Jadi Model Sudah, Penyanyi Sudah, Artis Juga Sudah, Penulis Iya, Jadilah Happy Salma Sutradra
Modalnya adalah kesungguhan dan belajar sekaligus melakoni pekerjaan itu dengan segenap hati. Jadi melihat hasilnya nanti kita tidak akan menyesal karena sudah dikerjakan dengan hati dan sungguh-sungguh, apapun jenis pekerjaannya.
5 Sutradara Film Rectoverso, foto: http://www.muvila.com
Alih-alih menemani kakaknya yang kebetulan mewakili Jawa Barat untuk mengikuti ajang Putri Indonesia, perempuan kelahiran 4 Januari 1980 ini malah ikut difoto dengan film yang tersisa. Foto itu kemudian dikirimkan ke Majalah Gadis. Tak disangka ia terpilih menjadi finalis dari ribuan peserta.
Honor pertamanya sebesar Rp 150.000 membuatnya senang dan bangga, apalagi usianya saat itu baru 15 tahun. Setelah dijalani, Happy Salma merasa modelling bukan dunianya. Ia risih karena harus selalu tampil cantik dan pintar bergaya.
Dengan teman-teman sekolahnya Happy kemudian membentuk band bernama Fla. Selain sibuk dengan bandnya, sesekali ia menjadi pemain pengganti kelompok band kakaknya yang beraliran metal. Bersama band kakaknya ini Happy berkenalan dengan Eri dari U-Camp dan diajak masuk dapur rekaman untuk pertama kalinya.
Dari penyanyi, Happy langsung loncat menekuni dunia akting. Saat itu musisi Franky Sahilatua menawarkan bermain di salah satu sinetron produksi teman Franky, di penghujung tahun 1998, awal karier aktingnya diuji.
Di panggung teater
Istri dari Tjokorda Bagus Dwi Santana ini keasyikan berakting. Beberapa judul sinetron pernah dilakoninya, antara lain 'Bujangan', 'SI Cecep', 'Kutunggu Cintamu', dan 'Cowok-cowok Keren'. Belum lagi beberapa judul layar lebar yang salah satunya ‘7 Hati 7 Cinta 7 Wanita' yang membawa wanita ayu ini meraih Piala Citra kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 2010.
Dunia presenter dan iklan juga dicicipi wanita berkulit sawo matang ini. Dunia baru kemudian diretas setelah ia mencoba berlakon dalam berbagai pementasan teater. 'Nyai Ontosoroh', monolog ‘Ronggeng Dukuh Paruk’, 'Wayang Jabang Tetuko' dan 'Opera Diponegoro' juga didalami dengan serius. Belakangan ia merasa hidup glamour dalam dunia selebriti bukan yang ia cari selama ini.
Di sela-sela kegiatan syutingnya, Happy sibuk mengumpulkan tulisan-tulisannya yang tercecer. Beberapa naskah pun dikirimkan ke penerbit-penerbit. Langkahnya memang tak mulus, beberapa kali naskahnya ditolak karena tulisannya dianggap biasa saja.
Setelah sekian lama, cerpennya berjudul ‘Pulang’ mendapat apresiasi di ajang Khatulistiwa Literary Award sebagai nominasi penulis muda berbakat. Sejak saat itu karya-karyanya bermunculan, antara lain ‘Telaga Fatamorgana’, 'Hanya Salju dan Pisau Batu’ dan lainnya. “Aku ingin banget menggiatkan kembali dunia sastra, tulis menulis, terutama membaca di kalangan anak muda,” katanya.
Kumpulan cerpen Happy Salma
Karena kecintaanya juga dengan berbagai karya dan seni pertunjukkan nonkomersial, Happy bersama sahabatnya mendirikan Lembaga “Titimangsa Foundation” yang bertujuan untuk mengorganisasi segala kegiatan seni dan sosial.
Dan setelah dunianya disibukkan dengan kegiatan sebagai pembicara dalam seminar-seminar dengan isu perempuan, politik, dan budaya, ia kembali membuktikan bahwa dirinya adalah wanita serba bisa. Lewat sebuah karya film yang diangkat dari novel Dewi Lestari berjudul ‘Rectoverso’, Happy Salma sukses menjadi sutradara.
“Kebetulan aku kebagian salah satu cerita yang berjudul hanya isyarat, yang bercerita tentang kisah cinta yang puitis. Aku coba dengan gaya anak muda, obrolan sehari-hari tapi tetap puitis. Lumayan susah loh menggabungkan keduanya,” katanya saat ditemui di Rolling Stone Cafe baru-baru ini.
Diakuinya juga kesulitan menjadi sutradara terletak pada ego. Beberapa kali ia kesulitan karena sibuk memikirkan perasaan orang lain, padahal seharunya sebagai sutradara ia harus bisa lebih egois sedikit. Ketakutan yang dihadapinya saat awal menjalani proses adalah tidak bisa menghasilkan visual yang sempurna dari novel tersebut, namun pengalamannya berakting selama ini diharapkan mampu memberikan yang terbaik.
Happy Salma saat latihan “Nyai Ontosoroh”
bersama Ine Febrianti dan David Chalik
“Modalnya adalah kesungguhan dan belajar sekaligus melakoni pekerjaan itu dengan segenap hati. Jadi melihat hasilnya nanti kita tidak akan menyesal karena sudah dikerjakan dengan hati dan sungguh-sungguh, apapun jenis pekerjaannya,“ kata Happy dengan happy.
Page Facebook Happy Salma : https://www.facebook.com/pages/Happy-Salma/43495537676
Temen nan yuk ..!
Natalia S.
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Dwi Sujanti Nugraheni, Setia Memelihara Mimpi(23/01)
- Thomas Ramadhan Jadi Produser Anaknya Nge-Band Rock(12/01)
- Agussis Melukis Bak Pembatik(03/12)
- Tedy Nurmanto Membuat Gitar dari Tanah Liat(01/12)
- Fombi Membuat Puisi Untuk Lebih Mudah Dipahami(26/11)
- Jono Gugun Blues Shelter(19/11)
- Bow Vernon, Menghapus Perang di Kalangan Pesulap(15/11)
- Prisia Nasution Garap 3 Film Pendek(12/11)
- Ketzia Laurentyna, Nyanyi Jalan Terus, Bisnis pun Siap Diretas(01/11)
- Olivia Zalianty Sandang 3 Duta Sekaligus(29/10)