Tembi

Berita-budaya»MEMBACA GAYA BERPAKAIAN MELALUI KAMERA

09 Jul 2011 09:10:00

MEMBACA GAYA BERPAKAIAN MELALUI KAMERASetiap orang memiliki pilihan cara berpakaian. Tapi rupanya, pilihan berpakaian orang tidak bisa dilepaskan dari lingkungannya. Bahkan seringkali, lingkungan dalam satu acara tertentu telah ‘mendikte’ orang untuk mengenakan pakaian yang tepat pada acara itu, sehingga mudah ditemukan jenis pakaian yang sama, tetapi modelnya bisa berlainan. Dalam pesta perkawinan, hampir mudah ditemukan jenis pakaian batik yang dikenakan para tamu. Seolah, tamu pesta perkawinan jenis pakaiannya telah ‘didekte’, sehingga harus ‘tampil lain’

Lingkungan Jakarta, sebagai daerah urban, telah memberikan identitas bagi penghuni untuk mengenakan pakaian. Bukan khusus dalam satu acara tertentu, tetapi hidup keseharian warga urban, telah ‘memilih’ jenis pakaian yang dikenakan saban hari untuk keluar dari rumah dan pergi ke kantor dan kepentigan lainnya. Memang, tidak semua lokasi Jakarta, terutama daerah kumuh, warganya telah ‘memilih’ jenis pakaian yang dikenakan.

Cara berpakaian masyarakat urban ini, oleh Silviana Amanda, mahasiswi pasca sarjana ISI Yogyakarta, dilihatnya sebagai fesyen. Oleh karena itu, untuk kepentingan membuat tesisnya Silviana mengambil ‘street fashion’ seMEMBACA GAYA BERPAKAIAN MELALUI KAMERAbagai karyanya. Karena Jakarta sangat luas dia perlu memilih lokasi yang bisa merepresentasikan warga urban di Jakarta, dalam keseharian ‘menampilkan diri’. Maka, dipilihnya kawasan Jendral Sudirman sebagai area untuk ‘melihat dan menafsir’ warga urban Jakarta menampilkan diri.

“Saya memilih pusat kota Jakarta, khususnya kawasan jalan Jendral Sudirman karena merupakan salah satu pusat kegiatan di Jakarta. Mulai dari sentra bisnis, pusat niaga, hingga pusat perbelanjaan bisa ditemui di jalan Jendral Sudirman. Orang-orang dari berbagai latar belakang sosial, pendidikan, pekerjaan, dengan bermacam kepentingan pun ada di jalan Jendral Sudirman, sehingga ‘style fashion’ yang ditemukan dapat lebih beragam” kata Silviana Amanda.

Hasil tafsiran Silviana melalui kamera terhadap model berpakaian warga Jakarta, khususnya di kawasan jalan jendral Sudirman dipamerkan di Tembi Rumah Budaya 7-12 Juli 2011. Ada sekitar 21 karya fotografi dari seleksi ratusan, atau bahkan ribuan karya, dipamerkan, yang semuanya di ruang terbuka, atau lebih tepatnya di trotoar atau tepi jalan.MEMBACA GAYA BERPAKAIAN MELALUI KAMERA

Melalui kamera, Silviana telah menafsirkan model berpakaian subyek yang dibidiknya. Model berpakaian masing-masing subyek, bahkan cara berjalan atau cara mereka berdiri diimajinasikan sebagai sedang ‘action’ laiknya di catwalk. Makanya, tema pameran yang diangkat Siviana adalah ‘Urban catwalk’.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah setiap subyek yang dihadirkan memang menyadari sedang ‘action’ sambil berjalan, atau memang pilihan keseharian berpakaian warga urban di Jakarta, khusus kelas menengah, atau kelompok sosial yang secara ekonomi ‘sedikit lebih baik’ dibandingkan dengan kebanyakan warga Jakarta, seperti itu.

Keranagka ‘street fashion’ yang dipakai untuk ‘menangkap’ subyek/obyek, tampaknya telah meletakkan cara berpakaian keseharian warga Jakarta sebagai upaya untuk fesyen. Atau warga urban Jakarta seolah menyadari, bahwa hidup kesehariaannya perlu ‘tampil’ bagi orang lain, dan jalan-jalan di Jakarta adalah ruang yang dipakai untuk tampil.MEMBACA GAYA BERPAKAIAN MELALUI KAMERA

Pastilah, cara berpakaian mereka saat di rumah dengan bepergian dari rumah untuk berbagai kepentingan berbeda, sehingga model berpakaian yang dikenakan sebenarnya sekedar untuk menadai perbedaan dua ruang: rumah dan ruang publik. Karena rumah dianggap sebagai ruang domestik, tidak ada ‘action’ disana, terutama dalam cara berpakaian. Hanya di luar publiklah ‘penampilan’ warga Jakarta bisa dilihat.

Silviana ‘membaca’ setiap momentum yang dilihatnya melalui kamera. Hasil dari ‘bacaan’ itu disampaikan pada publik: bahwa cara berpakaian warga Jakarta, khususnya di kawasan jalan Jendral Sudirman, laiknya seperti peragawati tampil di catwalk.

Namun orang bisa membaca berbeda: Bahwa gemerlapnya cara berpakaian warga urban Jakarta adalah cara mereka untuk ‘melupakan’ kepahitan hidup: jalanan macet, panas, kotor, dan seterusnya.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta