Macapat Malem Rebo Pon 110
Masih Tentang Dasanama
Para pengrawit atau penabuh gamelan yang tergabung dalam group Dwijo Laras dari Persatuan Guru Republik Indonesia kecamatan Kretek Bantul mengumandangkan gending Sri Wilujeng pada jelang acara macapatan malem Rebo Pon di Tembi Rumah Budaya, Selasa 12 Juni 2012. Dari namanya gendhing Sri Wilujeng, (Sri adalah dewinya padi, wilujeng artinya selamat) dimaksudkan untuk memohon kesejahteraan dan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karenanya, gendhing Sri Wilujeng selalu dikumandangkan di awal acara, dengan harapan agar seluruh rangkaian acara mendapatkan kesejahteraan dan keselamatan.
Group karawitan Dwijo Laras mengumandangkan gending Sri Wilujeng
Setelah gending Sri Wilujeng yang adalah doa mohon kesejahteraan dan keselamatan selesai dikumandangkan, Bapak Ign. Wahono sebagai pemandu mengawali rangkaian acara macapatan putaran 110 di pendapa Yudonegaran Tembi Rumah Budaya. jalan Parangtritis Km 8,4, Dusun Tembi, Sewon Bantul.
Diawali dengan Tembang cecala ‘Memayu Hayuning Budaya’, satu persatu pecinta tembang macapat pun maju di meja yang disediakan untuk menembangkan masing-masing satu pada (alinea) tembang-tembang yang telah disusun dalam buku panduan.
Bp. Ign Wahono pemandu acara
Materi yang dibaca masih melanjutkan serat Centhini Pupuh 250 dengan tembang Dhandhanggula. Di dalam pupuh (bab) tersebut yang dibahas mengenai ‘Dasa nama’ Dasa artinya sepuluh, sedangkan nama wus ngarani. Nama yang berjumlah sepuluh. Makna sebenarnya adalah nama yang jumlahnya lebih dari satu. Misalkan seperti pada cuplikan teks berikut ini:
9. De namaning kodhok kang winilis
pas canthuka wrestija weyangga
lawan wiyung De namane
kapithing kang winuwus
darika myang kathira tuwin
patri kamitra Gantya
kijing namanipun
patna kremisa lindhara
namaning kang kalabang ingkang winarni
kanaba manggakala
(nama lain dari kodhok ijo ialah : 1. Cantuka, 2. Wrestija, 3. weyangga
4. wiyung.
Nama kapithing ialah: 1. Darika, 2 kathira, 3.
Patri, 4. kamitra
Ganti kijing namanya ialah: 1. Patna, 2. Kremisa, 3. lindhara
Namanya klabang ialah: 1. kanaba, 3. manggakala,
10. Sigusapa sangkathasireki
namaning kang kalajengking ika
pracika myang wreksika-ne
wikatha karkaleku
Namaning kemangga winarni
warmata kamamatsa
kyasa umengipun
mwang gumenggeng De namanya
kalong gingga gingguna karmara lengkir
De namaning kang kombang
4. Sigusapa, 5. sangkatha
Namanya kalajengking ialah: 1. Pracika, 2. Wreksika, 3. Wikatha, 4. karka
Namanya kemangga ialah: 1. Warmata, 2. Kamamatsa, 3. Kyasa, 4. Umeng, 5. gumenggeng
namanya kalong ialah : 1. Gingga, 2. Gingguna, 3. Karmara, 4. lengkir
Namanya kombang ialah :
11. Madukara sadpada pohali
bramara myang lyali madubrata
ranning kupu karmija-ne
drupara trijanipun
Namaning kang kinjeng winarni
kirada trawanggana
trungka sadpadeku
Dene namaning kang konang
karlipa myang kardipta prawiku tuwin
paryyana De namanya
1 Madukara, 2. Sadpada, 3. Pohali, 4. bramara 5. Lyali, 6. madubrata
Namanya kupu ialah: 1. Karmija, 2. Drupara, 3.trija
Namanya kinjeng ialah: 1. Kirada, 2. trawanggana
3. trungka, 4. sadpada
Namanya konang ialah: 1. Karlipa, 2. Kardipta, 3. Prawika, 4. paryyana
Para pecinta macapat yang mendapatkan giliran nembang
Walaupun macapatan malem Rebo Pon rutin diselenggarakan setiap 35 hari (selapan), tidak ada kebosanan di acara tersebut. Bahkah bagi para sesepuh yang setia hadir mengakui bahwa mereka mencintai Macapat, terutama macapat yang diselenggarakan oleh Tembi Rumah budaya, mengapa? Karena ada beberapa variasi dalam acara ini diantaranya; group karawitan yang mengisi selingan berganti-ganti. Ada karya-karya macapat buatan para pecinta yang boleh ditembangan di dalam forum ini. Selain itu dibuka juga peluang bagi para pecinta untuk menembangkan tembang yang ada dengan iringan gending lengkap.
Suasana seperti itulah yang membuat para pecinta yang setia merasakan sukacita. Rasa suka cita itulah yang kemudian mampu membangkitkan semangat, mudah-mudahan 35 hari lagi masih diperkenankan hadir pada acara macapatan malem Rebo Pon.
Gending Sri Wilujeng masih terngiang di hati para pecinta macapat. Semoga sejahtera dan selamat senantiasa.
Foto dan teks: herjaka HS
Artikel Lainnya :
- Akar-Akar Pohon di Jalan Jenderal Sudirman, Bantul(18/04)
- SENDANG MANIKMAYA, SISI LAIN SELARONG(08/12)
- Pentas Baca Sastra Jawa di Tembi Rumah Budaya(20/04)
- Daftar Buku(18/05)
- SUMBER SEMPOR SISI LAIN BANGUNAN PENINGGALAN ZAMAN BELANDA(26/05)
- Raden Ayu Kencanasari dan Berdirinya Masjid Pucanganom (III)(10/01)
- DUA VERSI MAKAM KI AGENG MANDARAKA KI JURU MERTANI II(12/05)
- Topeng Meksiko di ISI(14/05)
- Setija(29/06)
- Tembi Rumah Budaya Gelar Pameran Paper Cutting(20/01)