PERINGATAN DAN ANCAMAN DI TENGAH KAMPUNG

Di berbagai kota, termasuk Yogyakarta, banyak ditemukan tulisan-tulisan berisi peringatan bahkan ancaman bagi orang (terutama orang asing) yang hendak masuk ke wilayah kota/kampung-kampung tertentu. Peringatan itu bahkan sering pula dituliskan dalam beberapa papan yang disusun dari atas ke bawah sehingga penampilan lebih mirip sebagai sebuah pemaparan tulisan dalam beberapa papan bersusun. Seolah orang yang hendak memasuki suatu wilayah (kampung) tersebut harus dan wajib dijejali aneka pesan, peringatan, bahkan ancaman-ancaman yang mungkin bernada sedikit “terror”.

Tulisan-tuliusan tersebut misalnya berbunyi NGEBUT BENJUT ! Tulisan ini dimaksudkan sebagai ancaman bagi siapa pun yang berani mengendarai kendaraan di wilayah tersebut dengan kecepatan di luar batas kewajaran. Orang yang berani berkendara di luar kewajaran seolah “harus” mau menerima jika ada orang kampung yang kemudian memukulinya sampai benjut (memar).

Tulisan-tulisan bernada lebih lembut namun juga tidak kalah mengancamnya juga banyak ditemukan di berbagai kampung di Jogja yang umumnya bernada peringatan. Bunyi atau isi tulisan tersebut antara lain PEMULUNG DILARANG MASUK PEKARANGAN. Tulisan ini sesungguhnya dapat dengan mudah dilihat isi tersiratnya, yakni JANGAN MENCURI. Tulisan ini sepertinya juga memberikan semacam stigmasi bahwa pemulung biasanya juga melakukan profesi lain, yaitu “mencuri” atau lebih tepatnya mengambil barang yang “kemlarah” (tergeletak begitu saja).

Di beberapa kampung banyak juga tulisan yang dipasang di mulut gang dan berbunyi JAM BERTAMU MAX JAM 22.00 WIB atau dalam bentuk lain berbunyi TAMU MENGINAP WAJIB LAPOR RT. Tulisan-tulisan bernada peringatan masih dapat ditemukan di berbagai kampung.

Melihat hal demikian kemudian timbul pertanyaan, mengapa mesti ada tulisan-tulisan demikian ? Banyak alasan yang bisa dikemukakan. Alasan yang pertama mungkin karena warga kampung sudah demikian jengkel dengan perilaku banyak orang yang dirasa mengganggu dan mengancam kenyamanan serta keselamatan warga. Misalnya dengan adanya orang yang mengendarai kendaraan secara ugal-ugalan di tengah gang kampung. Selain itu, tanda atau tulisan bernada peringatan itu dimunculkan dengan suatu harapan agar orang tidak seenaknya saja memasuki pekarangan orang lain dan bahkan kemudian melakukan aktivitas colong- jupuk ’mencuri-mengambil’. Tulisan dibuat dengan harapan agar orang yang bertamu di suatu kampung kemudian tahu diri. Bisa membatasi diri hingga jam-jam kunjung tamu yang dianggap memenuhi kepantasan.

Tulisan-tulisan semacam ini tampaknya menjadi marak seiring dengan banyaknya kasus dan oknum yang bertindak semaunya sendiri. Oknum-oknum yang dengan sengaja melakukan pelanggaran tata kesopanan, tata kepantasan pergaulan, dan bahkan tata hukum. Ketidakpedulian orang akan hak orang lain, baik hak akan kebendaan, harga diri, kehormatan, keselamatan, dan sebagainya mengakibatkan orang lain merasa perlu untuk memperingatkan orang lain yang sering melakukan pelanggaran atau yang dianggap berpotensi melakukan pelanggaran dalam bentuk tulisan di kampung-kampung. Jika saja tidak pernah terjadi pelanggaran yang merusakkan tata hukum dan moralitas di kampung-kampung tersebut kemungkinan tulisan-tulisan demikian tidak akan pernah muncul. Akan tetapi sudahkah bangsa kita menjunjung tinggi tata hukum dan moral seperti yang diidealisasikan itu ?

Tulisan semacam itu juga menjadi semacam petunjuk bahwa sesungguhnya orang atau manusia itu demikian mudah lupa sehingga hampir selalu perlu untuk diingatkan. Akan tetapi pada sisi lain tulisan itu juga mengindikasikan bahwa manusia memang berkecenderungan berbuat salah atau menyimpang. Tulisan semacam itu juga menjadi semacam pendapat atau generalisasi bahwa manusia pada hakikatnya tidak mudah untuk dipercaya begitu saja. Begitukah ?

a.sartono

PERINGATAN DAN ANCAMAN DI TENGAH KAMPUNG PERINGATAN DAN ANCAMAN DI TENGAH KAMPUNG PERINGATAN DAN ANCAMAN DI TENGAH KAMPUNG

PERINGATAN DAN ANCAMAN DI TENGAH KAMPUNG PERINGATAN DAN ANCAMAN DI TENGAH KAMPUNG PERINGATAN DAN ANCAMAN DI TENGAH KAMPUNG




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta