalah tiga kalimat yang perlu dilakukan untuk semua orang kalau mau sukses dengan profesinya. Hal itu yang dilakukan oleh Nyoman Swantara Kardha , seorang pesulap yang belakangan dikenal dengan julukan Laser Man.

Tarakardha lahir di Denpasar 5 Juli 1983 dari sebuah keluarga kecil di Denpasar Bali. Ia anak kedua dari dua bersaudara. Ayahnya seorang kontraktor orang Bali asli dan ibunya dari Malang Jawa Timur yang sehari-harinya bekerja membuat kerajinan tangan.

Jiwa seni yang kuat dalam diri Tarakardha bisa jadi tumbuh dari pendidikan orangtuanya yang memberi kebebasan dan tidak pernah ada larangan. Orangtuanya tahu betul bagaimana mengarahkan hal yang secara umum dianggap negatif sebetulnya bisa jadi prestasi jika pengarahannya benar, misalnya anak yang suka berkelahi bisa jadi juara jika diarahkan ke seni bela diri.

Bisa main gitar, bass, piano, drum dan beberapa alat musik tradisional membuat Tarakardha makin suka dengan seni pertunjukkan. Sampai suatu hari ketika ia melihat sebuah pertunjukkan sulap Tarakardha begitu tercengang memperhatikan bagaimana si pesulap menghilangkan sapu tangan dari tangannya di sebuah acara festival di kotanya.

Rasa ingin tau yang sangat kuat mendorong Tarakardha untuk membeli buku yang dijual oleh si pesulap, “harganya waktu itu 75 perak” cerita Tarakardha kepada Tembi dengan ekspresi senang luar biasa. Ekspresinya membuat Tembi merasakan hal yang sama ketika ia membeli buku itu hampir 20 tahun yang lalu ketika dirinya masih kelas 4 SD.

Reaksi heran ayahnya waktu Tarakardha mempraktekkan trik sulap yang baru ia pelajari dari buku membuatnya makin semangat mendalami sulap. Sejak itu, hobby baca bukunya bertambah jenisnya dari komik dan buku-buku sejarah bertambah buku sulap. Setiap pergi ke toko buku Gramedia, lorong yang pertama ia tuju adalah lorong hobby untuk dapetin buku sulap yang terbaru. Minat pada seni sulap membuatnya merasa gak ada hari tanpa sulap,”rasanya gatel, kalo sehari nggak main sulap”. Tiap hari maunya latihan, tiap hari sukanya bikin orang heran, terpukau, terhibur.

Akibat Krismon 1998 yang merontokkan usaha ayahnya membuat Tarakardhaharus bisa mengakali hidup sejak SMP sampai di masa awal kuliahnya di Bandung tahun 2001. Untuk sekedar tidurpun dirinya harus kesana kemari cari tumpangan karena tidak ada biaya untuk bayar kost. Kalau ada tugas, ia menunggu temannya selesai, supaya ia bisa pinjam computer temannya.

Tarakardha, The First Laser Man in Asia

Tahun 2002 mulai sedikit ada peningkatan. Sudah bisa sewa kamar kost karena dapat beasiswa. Dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan praktikum, Tara membuatnya jadi alat-alat sulap. Setiap malam ia berjalan kaki dari tempat kostnya di daerah Padasuka ke Jalan Dago untuk main sulap di sebuah sudut kafe tanpa dibayar.”Rasanya gatel aja kalo sehari nggak main sulap, seneng banget rasanya bisa bikin orang heran tercengang”, cerita Tarakardha menjelaskan kepada Tembi mengapa ia rajin unjuk kebolehan, menghibur tamu café tanpa dibayar.”Kadang ada juga sih, teh tawar dari pemilik kafe, mungkin kasihan sama saya,” lanjutnya menceritakan imbalan dari pemilik kafe.

Suatu hari Tarakardha ditelepon oleh seseorang yang melihat iklan alat sulapnya yang dipasang di satu sudut kafe tenda ditempat biasa ia main. Orang itu mengajaknya ketemu. Ternyata ia juga pesulap, namanya Denny Multi yang sekarang popular dengan nama Denny Darko.

Bersama Denny Darko Tarakardha membentuk usaha bersama dengan nama Invisible di sebuah sudut Distro Infictus milik temannya Denny Darko. Pekerjaan pertama sebagai pesulap professional mereka mulai tahun 2003 sebagai pemain sulap yang tampil 2 kali perminggu di café Potluck dengan bayaran seratus tujuhpuluh lima ribu untuk mereka berdua.

Tampil di event-event gathering perusahaan, kawinan sampe sunatan adalah kegiatan yang sering mereka terima sebagai job mereka. Karir mereka sempat tersendat ketika muncul acara ilusi di televisi.

Tahun 2005 Tarakardha memutuskan untuk hijrah ke Jakarta sendiri. Tarakardha selalu berpikir untuk naik kelas, Terinspirasi dari idolanya, David Copperfield, Tarakardha ingin naik dari street magician ke illusion. Di Jakarta Tara membentuk tim karena pertunjukkan ilusi butuh tim. Karirnya sebagai Coorporate Illusion menanjak karena konsep ilusi yang ia untuk acara launching product selalu mengangkat produk klien, bukan pesulapnya.

Merasa cukup dengan Coorporate Illusion, Tarakardha kembali berpikir untuk naik kelas lagi. Terinspirasi dari sebuah laser dance yang ia lihat di Youtube, ia mulai meriset memadukan sulap dengan laser.

Tentangan dari rekan-rekannya yang nggak yakin dengan idenya justru membuatnya makin penasaran. Satu tahun penuh ia pelajari untuk memahami apa itu sinar laser, bagaimana membuatnya dan semua hal yang berkaitan dengan sinar laser. Ia sendiri yang merancang alat agar sesuai dengan fantasi yang ia bayangkan. Selama 3 bulan penuh ia tidak keluar kamar demi mewujudkan rancangannya.

Tarakardha, The First Laser Man in Asia

Setiap ada kemauan pasti ada jalan. 14 Juli 2009 ide dan karyanya yang ia sebut sebagai Laser Manipulation dilaunching di sebuah acara opening party club di Jakarta. Sejak itu permintaan tampil seperti tidak pernah ada habis antriannya sampai ke luar negeri. Namanya sebagai pelaku Laser Manipulation semakin dikenal. Bahkan nama Tarakardha masuk sebagai 5 besar kandidat untuk tampil dalam acara penutupan olimpiade 2012 di London. Tarakardha terpilih dari 400.000 calon yang ada di seluruh Asia.

“Kepinginnya sih nama Tarakardha dikenal sebagai brand, bukan perorangan. Soalnya setelah ini saya mau naik kelas lagi untuk mewujudkan pertunjukkan baru dengan teknologi hologram”.

Lalu apa lagi setelah ini? “Aku kepingin bikin pertunjukkan yang bisa memadukan semua bentuk seni, ada tari, teater, musik, sulap dengan teknologi yang bikin penonton suka”. Penggemar astrologi ini juga masih menyimpan obsesi lainnya dalam dunia seni pertunjukkan.”Aku kepingin seni pertunjukkan yang nggak pake sponsor, aku ini seniman, aku lebih suka sedikit orang yang nonton karena mereka mbayar untuk nonton karyaku dari pada ramai karena gratisan” papar pencinta sejarah ini serius.

Temen nan yuk ..!

ypkris

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta