Ikhtiar untuk Menjadikan Indonesia sebagai "Rumah Dunia" Kebudayaan

Sebuah acara curah pikir yang melibatkan berbagai kalangan, mulai dari akademisi Gadjah Mada sampai aktivis lingkungan, digelar di Yogyakarta, guna merumuskan ”strategi kebudayaan” menjelang gawe akbar di Bali yang bertajuk “World Culture for Development Forum (WCF)”.

Wiendu Nuryanti, Wakil Menteri P&K Bidang Kebudayaan, Grand Strategy Meeting, Hotel Garuda Yogyakarta, Sabtu, 27 Oktober 2012, foto: Suwandi Tembi
Prof. Wiendu Nuryanti Wakil Menteri P&K Bidang Kebudayaan
dalam Sambutan Pembukaan acara Grand Strategy Meeting
di Hotel Garuda Yogyakarta

Globalisasi yang melanda dunia dikhawatirkan akan menjadikan homogenitas kebudayaan. Maka untuk mencegah hal itu langkah yang harus ditempuh adalah dengan memperkuat kebudayaan lokal masing-masing negara sehingga nantinya mampu menyaring nilai-nilai budaya yang baik dan membentengi nilai-nilai budaya yang jelek.

Demikian masukan Daud Aris Tanudirja, Dosen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) pada acara “Grand Strategy Meeting” yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI dengan Kementerian Luar Negeri RI di Hotel Garuda Yogyakarta, Sabtu, 27 November 2012 .

Selain itu, lanjut Daud Aris Tanudirja, harus dibedakan istilah “culture” dan “budaya”. Pada saat ini pencapaian kesejahteraan umumnya lebih menitikberatkan pada material (yang berarti “culture”) seperti yang dianut oleh dunia Barat, sementara bagi dunia Timur, pencapaian kesejahteraan lebih menitikberatkan pada mengolah budi atau immaterial (roh, jiwa).

Maka dalam pertemuan ini, kata Daud, forum harus mampu menyeimbangkan konsep material (dunia Barat) dan budi (dunia Timur). Selama ini, orang yang miskin tetapi hidupnya damai, tenang justru dianggapnya kurang berbudaya. Perbedaan konsep ini seharusnya juga menjadi pembahasan dalam agenda nanti.

Acara tersebut dimaksudkan untuk menampung aspirasi dan masukan berbagai pihak, baik budayawan, akademisi beberapa bidang seperti ekonomi dan bisnis, media, kepemudaan, gender, dan lingkungan, dalam rangka menjelang penyelenggaraan “World Culture for Development Forum (WCF)” yang akan diselenggarakan pada acara “Bali Forum 2013” bertempat di Bali, 24—29 November 2013.

Menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, “Grand Strategy Meeting” di Yogyakarta ini merupakan lanjutan dari “Grand Strategy Meeting” di Bali pada 22 Oktober 2012 lalu. Acara seperti ini sebagai bentuk persiapan khusus dalam rangka penyelenggaraan WCF 2013 di Bali.

Para budayawan dan akademisi, menyampaikan aspirasi, Grand Strategy Meeting, Hotel Garuda Yogyakarta, 27 Oktober 2012, foto: Suwandi Tembi
Para budayawan dan akademisi menyampaikan masukan
pada acara Grand Strategy Meeting dalam rangka WCF “Bali Forum” 2013

Forum penjaringan aspirasi dan masukan yang digelar di Yogyakarta ini menghadirkan narasumber tokoh-tokoh kebudayaan dan akademisi, antara lain seperti: Mohtar Mas’oed, Taufik Rahzen, Bambang Sunaryo, Rahayu Supanggah, Hermin Kusmayati, Heddy Shri Ahimsa Putra, Daud Aris Tanudirja, Timbul Haryono, Thomas Haryonagoro dan Haris Zubair. Hadir pula sekitar 200 peserta umum, termasuk Tembi.

Dalam perhelatan di Yogyakarta ini membahas aspek-aspek strategis dalam pembangunan kebudayaan serta pematangan tema dan subtema yang akan diangkat dalam WCF “Bali Forum” 2013. “Grand Strategy Meeting” ini diharapkan juga menjadi program komunikasi yang baik demi tercapainya pemahaman dan kesadaran masyarakat luas akan pentingnya penyelenggaraan WCF bagi Indonesia dan Dunia.

WCF “Bali Forum” 2013 dihelat untuk mempererat hubungan harmonis antarbangsa, menciptakan peradaban dunia yang harmonis, menjunjung tinggi dan menghargai keunikan dan keanekaragaman budaya, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan ini juga diselenggarakan untuk menjadikan Indonesia sebagai “Rumah Dunia” bagi pertemuan dan diskusi berbagai isu strategis dalam bidang kebudayaan, khususnya terkait dengan perdamaian, pelestarian alam, pembangunan, dan globalisasi. Hal ini mengacu pada komitmen global yang dihasilkan “World Economic Forum (WEF)” di Davos (Swiss), “International Environment Forum (IEF)” yang diselenggarakan di Rio de Janeiro (Brazil). **

Suwandi

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta