Tembi

Jaringan-museum»DUA VERSI MAKAM KI AGENG MANDARAKA KI JURU MERTANI II

12 May 2011 06:58:00

DUA VERSI MAKAM KI AGENG MANDARAKA (KI JURU MERTANI) IIKi Juru Mertani mempunyai 3 orang saudara, yakni Nyai Ageng Laweh, Nyai Manggar, dan Putri. Versi lain menyatakan bahwa ia memiliki adik perempuan bernama Nyai Sabinah yang kemudian dinikah oleh Ki Ageng Pemanahan. Jadi, ia adalah kakak ipar Ki Ageng Pemanahan. Dalam perurutan silsilah ia adalah saudara sepupu Ki Ageng Pemanahan sekaligus saudara ipar.

Pada masa mudanya Ki Juru Mertani bersama-sama dengan Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi pernah menjadi murid Ki Ageng Sela (kakek Ki Ageng Pemanahan). Selain itu disebutkan juga bahwa mereka bertiga pernha berguru kepada Sunan Kalijaga. Ketiganya menjadi tiga serangkai yang memiliki daya linuwih baik secara kanuragan maupun kebatinan. Kelak ketiganya pun menjadi orang-orang pilih tanding.

DUA VERSI MAKAM KI AGENG MANDARAKA (KI JURU MERTANI) IIKi Ageng Pemanahan kelak menjadi orang yang mendapatkan hadiah Hutan Mentaok yang kemudian dibukanya bersama Ki Juru Mertani menjadi Perdikan Mataram. Ki Penjawi mendapatkan tanah Pati dan menjadi Adipati di wilayah Pati, Jawa Tengah. Ki Juru Mertani sendiri kelak menjadi patih di awal-awal kebangkitan Kerajaan Mataram Islam.

Ki Juru Mertani yang kemudian bergelar Ki Ageng Mandaraka memiliki dua orang putra, yakni Pangeran Madura dan Pangeran Juru Kiting. Pangeran Madura kelak berputra Pangeran Mandurareja (Adipati Mandurareja) dan Pangeran Upasanta. Keduanya pernah menjadi senopati andalan Mataram dalam menghantam Batavia (1628). Pangeran Mandurareja disebutkan pernah hendak membangkang pada Sultan Agung namunDUA VERSI MAKAM KI AGENG MANDARAKA (KI JURU MERTANI) IIurung. Pangeran Mandurareja diperintahkan menggempur Batavia dan tidak diperkenankan pulang ke Mataram sebelum Batavia jatuh. Namun Pangeran Mandurareja mengalami kekalahan dalam peperangan tersebut. Ia bermaksud pulang ke Mataram dalam kondisi kalah perang. Oleh karena hal demikian, ia pun dijatuhi hukuman mati oleh Sultan Agung.

Sementara itu Pangeran Upasanta (Tumenggung Upasanta) di kemudian hari diampuni oleh Sultan Agung sekalipun ia kalah dalam berperang. IaDUA VERSI MAKAM KI AGENG MANDARAKA (KI JURU MERTANI) IIkemudian diangkat sebagai Bupati di Batang (dekat Pekalongan). Salah satu putri dari Pangeran Upasanta ini bahkan kemudian dinikahi oleh Sultan Agung dan melahirkan putra mahkota yang bernama Pangeran Arya Mataram yang kelak bergelar Sunan Amangkurat Agung atau Sunan Amangkurat Tegalarum.

Perolehan hadiah tanah Hutan Mentaok dari Sultan Hadiwijaya (Sultan Pajang) kepada Ki Ageng Pemanahan (dan nanti diwarisi oleh Danang Sutawijaya/Panembahan Senapati) tidak lepas dari peranan atau strategi yang diterapkan oleh Ki Juru Mertani. Semula Pemanahan dan Penjawi pun enggan menghadapi Arya Penangsang. Namun atas nasihat Juru Mertani mereka berangkat mengikuti sayembara yang dikeluarkan oleh Sultan Hadiwijaya. Atas nasihat dan strategi Juru Mertani pula mereka dapat memenangkan peperangan itu dan sekaligus melibatkan Danang Sutawijaya.

Ketika Mataram mulai berdiri, Juru Mertani pun ikut mendukungnya. Berdirinya Senopati menjadi penguasa Mataram juga tidak lepas dari peranan Ki Juru Mertani. Ki Juru Mertani yang menjadi penasihat sekaligus patih di Mataram akhirnya sempat menjabat jabatan itu dalam kurun waktu yang cukup lama, yakni mulai tahun 1586 sampai dengan 1615. Ia sempat menjadi patih bagi raja Senapati (1586-1601), Mas Jolang (1601-1613), Pangeran Adipati Martapura (jadi raja hanya sehari), Sultan Agung (1613-1645). Ki Juru Mertani atau Ki Ageng Mandaraka meninggal tahun 1615.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta