- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»MATERIAL MERAPI TIADA HABIS, TIADA HENTI
29 Apr 2011 08:50:00Pasca letusan Gunung Merapi akhir Oktober 2010, ternyata terus menyisakan persoalan yang tampaknya memang tidak mudah untuk diatasi. Limpahan material Merapi telah menghancurkan banyak tempat. Muntilan-Magelang merupakan wilayah yang menderita kerusakan cukup parah. Demikian pula Cangkringan-Sleman. Selain itu, semua daerah hilir dari Merapi juga harus menanggung derita itu. Hampir semua tempat di seputaran aliran sungai yang berhulu di kaki Gunung Merapi menanggung akibatnya.
Wilayah di sepanjang aliran sungai seperti Sungai Code juga harus menanggung akibat dari semua itu. Tidak urung warga kota Yogyakarta yang tinggal di bantaran Sungai Code, seperti Terban-Jogoyudan juga harus menanggung resiko itu. Limpahan material Merapi yang terus hanyut dan mengendap mengakibatkan pendangkalan Sungai Code. Kini, hampir semua sungai yang berhulu di kaki Gunung Merapi telah kehilangan kedung ’cekungan air yang dalam’ di sepanjang alirannya. Sungai-sungai itu seolah-olah menjadi rata di sepanjang alirannya. Tidak ada lagi cekungan atau tempat-tempat yang dalam.
Hanyutan material ini secara lambat namun pasti telah menimbun bantaran-bantaran sungai. Di Jogoyudan sendiri material merapi yang berupa pasir terpaksa harus dikeruk setiap saat dengan menggunakan mesin pengeruk (back hoe). Akan tetapi usaha ini pun tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Endapan pasir telah menimbun lorong jalan kompleks pemukiman warga Jogoyudan yang berbatasan langsung dengan sungai. MCK di tempat ini kehilangan fungsinya karena tertimbun pasir. Demikian juga pos kamling dan sebagian besar rumah penduduk yang keletakannya cukup dekat dengan sungai.
Bantaran sungi pun ditinggikan. Akan tetapi hanyutan material Merapi sepertinya tiada habis-habisnya. Material terus terhanyut dan mengendap di sepanjang aliran sungai sehingga dasar sungai juga terus mengalami penebalan/ peninggian. Hujan yang terus terjadi di Yogyakarta turut memperparah kondisi hal ini. Sementara itu iklim yang ada di Jogja juga sangat sulit diprediksi. Banyak orang menyatakan bahwa sekarang ini terjadi salah mangsa ’kekeliruan peredaran atau siklus iklim’.
Tinggi atau tebalnya sedimen di sepanjang aliran Sungai Code ini tampaknya memang tidak mudah untuk segera diatasi. Alasannya mungkin karena proses pengendapan material Merapi memang tidak mungkin berhenti. Alasan lain mungkin karena turunnya hujan yang nyaris tidak pernah berhenti. Sedangkan argumen yang lain lagi mungkin karena material Merapi yang belum ”teratakan” di bagian hulu memang masih melimpah. Jutaan meter kubik. Solusi jitu untuk mengatasi hal ini sungguh tidak mudah. Lambat namun pasti kita terus menghadapi persoalan ini.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- SaUnine String Orchestra Ngamen Dari Kampus UNIKA Sampai Lawang Sewu(22/09)
- GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN, GEREJA BERWAJAH JAWA(16/09)
- Denmas Bekel(22/10)
- Catatan Hari Baik untuk Berpergian(26/01)
- 9 April 2011, Jaringan Museum - SENAM BARAHMUS DI AWAL 2011(09/04)
- DILEMATIKA DUNIA WARIA DALAM KARYA FOTOGRAFI-VISUAL ANTROPOLOGIS KAJA DUTKA(08/07)
- 16 Desember 2010, Primbon - Watak Dasar Bayi(16/12)
- Sekolah Tetap yang Utama(20/07)
- Memilih Hari Untuk Minggu Depan(03/05)
- Landung Membaca Esai untuk Bol Brutu(03/02)