'NYATUS DINA' HERU KESAWA MURTI: 'AKU CINTA ISTRIKU'
Heru Kesawa Murti, seorang penulis lakon, dan pemain teater handal, serta salah seorang pendiri teater Gandrik Yogyakarta, memang telah tiada. Peringatan ‘Nyatis dina’ (seharu hari) meninggalnya Heru Kesawa Murti diselenggarakan bersama-sama di Karta Pustaka, dengan menyajikan karya-karya Heru Kesawa Murti. Butet Kertarajasa, selain sahabat sekaligus kakak sepupu Heru Kesawa Murti, membacakan cerpen Heru yang berjudul ‘Aku Cinta Istriku’. Tidak seperti biasanya, yang selalu guyon, pada pembacaan cerpen ini, Butet sangat serius, karena memang cerpennya serius:
‘Boleh aku minta kepadamu, mas?’ pinta Surnia, mantan istri Kainan.
“Apapun yang kau minta, Kania?” jawab Kainan
“Tolong kau tutupkan pintu halaman itu’ kata Surnia.
Kedua mata Nilam di wajahnya yang bersandar di leher ibunya dengan berkaca-kaca itu lurus menatap Kainan. Tak tahu persis, apa karena demamnya, atau tak sanggup lagi menangis bakal berpisah dengan ayahnya malam itu. Atau kesederhanaan pikiran yang muncul dari keprihatinan baru seorang anak yang hendak berkata: ‘Betapa menyedikan ayahku’”.
Butet membacakan cerpen karya Heru Kesawa Murti itu dengan ekspresi yang kuat. Ia, sama sekali tidak bergurau dalam membaca, atau lebih tepat disebutkan, Butet tidak melakukan improvosisasi. Ia, sungguh setia pada teks cerpennnya. Bebarpa karakter dari lakonnya ia hayati, sehingga dalam membaca Butet tampil dengan suara yang berbeda, untuk menandai masing-masing peran dalam cerpen itu.
Selain Butet, mengawali acara ‘Nyatus Dina’ Heru Kesawa Murti, Naomi Srikandi tampil dengan membacakan cerpen karya Heru Kesawa Murti yang berjudul ‘Rama’. Naomi, berusaha menghayati cerpen karya Heru tersebut dan diekspresikan saat membaca. Seperti halnya Butet, Naomi juga duduk dalam membacakan cerpen karya Heru Kesawa Murti.
Karena Heru dan juga teater Gandirk memiliki banyak penggemar, selain Heru mempunyai banyak teman. Pendapa Karta Pustaka pada malam “Nyatus Dina’ Heru Kesawa murti dipenuhi oleh banyak orang. Ada yang duduk lesehan di tikar. Ada juga yang duduk di kursi. Tidak sedikit juga yang berdiri.
Selain Butet dan Naomi, kelompok teater Gajah Mada, tampil dengan dramatik reading membawakan naskah karya Heru Kesawa Murti yang berjudul ‘Flu’. Karena dalam naskah ini ada banyak peran, tentu saja yang ikut dramatik reading juga sesuai jumlah peran, dan tampil secara bergantian, karena panggungnya tidak memuat kalau semuanya harus tampil berbarengan. Sehingga secara teknis, agak mengganggu, karena seringkali ganti-ganti peran. Dramatik reading, agaknya, lebih enak dinikmati kalau perannya dalam naskah jumlahnya hanya sedikit. Kecuali itu, naskah ‘Flu’ agak panjang, sehingga membuat penonton ada yang komentar: “Wah, kesuwen..’(kelamaan).
Heru Kesawa Murti, sebagai penulis lakon dan aktor teater, bukan hanya milik keluarga, tetapi telah ‘dimiliki’ oleh kemunitas kesenian di Yogya. Karena itu, peringatan ‘Nyatus dina’ Heru disiapkan oleh teman-teman Heru Kesawa Murti, baik yang ada di Teater Gandrik, maupun oleh komunitas-komunitas lain.
Heru Kesawa Murti, dalam keseharian memang tidak sepi dari guyon. Selalu saja, kapan ketemu dia, apalagi setelah lama tidak bersua, selalu membawa humor dalam pertemuan itu.
Suatu hari, Heru Kesawa Murti, kira-kira setengah tahun sebelum meninggal, bersama Otok Bima Sidarta datang ke Tembi, dan sebelumnya memang sudah menelpon ingin bertemu dan berbincang, selain pengin ‘ditraktir’ makan di Tembi.
“Kamu mau makan tongeseng emprit” tanya Tembi
Heru tertawa lepas. Mungkin teringat masa kecil ketika suka mencari emprit.
Kini, Heru Kesawa Murti telah tiada, Sudah menuju surge, dan tidak mungkin lagi mampir ke Tembi untuk menikmati menu-menu lain, yang menurut dia, untuk selera makan sekarang merupakan menu-menu ‘nganehi ning ngangenke’ (menu aneh, teapi membuat kangen (rindu).
Heru, sudah seratus hari kamu meninggalkan kita. Untuk kembali mengingatmu, serrpihan penampilan Heru dalam pertunjukkan atau pada siaran mBangun Desa, diputar dalam acara ‘Nyatus Dina” Heru Kesama Murti.
Ons Untoro
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
SALURAN PENGATUSAN BUKANLAH JUGANGAN(16/11) - Poenarbawa. Djilid 1(16/11)
- A SLICE OF INDIA(15/11)
- KLEDHANG-KLEDHANG NEMU PEDHANG(15/11)
- DOLANAN GENDIRAN(15/11)
- MEMBUKA HATI, MEMBACA PUISI DI Tembi(14/11)
- ANGKA SEBELAS(14/11)
- KUNJUNGAN KHUSUS DARI UII UNTUK MENGAMATI KONSTRUKSI DAN ARSITEKTUR BANGUNAN Tembi(12/11)
- Denmas Bekel(12/11)
- DINA PAHLAWAN(12/11)