Tembi

Berita-budaya»Landung Membaca Esai untuk Bol Brutu

03 Feb 2012 07:36:00

Landung Membaca Esai untuk Bol BrutuKiranya orang sudah tahu, Landung Simatupang selalu piawai tampil di panggung. Membaca puisi, cerpen, fragmen novel, monolog, bahkan membacakan esai. Kemampuan Landung dalam memainkan banyak peran, tidak lagi diragukan. Terlalu sering Landung pentas, dan tidak hanya di Yogya, orang terhenyak melihat penampilannya. Yang mengagumkan, pentas di mana saja, atau hanya sekedar untuk orang terbatas, Landung selalu tampil sungguh2. Penuh pesona.

Pada lanching buku ‘How Brutu Are You’ Minggu malam (29/1) lalu di Sangkring, Nitiprayan, Landung tampil membuka acara dengan membaca satu esai yang berjudul ‘The Enchantment of Bol Brutu, The Bol Brutu of Enchantment’ yang ditulis oleh Krisbudiman.

“Cuk, telah ratusan situs dan candi kita datangi’ Landung mengawali membaca esai dari kalimat pertama.

Dikiranya, Landung sedang memanggil ‘Cuk’ nama salah seorang dari brutuis –sebutan anggkota komunitas BLandung Membaca Esai untuk Bol Brutuol Brutu--, yang bersangkutan mendekat ke Landung, dan terbengong, serta tidak menjawab berapa jumlah situs telah didatangi. Landung merespon ‘kebingungan Cuk’ dengan memandangnya, dan akhirnya ia berkata: ‘Itu tadi kalimat pertama dari tulisan Kris Budiman yang bisa dibaca di halaman 53. Landung tersenyum pada Cuk, dan hadirin yang hadir tertawa lepas. Kemudian Landung melanjutkan membaca esai itu:

“Andaikata petilasan-petilasan dan makam-makam kuno, masjid-masjid, dan klenteng-klenteng tua, gereja-gereja dan bangunan kolonial lain, serta situs-situs prasejarah ikut kita hitung, telah berapa banyak seluruhnya? Aku belum pernah mencoba menghitungnya. Yang kutahu, kita telah belajar banyak dari perjalanan-perjalanan itu. Serangkaian proses melek budaya (cultural literacy) yang boleh dibilang kita mulai dari nol sama sekali. Aku masih ingat beberapa kenaifan kita: rancu dalam mengidentifikasi candi Hindu dan Budha; tak bisa membedakan ratna dan stupa, klenteng dan vihara, batu andesit dan batu putih, bahkan tidak tahu siapa Gana, maskot gerombolan kita itu.Landung Membaca Esai untuk Bol BrutuPengetahuan tersebut tampaknya tak akan terpancar positif seandainya perjalanan-perjalanan tersebut tidak memukau, tidak mempesona kita”.

Esai karya Krisbudiman menjadi terasa hidup dibacakan Landung. Bahkan terasa bukan sebagai esai, melainkan cerpen. Apalagi esainya ditulis dengan gaya bertutur, sehingga setiap kata diucapkan oleh Landung, kita seperti sedang mendengarkan ‘cerita’ mengenai sejarah masa lampau.

Kita tahu, Landung Simatupang memang piawai membaca teks, dan malam itu, Bol Brutu, pada acara launching buku, menjadi terasa istimewa karena penampilan aktor handal, Landung Simatupang. Krisbudiman kelihatan sekali ‘menikmati’ penampilan Landung, dan barangkali ‘kaget’ karena esainya menjadi begitu ‘hidup’ disuarakan Landung Simatupang.

Berbahagialah Kris. Berbahagilah Bol Brutu: Gerombolan pemburu batu.

Ons Untoro

Foto2 diambil dari tag facebook Cuk




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta