Prisia Nasution Garap 3 Film Pendek

Awal kemunculannya di layar FTV (Film Televisi) memang tidak terlalu mencolok. Namanya justru mulai dikenal sejak perannya sebagai penari ronggeng yang heboh dengan adegan telanjangnya di film “Sang Penari”. Film itu juga yang membawa Prisia menjadi Aktris Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2011.

Prisia Nasution dengan Piala FFI Pertamanya, foto: ceritamu.com
Phia dengan bukti prestasinya, Piala Artis Terbaik FFI 2011

Lahir di Jakarta, 1 Juni 1984, Prisia Wulandari Nasution berhasil membuktikan kerja kerasnya memilih dunia entertainment. Mengawali kariernya sebagai model, Prisia yang akrab disapa Phia kemudian menjajaki dunia pembawa acara, diantaranya World Kick Off, dan Lensa Olahraga.

Kariernya terus melesat sejak ia membintangi beberapa judul FTV. Phia kerap mendapatkan peran dengan karakter yang berbeda-beda, dan semua perannya selalu berhasil mencuri hati pecinta FTV.

Wanita yang hobi olahraga ini juga pernah bergabung bersama Teater Populer, asuhan Slamet Rahardjo. Di teater ini ia mengaku digembleng dalam mendalami seni peran. Tak hanya itu, Phia juga pernah mengambil kursus singkat akting selama sebulan di NIDA (National Institute of Dramatic Art).

Peran Srintil dalam film Sang Penari, kemudian menjadi tonggak keberhasilannya. Totalitasnya berperan sebagai penari ronggeng sempat menjadi pembicaraan, karena ada scene ia menari meski tidak memiliki basic menari. Phia berhasil masuk dalam karakter Srintil. Meski mengaku tidak berharap muluk, karena ini debut film pertamanya, ia tak menyangka, lewat perannya ini ia mendapatkan penghargaan pertamanya, Aktris Terbaik FFI tahun 2011.

Belakangan, putri dari pasangan Robert Nasution dan Siti Sundari ini diketahui memiliki potensi lain. Diam-diam ia sedang mencoba menekuni dunia menulis sekaligus sutradara. Kebiasaannya menulis diary dalam kesehariannya, ia tuangkan dalam sebuah karya film pendek.

Prisia Nasution berbaju pink,foto: pasbanget.co

Sampai saat ini, sudah tiga judul film yang dihasilkan. “Aku mau coba berkontribusi di belakang layar aja. Ada tiga judul, yang pertama Really Reality Real, yang kedua belum tahu, tentang manusia yang memakai topeng, judul sementara ini Topeng, dan yang ketiga tentang macet,” paparnya.

Saat ini ia mengaku puas dengan ide dan karya film pendeknya yang sedang digarap, sudah masuk proses editing. Namun ia masih belum terpikir untuk membawa ketiga filmnya ke ajang festival atau digarap lebih serius menjadi film layar lebar.

“Aku belum tau mau di-publish seperti apa. Sekarang tahapnya aku masih belajar dulu. Seru banget, aku jadi tahu masing-masing bagian dalam penggarapan film, dan ternyata tidak mudah mengkolaborasikan semuanya. Daripada mengeluh terus soal industri film, lebih baik melakukan sesuatu,” tutur Phia.

Poster film Sang Penari, foto: google.co.id
Dalam poster film Sang Penari

Temen nan yuk ..!

Natalia S.

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta