Fombi Membuat Puisi Untuk Lebih Mudah Dipahami
Tidak semua orang dapat menikmati puisi apalagi jika hanya membaca tanpa meresapi arti kalimat yang tertulis dalam puisi. Musikalisasi puisi menjadi cara mudah bagi orang untuk menikmati puisi.
Mengiringi Ketzia Laurentyna membawakan musikaliasi puisi “Hujan Sepanjang Jalan,”
puisi karya Sapardi dalam acara rutin “Sastra Bulan Purnama”,
acara pembacaan puisi yang digelar setiap bulan di amphitheater,
Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul
Gesekan cello Indra terdengar bagai gemuruh hujan yang menghapus terik mentari yang menerpa seharian. Denting piano Gigih mengalun pelan mengantar vocal bening Ketzia membawakan “Hujan Sepanjang Jalan”, sebuah puisi karya Sapardi. Gemericik air dari perkusi Ridhlo di sela-sela lagu memberi irama yang memperkuat suasana hujan gerimis di sebuah tempat tenang entah dimana.
Mereka adalah anak-anak muda yang berkecimpung di dunia musik yang tergabung dalam Fombi (Forum Musik Tembi), sebuah komunitas peminat, pelaku dan penikmat musik yang dinaungi Oleh: Tembi Rumah Budaya.
Musikalisasi puisi adalah cara lain untuk menikmati puisi secara lebih mudah. Tidak perlu konsentrasi khusus untuk merasakan apa yang tertulis dalam sebuah puisi, setidaknya bagi orang yang tidak terbiasa dengan membaca puisi karena isi puisi biasanya adalah curahan hati dan pikiran penulisnya. Sifatnya sangat personal.
“Musikalisasi puisi membuat kita perlu berpikir lebih dalam karena kita harus benar-benar memahami artinya supaya musiknya pas dengan kalimatnya, beda dengan lirik kita sendiri, lebih bebas dan bisa disesuaikan dengan musiknya,” papar Putri yang ikut menggarap musikalisasi puisi bersama rekan-rekannya dalam Fombi.
Musikalisasi puisi adalah proses untuk mengembangkan diri menjadi kreator musik, setidaknya bagi anggota komunitas ini sendiri. Hal ini diamini oleh Suta, mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) angkatan 2011 mayor violin. ”Tantangannya asik, kita harus bisa mendalami pemahaman yang beragam dan meninggalkan kesukaan jenis musik masing-masing untuk bisa menghasilkan karya bersama yang bisa dinikmati”.
Beberapa anggota Fombi berpose bersama Ketzia Laurentyna
setelah membawakan musikalisasi puisi
Proses berkaryalah yang sepertinya sangat membantu pengembangan diri bagi Suta dan teman-temannya. “Bagaimana menghasilkan musikalisasi sebuah puisi dalam tempo hanya 2 hari, itu sebenernya yang seru,” tambah Suta dengan senyum lebar mengisyaratkan kepuasan batin yang tidak ia dapat di komunitas lain.
Musikalisasi puisi sebagai “bentuk baru” menikmati puisi benar dirasakan oleh Wibi, lulusan ISI mayor biola yang baru pertama terlibat dalam musikalisasi ini. “Aku sebenarnya nggak suka puisi, tapi dengan proses ini, aku bisa menikmati puisi dengan memusikkan puisi,” katanya.
Ada banyak keuntungan yang dirasakan oleh setiap anggota yang aktif dalam komunitas ini. Putri misalnya, merasa beruntung dengan adanya komunitas ini.”Aku melihat ada banyak peluang di sini, misalnya untuk tampil dalam konser musik bersama atau tunggal. Di sini aku bisa dan nggak pake ribet. Nggak seperti di tempat lain yang ribet urusan ijin dan pake macem-macem syarat,” papar mahasiswi Institut Seni Indonesia angkatan 2007, mayor gitar. “Di sini aku juga bisa belajar banyak dari yang sudah pengalaman,” tambahnya.
Indra Waskito Hadi, alumnus ISI mayor cello menambahkan manfaat bergabung dalam komunitas Fombi,”Bagiku Fombi adalah tempat menyalurkan ide musik sebebas-bebasnya”.
Sebagai wadah mengembangkan diri Fombi adalah tempat berproses dalam dunia musik. Mereka berproses untuk menghasilkan para kreator musik (komposer musik), perfomer musik (musisi), musikolog, musik manajer dan segala hal yang berkaitan dengan musik. Intinya, dalam komunitas mereka dapat mengembangkan diri dan musik dalam dirinya.
Sebagian dari anggota Fombi berpose setelah wawancara dengan sebuah media online
Temen nan yuk ..!
ypkris
Artikel Lainnya :
- 16 Juni 2010, Kabar Anyar - OTOBIOGRAFI KI HADI SUGITO AKAN DISUSUN(16/06)
- 28 Maret 2011, Klangenan - SASTRA, PERPUSTAKAAN DAN KEBUDAYAAN(28/03)
- 26 Nopember 2010, Pasinaon basa Jawa - NEGARA TKI(26/11)
- JAMASAN KERIS DAN PENTAS WAYANG, TRADISI SURAN DI YOGYAKARTA(07/12)
- 13 Agustus 2010, Kabar Anyar - SENI MURAL UNTUK MAESTRO SASTRA(13/08)
- Sepenggal Kisah Kerusuhan Mei 1998 dalam Teater Monoplay(16/01)
- 25 Januari 2011, Ensiklopedi - DOLANAN SUMBAR SURU(25/01)
- KUNJUNGAN BEBERAPA MAHASISWA KEDOKTERAN ASING DI Tembi(29/07)
- KRATON NGAYOGYAKARTA MANTU(14/10)
- PENGHIJAUAN JALAN MALIOBORO(01/01)