SENDANG PATIRTAN KAMULYAN
DAN BERDIRINYA DUSUN BANGERAN, BANTUL
Keletakan
Sendang Patirtan Kamulyan secara administratif terletak di Dusun Bangeran, Kalurahan Sabdodadi, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Letak dari sendang ini berada di sudut dusun sisi timur-utara. Lokasi ini dapat dijangkau dengan mengikuti Jl. Parangtritis. Setelah sampai pada kilometer 10 atau dua gang di utara gang menuju MAN Sabdodadi, masuk ke arah timur hingga sampai di Masjid Bangeran. Setelah sampai di Masjid Bangeran ambil jalan (gang kecil) ke arah utara-pertigaan gang kecil ambil arah ke timur. Dari pertigaan kecil ini lokasi sendang hanya berjarak sekitar 150 meter.
Kondisi Fisik
Sendang Patirtan Kamulyan terdiri atas dua mata air (sumber air). Masing-masingnya terletak di sisi utara dan selatan. Sumber air di sisi utara disebut sebagai Sendang Lanang. Sedangkan sumber air di sisi selatan disebut sebagai Sendang Wadon. Kecuali itu pada sisi paling utara juga terdapat sebuah mata air yang diamankan dengan buis beton. Mata air pada bagian paling utara dari keseluruhan kompleks sendang ini disebut sebagai Sumur Kawak.
Luas keseluruhan kompleks Sendang Patirtan Kamulyan sekitar 1600 meter persegi. Sedangkan luas Sendang Lanang sekitar 2,5 m x 4 m. Sedangkan luas Sendang Wadon sekitar 2 m x 4 m. Kedalaman rata-rata dari sendang ini sekitar 0.5-1 meter. Ukuran diameter Sumur Kawak sekitar 0,70 m. Sedangkan kedalaman Sumur Kawak sekitar 3 meter.
Latar Belakang
Tidak diketahui dengan pasti bagaimana sumber air atau sendang ini diketemukan. Menurut Samijan Partosiswoyo (74) yang menjadi jurukunci sekaligus pemilik pekarangan yang menjadi kompleks sendang ini, sendang ini telah dirawat oleh kakek dan neneknya sejak dulu. Menurutnya pula sendang ini pernah digunakan oleh Gusti Ayu Brawijaya (istri Prabu Brawijaya). Dalam kisah yang dituturkan Samijan disebutkan bahwa pada suatu ketika Gusti Ayu Brawijaya menderita sakit. Sudah banyak tabib didatangkan untuk menyembuhkannya. Akan tetapi usaha ini gagal. Lain waktu ia bermimpi agar mandi pada sebuah mata air yang munculnya berada di sisi timur sekaligus sisi barat sungai. Akhirnya ia pergi mencari sumber sir tersebut dengan dikawal oleh dua abdinya yang bernama Kyai Lodarasari dan Nyai Lodarasari. Perjalanan mereka itu sampai di sendang di Bangeran ini. Akhirnya Gusti Ayu Brawijaya sembuh dari sakitnya setelah mandi di sendang ini. Usai itu Gusti Ayu Brawijaya pulang ke Majapahit sementara dua abdinya membuka pemukiman di tempat ini. Apa yang dilakukan oleh Gusti Ayu Brawijaya ini kemudian diteruskan atau ditradisikan oleh Panembahan Senopati hingga Sultan Hamengku Buwana I.
Pada gilirannya sendang ini pernah pula digunakan untuk mandi sekaligus mengobati para prajurit Mataram yang terluka ketika melawan prajurit dari Mangir. Prajurit yang luka-luka ini ternyata sembuh dari sakitnya setelah dimandikan di tempat ini. Luka-luka dan infeksi yang dialami para prajurit itu menimbulkan aroma banger atau bangir (amis), namun setelah dimandikan di sendang ini aroma tersebut menjadi arang-arang (jarang). Oleh karena itu muncullah istilah bangir + arang atau banger + arang yang lama-kelamaan berubah penyebutannya menjadi bangeran. Istilah atau penyebutan terakhir inilah yang kemudian digunakan hingga sekarang. Istilah inilah yang digunakan untuk menamai wilayah yang kemudian menjadi dusun, yakni Dusun Bangeran. Sementara itu sendang ini dinamakan Sendang Patirtan Kamulyan karena ada anggapan bahwa airnya dapat memberikan kemuliaan. Entah itu kesembuhan atau keberhasilan di bidang lain.
a.sartono
wawancara dengan Samijan Partosiswoyo (74) , Senin, 19 Maret 2012.
Artikel Lainnya :
- Rumah Beratap Rumbia di Jawa Tahun 1930-an(09/01)
- BAKMI JAWA Pak Trismanto Manding(23/02)
- BUKU TENTANG MUSEUM (14/09)
- Rumah Dokumentasi Budaya(23/08)
- 66 TAHUN YOGYA IBU KOTA REPUBLIK(10/01)
- Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta(01/09)
- JEMBATAN BAMBU DI SUNGAI PROGO(01/01)
- Masih Tentang Dasanama(16/06)
- Maudy Koesnadi Menggali Akar Budaya Negeri (01/12)
- PECEL LELE KHAS BANTUL SEJAK 1980-AN(24/11)