Ini Buku Apa Ya?, Kok Tulisannya Aksara Jawa
Kunjungan yang pertama kali ini bertujuan agar para peserta pramuka penegak ini mengenal lebih dekat Budaya Jawa, terutama yang ada di Tembi. Harapannya dengan berkunjung ke Tembi, anak didiknya akan tergugah hatinya, peduli dengan budaya sendiri, dan tidak akan melupakannya.
Pramuka SMK Kesehatan Bantul mendengarkan penjelasan dari Pemandu Tembi di Pendopo
”Pak, yang ini buku apa ya, kok tulisannya aksara Jawa semua, bacanya gimana to?” tanya salah satu peserta pramuka kepada pemandu Tembi. “Oh itu namanya majalah Kajawen yang terbit sekitar tahun 1926. Diterbitkan oleh Bale Pustaka di Batavia (sekarang namanya Jakarta), ” jawab sang pemandu.
Lebih lanjut pemandu menyampaikan dengan detail mengenai majalah tersebut, termasuk iklan-iklan kuno yang menjadi bagian dari majalah itu, yang saat itu sudah muncul, bahkan hingga sekarang masih eksis, seperti sabun Lux, sabun Palmolive, susu Nestle, dan lampu Philips.
Beberapa koleksi benda kuno bersejarah lainnya yang berada di ruang Wonogiri Tembi Rumah Budaya juga dijelaskan pemandu kepada para peserta pramuka dari SMK Kesehatan Bantul yang pada Minggu, 11 November 2012 mengadakan kegiatan “hiking” mengenal lingkungan dan budaya di sekitar sekolah, termasuk kunjungan budaya ke Tembi Rumah Budaya.
Mereka berjalan kaki dari sekolah yang berjarak sekitar 2,5 km di sebelah selatan Tembi Rumah Budaya. Mereka melakukan “hiking” melewati dusun-dusun dan sawah-sawah, baru kemudian tiba di Tembi sekitar pukul 10.00. Mereka berjumlah 140 orang, sebagian besar kelas 10, sebagian kecil kelas 11, dan beberapa di antaranya kakak pembina dan kepala sekolah.
Peserta pramuka putri sedang melihat pertunjukan kesenian
Salah satu Pembina pramuka, Supriyadi, menjelaskan kepada Tembi, bahwa kunjungan yang pertama kali ini bertujuan agar para peserta pramuka penegak ini mengenal lebih dekat Budaya Jawa, terutama yang ada di Tembi. Sebab, selama ini budaya Jawa, termasuk sopan-santun, unggah-ungguh mulai dilupakan oleh generasi muda. Harapannya dengan berkunjung ke Tembi, anak didiknya akan tergugah hatinya, peduli dengan budaya sendiri, dan tidak akan melupakannya.
Sebelum mereka melakukan pengamatan koleksi, fasilitas, dan area yang ada di Tembi, seperti biasanya, mereka dikumpulkan di pendopo untuk diberi bekal tentang kegiatan yang ada di Tembi Rumah Budaya. Selain sejarah singkat disampaikan, para pramuka itu juga diberi informasi mengenai kegiatan-kegiatan di Tembi, seperti: kursus tari, kursus MC Jawa, kursus karawitan, kursus membatik, demo-demo budaya (natah wayang, natah topeng, melukis wayang, jamasan keris), macapatan Malam Rabu Pon, dan lain sebagainya.
Usai penjelasan singkat, mereka dibagi dua untuk berkeliling dan mengenal lebih dekat koleksi dan fasilitas yang ada di Tembi. Selain mengunjungi ruang Wonogiri, yang banyak mengoleksi benda-benda kuno, termasuk iklan-iklan dan foto kuno, sebelumnya mereka diperkenalkan dengan Surya Sengkala awal berdirinya lembaga Tembi, yakni berbunyi ”Wiku Kembar Songsonging Jagad” yang berada di bagian depan atas bangunan kuncung Pendopo Tembi. Sengkalan itu menunjukkan angka tahun 1995 Masehi. Berarti lembaga ini telah berdiri sejak tahun 1995 atau 17 tahun yang lalu.
Lalu mereka diajak mengunjungi museum Tembi yang berisi koleksi-koleksi etnografi masyarakat Jawa masa lalu, seperti keris, tombak, wayang kulit, topeng, alat membatik, peralatan dapur, sentong, aneka bentuk celengan, foto sajen pernikahan (pasang tarub), dan lain sebagainya.
Para pramuka putri sedang memperhatikan sebuah lukisan
di Ruang Pameran Purworejo Tembi
Tempat lain yang dikunjungi oleh SMK Kesehatan Bantul yang sekolahannya belum meluluskan siswa (kelasnya baru sampai kelas 11) ini, adalah tempat pameran lukisan, perpustakaan, area kursus tari, area ”outdoor” amphyteater untuk pentas musik, tari dan keperluan lain, penginapan, belik, rumah makan, dan lainnya.
Salah seorang peserta pramuka bernama Anni ketika mengatakan sangat senang bisa mengenal Tembi lebih dekat. Biarpun kali ini kunjungan yang kedua, tetapi ia tidak bosan berkunjung ke Tembi. Pertama berkunjung saat di SMPN 1 Sewon dulu. Kunjungan ini bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan budaya lokal, demikian pengakuannya. Koleksi-koleksi yang disenangi antara lain keris yang jumlahnya hingga ratusan buah. Hanya harapannya fasilitas lain bisa diperlebar, misalkan mushola yang masih terlalu sempit.
Selesai berkunjung, mereka beristirahat di pendopo sambil menikmati makanan dan minuman yang dibeli dari angkringan Tembi. Beberapa di antaranya menikmati nasi kucing, dan dengan lahap menyantap nasinya, setelah mereka tahu bahwa nasi yang disajikan di angkringan ini adalah nasi organik. Kunjungan diakhiri dengan pelantikan peserta pramuka penegak, khususnya bagi siswa yang baru masuk kelas 10, oleh sang Kepala Sekolah.
Melepas Lelah sejenak di emperan penginapan Kriyan Lor Tembi Rumah Budaya
Suwandi
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Masyarakat Wajib Tolak Siaran TV yang Negatif(06/11)
- Macapatan ke-114, Memule Mbah Djoyo(03/11)
- Kaum Sela Membaca Puisi(01/11)
- Ikhtiar untuk Menjadikan Indonesia sebagai Rumah Dunia Kebudayaan(31/10)
- Kesetiaan Juwaraya kepada Langen Mandra Wanara(29/10)
- Jathilan Alias Aja Methakil(29/10)
- UGM Simpul Kebudayaan(25/10)
- Tembi Gowes-Gowes di Tribun Jogja(24/10)
- Pesta Perupa Menggores Jogja(23/10)
- Membincang Kemiskinan(22/10)