DAHSYATNYA AWAN PANAS DAN HANTAMAN MATERIAL MERAPI DI
SEPANJANG ALIRAN KALI GENDOL, CANGKRINGAN, SLEMAN

Dengan perasaan penasaran yang besar Tembi meluncur ke daerah atau lokasi yang baru saja terkena bencana alam, awan panas (dan material panas) di beberapa titik di sepanjang aliran Sungai Gendol, Cangkringan, Sleman. Titik pertama dari aliran Sungai Gendol yang dituju Tembi adalah Dusun Bronggang, Kalurahan Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Tembi ingat bahwa di dusun ini ada beberapa dam atau tanggul penahan material yang difungsikan juga untuk jembatan sebagai penghubung Dusun Bronggang dengan dusun di seberang sungai atau Kali Gendol. Ketika Tembi sampai di lokasi, dam tersebut tidak tampak lagi karena teruruk oleh pasir, kerikil, dan bebatuan dengan volume yang sangat luar biasa banyaknya. Dusun Bronggang di tepian Kali Gendol nyaris habis disikat awan panas. Tidak ada yang bisa bertahan dengan terjangan awan panas ini. Tumbuhan tumbang dan gosong menjadi pemandangan dominan. Demikian pula muntahan material Merapi yang menutupi Kali Gendol, kebun, perkampungan juga menjadi pandangan dominan.

Seingat Tembi, beberapa tahun sebelum terjadinya erupsi Merapi 5 November 2010, jurang-jurang di sepanjang Kali Gendol terlihat lumayan dalam. Tentu saja kedalamannya variatif. Ada yang kedalamannya mencapai 3-5 meter. Akan tetapi pada ruas-ruas lain bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan meter. Kini, jurang-jurang itu terutama yang berada di wilayah Kepuharjo dan Argomulyo semuanya nyaris lenyap. Semua tertutup oleh limpahan material dari perut Merapi. Batu-batu dalam berbagai ukuran juga menghiasi sepanjang aliran sungai ini. Bahkan batu sebesar truk atau sebesar gajah pun seperti menggelinding begitu saja dari Gunung Merapi dan masuk ke sungai ini.

Dari Bronggang, Tembi meluncur ke Dusun Kepuh, Kalurahan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan. Pada lokasi ini pemandangan yang didapat tidak jauh berbeda dengan pemandangan yang didapatkan di Bronggang. Semua benda di tepian Kali Gandol pada radius sekitar 200-500 meter dari tengah Kali Gendol hangus. Pohon-pohon kelapa banyak yang meranggas dan tumbang menjadi arang. Demikian pula pohon-pohon jenis lain. Rumah-rumah pun rontok. Kecuali itu tercium pula bau bangkai yang menyengat. Sementara lalat dalam jumlah ribuan beterbangan kian kemari. Mungkin mereka berpesta mengerubungi bangkai-bangkai ternak yang mati diterjang awan panas dan tidak bisa dievakuasi atau dikuburkan.

Tembi masih menyusuri dusun-dusun di sepanjang aliran Sungai Gendol. Semakin lama semakin mengarah ke hulu. Di sepanjang jalan Tembi menemukan beberapa pertigaan atau perempatan yang diberi papan petunjuk dengan tulisan Gendol Tour, Wisata Bencana Alam, Lava Tour, Lokasi Wisata Bencana, dan lain-lain. Pada setiap lokasi itu bisa dipastikan akan ada lokasi parkir yang dikelola oleh warga setempat. Kecuali itu ada pula petugas pemandu, petugas yang melayani penjualan tiket masuk lokasi. Alhasil, jika memang memasuki beberapa titik lokasi, maka diperlukan pembayaran tiket masuk dan biaya parkir yang besarannya bervariasi.

Di Dusun Kopeng, Kalurahan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan pemandangan yang didapatkan Tembi lebih memprihatinkan. Di dusun ini lebih tampak bahwa rumah yang rusak parah akibat hantaman awan panas lebih banyak. Material Merapi lebih banyak pula memporandakan perkampungan, kebun, sawah dan tegalan. Di tempat ini pula bau bangkai terasa lebih menyengat dan tentu saja, bunyi dengung sayap lalat terdengar lebih seru karena populasinya juga sangat banyak. Bukan hanya itu. Aroma bau belerang juga masih menyengat. Permukaan Kali Gendol yang telah berubah menjadi hamparan pasir, kerikil dan bebatuan masih terus mengeluarkan uap panas di sana-sini. Air dengan debit kecil yang mengalir di sungai ini juga terasa masih hangat. Ini menjadi petunjuk bahwa material Merapi yang telah dimuntahkan hampir dua bulan yang lalu itu masih juga belum padam sekalipun hujan cukup sering turun di wilayah ini.

Tidak ada kata lain kecuali ikut prihatin atas bencana yang telah merenggut banyak jiwa, harta, dan masa depan ini. Akan tetapi di balik semua kehancuran itu Tembi juga melihat tunas-tunas tumbuhan baru mulai bermunculan di bekas lokasi bencana. Barangkali hal itu merupakan tanda akan adanya harapan-harapan baru pada kehidupan yang baru yang lebih indah dan menjanjikan. Jangan larut dalam duka, kehidupan terus berjalan. Berteguh dalam harapan adalah modal untuk melangkah meraih masa depan yang lebih indah.

Berikut ini disajikan hasil bidikan Tembi tentang lokasi yang terkena bencana di sepanjang alirang Kali Gendol mulai dari Bronggang, Kepuh, dan Kopeng.

Pemotretan dilakukan hari Senin, 13 Desember 2010 jam 07.30-11. 14 WIB.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta