Satu Jam Belajar Gamelan
Musik Gamelan Jawa sesungguhnya adalah music yang mapan, dalam arti bahwa komposisi musik Gamelan Jawa sudah tertata sedemikian rupa sehingga masing-masing instrument yang ada memunyai fungsi sendiri-sendiri dengan jelas. Misalkan instrument saron berfungsi sebagai melodi dari sebuah lagu, dipukul satu kali pada setiap nadanya. Sementara Insrumen yang lain memberi kerapatan nada, variasi nada dan aksentuasi nada. Semua berperan sebagaimana mestinya. Jika pun ada permainan secara individual, masih dalam format yang ada.
Musik Gamelan Jawa disebut pula dengan Karawitan dari kata ngrawit, rumit atau sangat detail, rapat dan penuh, sehingga dengan demikian musik Gamelan Jawa tidaklah mudah untuk ditambah dengan instrument lain selain insrumen yang sudah ada.
Namun bukan berarti musik Gamelan Jawa tidak mudah dipelajari. Oleh karena kemapanannya musik ini justru gampang dipelajari oleh setiap orang, mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Hal tersebut telah dibuktikan oleh Tembi Rumah Budaya. Berawal dari kewajiban bagi seluruh karyawan untuk memukul Gamelan, Tembi Rumah Budaya membuka program belajar gamelan Jawa untuk umum dalam tempo cepat. Dalam tempo satu jam peserta program ini diharapkan sudah dapat memukul gamelan Jawa dengan benar.
Lebih dari empat tahun program ini dibuka, seiring dengan semakin matangnya para karyawan berlatih Gamelan, sehingga dengan demikian merekalah yang kemudian bertugas mendampingi peserta program belajar gamelan ini.
Ada pepatah mengatakan ‘tak kenal maka tak sayang’ Demikian halnya dengan musik gamelan Jawa. Mereka akan menjadi asing dengan musiknya sendiri karena tidak mengenal. Oleh karena alasan tersebut program untuk mengenalkan musik gamelan ini dibuka, agar mereka yang merasa mempunyai musik ini menjadi sayang.
Seperti Nampak pada ekspresi wajah Anton Isselhadrt pemain flute dari Jerman yang menunjukkan rasa senang setelah mengenal musik Gamelan ini, melalui program belajar musik gamelan dengan cepat, pada Jumat siang 10 Agustus 2012. Ia bersama ketiga temannya yaitu My Huong Nguyen pemain violin dari Vietnam, Ava Rebecka Rahman pemain violin dari India berwarga negara Inggris dan Matthias Diehner pemain violoncello dari Jerman, yang pada malam harinya akan mengadakan konser musik Klasik Eropa di Museum Tembi Rumah Budaya, telah menyisihkan waktunya untuk mengapresiasi musik klasik Jawa. Keempat musisi tersebut dengan cepat mampu membawakan instrument lagu Sluku-Sluku Bathok yang diajarkan dengan lancer dan benar.
‘Sluku-sluku Bathok,
bathoke elao-elo,
si rama menyang Solo,
leh-olehe paying motho,
pak jenthit lolo-lobah,
wong mati ora obah,
yen obah medeni bocah,
yen urip goleka dhuwit’
Dengan logat Eropa Mr Anton menirukan syair lagu tersebut yang berisi pesan bahwa orang yang tidak melakukan apa-apa seperti halnya orang mati, yang hanya membuat takut orang lain. Maka seyogyanya orang hidup itu bekerja mencari nafkah lahir dan juga nafkah batin.
Menyaksikan ekspresi wajah keempat musisi yang menunjukkan rasa kepuasannya setelah satu jam belajar gamelan, kemungkinan, belajar gamelan dapat dikategorikan sebagai salah satu dari nafkah batin, untuk ‘ngrabuk sukma dan ndangir salira’.
Foto: Barata, tulisan: herjaka
Artikel Lainnya :
- Dolanan Layangan(03/04)
- KAYA PANG KETIUP ING ANGIN(27/06)
- PAK PRAPTO DAN FANATISME BLANGKON GAYA JOGJA(18/08)
- 6 Agustus 2010, Figur Wayang - Derita Tidak Berhenti(06/08)
- 20 Oktober 2010, Yogya-mu - JASA PAIMAN DALAM PERSURJANAN DAN BESKAP DI JOGJA(20/10)
- WC TAHUN 1920-AN(08/06)
- MOBIL BUNG TOMO, KINI BERADA DI MUSEUM SEPULUH NOPEMBER SURABAYA (07/01)
- 30 April 2010, Pasinaon basa Jawa - PENGUMUMAN UNAS(30/04)
- Sop Buntut Samino Berdiri Sejak 1972(07/01)
- Tetandhingan Macapat Kado Istimewa untuk Pak Lurah(15/10)