Pesta Perupa Menggores Jogja
Minggu, 21 Oktober 2012 SKH Kedaulatan Rakyat menggelar acara Pesta Perupa Menggores Jogja. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka merayakan ulang tahun KR yang ke-67. KR lahir tanggal 27 September 1945. Dalam hal ini KR tumbuh bersama kelahiran Republik Indonesia. KR ikut mengawal, mencatat, menyaksikan, dan mewartakan pertumbuhan Indonesia kepada masyarakat hingga kini.
Pagelaran aksi seniman Jogja oleh KR ini diberi bingkai Migunani Tumraping Liyan atau bermanfaat bagi orang lain. Kalimat ini memang menjadi motto dan visi KR. Tema migunani tumraping liyan juga dimaksudkan agar para seniman tidak asyik dengan dunianya sendiri namun didi dan hasil karyanya juga bermanfaat bagi sesama. Bukan menjadi soal apakah kegunaan itu dalam pengertian sedikit atau banyak. Sebab yang sedikit itu akan bermanfaat, bermakna, dan bernilai positif jika semuanya dilakukan dengan ketulusan hati. Aksi seniman ini tidak hanya melibatkan pelukis, namun juga kartunis, pematung, dan fotografer. Aksi berkarya bersama ini mengambil lokasi di sepanjang Jalan Pangeran Mangkubumi Jogja. Acara diselenggarakan mulai pukul 08.00-16.00 WIB. Sekalipun demikian, banyak juga seniman yang telah datang mulai pukul 07.00 WIB.
GBPH Prabukusumo dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan kumpul seniman, kumpul masyarakat Jogja untuk berekspresi bersama. Kumpul seniman muda dan seniman senior. Seniman senior dapat memotivasi seniman yunior. Seniman yunior atau seniman muda dapat menimba pengalaman dari seniman seniornya. Pergelaran acara semacam ini dapat menjadi ajang pewarisan nilai-nilai seni dari generasi tua kepada generasi muda.
Sugeng Wibowo, SH. selaku ketua panitia penyelenggara dan Direktur Produksi PT BP Kedaulatan Rakyat dalam sambutannya menyatakan bahwa pergelaran ini memang diselenggarakan untuk memeriahkan HUT KR yang ke-67. Acara untuk itu sebenarnya sejak awal dirancang berjumlah 33 acara. Akan tetapi acara tersebut berkembang menjadi 40 acara. Acara untuk memeriahkan ulang tahun KR sebenarnya juga telah dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 lalu. Pesta Perupa Menggores Jogja itu sendiri merupakan acara yang ke-38. Untuk menangani acara tersebut KR juga menggandeng Dini Mediapro.
Selaku ketua panitia Sugeng Wibowo, SH. berharap agar acara seperti ini dapat menjadi peristiwa budaya yang penting di Jogja. Rencananya, acara ini tidak hanya berhenti sampai di sini. Acara ini juga akan disusun menjadi sebuah buku yang berisi lukisan hasil karya seniman yang melaksanakan acara bersama KR. Acara ini melibatkan tidak kurang dari 230 orang seniman.
Joko Pekik yang sempat diwawancara Dini Mediapro menyatakan bahwa seniman Jogja/Indonesia juga tumbuh bersama KR. Sama-sama mengawal republik ini. Mereka bahu-membahu mengusir penjajah dengan caranya masing-masing. Kini hendaknya hal itu juga tetap berlangsung, yakni dengan mengusir penjajahan dari kaum kapitalis.
Sedianya acara ini akan dibuka oleh Dirut PT BP Kedaulatan Rakyat, dr. Gun Nugroho Samawi, namun beliau berhalangan hadir. Acara dibuka bersama oleh GBPH Prabukusumo, Joko Pekik, dan Sugeng Wibowo, SH. Pembukaan acara dilakukan dengan mencoretkan kuas bersama ke atas kanvas.
Seluruh karya dari seniman ini nantinya dikumpulkan ke KR selambat-lambatnya tanggal 18 November 2012. Karya yang dipamerkan akan diseleksi oleh kurator terpilih oleh KR. Pameran dan lelang karya akan diselenggarakan akhir Desember 2012. Hasil lelang akan diberikan kepada seniman sebanyak 50 %. Sedangkan 35 % akan diberikan untuk membantu kesehatan warga Jogja yang dimuat KR dan juga untuk membantu para seniman yang kurang beruntung untuk dapat tetap terus berkarya. Panitia bertanggung jawab terhadap persoalan lokasi kegiatan, akomodasi/konsumsi, penerbitan katalog, dokumentasi, promosi, pameran, pengelolaan dana, distribusi charity, dan pengembalian karya.
Minggu, 21 Oktober 2012 itu hampir seluruh Jalan Pangeran Mangkubumi dipenuhi oleh aktivitas seniman Jogja atau seniman yang pernah belajar atau tinggal di Jogja. Seniman tua- muda seperti tumpah di sepanjang jalan itu. Baik seniman yang sudah terkenal atau pun belum berbaur dan berkarya bersama. Pada sisi ini kelihatan bahwa Jogja memang gudangnya para seniman. Keterkenalan mereka dan kebelumterkenalan mereka tidak menghalangi mereka untuk berkaya bersama dengan sikap biasa dan peduli bersama untuk sesama. Barangkali ini adalah salah satu keistimewaan Jogja.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- Denmas Bekel(21/04)
- 25 Nopember 2010, Primbon - Watak Dasar Bayi(25/11)
- Yoseph Anggi Noen, Filmya menembus Eropa(06/08)
- Monggo Dhahar Gudeg Manggar(22/01)
- Sukrasana(11/02)
- Mengenal Seni Tradisi di Tembi Saat Kunjungan SMK N 1 Sewon Bantul(16/05)
- KETIGA, AKEH BEBENDU(30/09)
- DOLANAN LUMPAT TALI(06/12)
- POS RONDA DAN SISTEM TANDA BUNYI KENTONGAN DI JOGJA(12/10)
- 9 April 2011, Denmas Bekel(09/04)