Yoseph Anggi Noen, Filmya menembus Eropa

Yoseph Anggi Noen, Filmya menembus Eropa

Menjadi sutradara adalah puncak puncak dari cara menyatukan kekuatan-kekuatan kreatifitas yang dimiliki oleh semua tim dalam film.

Begitulah Yoseph Anggi Noen, Sutradara kelahiran Yogyakarta 15 Maret 1983 ini berpendapat mengenai karirnya di dunia film. Sejak kecil Anggi sudah sangat tertarik dengan yang namanya audio visual. Anggi ingat betul ketika masih kecil ketika belum banyak orang punya televisi di rumahnya di desa Kaliduren, Sleman, Yogyakarta, setiap malam banyak tetangga yang datang ke rumahnya untuk nonton acara ketoprak yang disiarkan di TVRI. Selesai menonton mereka saling berbagi cerita dari apa yang mereka tonton. Awalnya Anggi mengira ini hanya karena televise semata, sebuah teknologi yang punya kekuatan menarik perhatian banyak orang menuju satu titik (televisi) itu. Namun kenyataan itu menimbulkan pemahaman lebih luas dimana ternyata ada tautan perasaan satu sama lain diantara para penonton.

Kebiasaan memperhatikan keadaan sekitarnya sering menjadi inspirasi yang memunculkan ide untuk dia wujudkan dalam bentuk film. Memperhatikan perilaku orang, memperhatikan interaksi serta kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari bisa jadi cerita tersendiri. Film pendek pertama yang ia buat dengan Handycam pinjaman temannya terinspirasi dari kejadian seorang temannya yang kehilangan kotak makan siangnya. Film ini dibuat ketika Anggi masih duduk di bangku SMA.

Anggi sangat serius memilih film sebagai jalan hidupnya, jaringan film ia perluas dan dengan aktif mengikuti perkembangan informasi dunia film. Film pendeknya yang ketiga, Hujan Tak Jadi Datang, terpilih untuk masuk program Spectrum Short di Festival Film International Rotterdam. Sedangkan Film panjangnya yang pertama berjudul Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya (Peculiar Vacation and Other Illnesses), berhasil masuk Filmmakers of the Present (Concorso Cineasti del Persente), dalam ajang kompetisi di Festival Film International Locarno ke-65 di Swiss yang berlangsung tanggal 1 – 11 Agustus 2012.

Yoseph Anggi Noen, Filmya menembus Eropa

Film ini bercerita tentang Ning (diperankan oleh Christy Mahanani) seorang perempuan yang merasa tidak pernah dihargai oleh Jarot (Joned Suryatmoko), suaminya yang pengangguran. Komunikasi diantara mereka tidak lancar karena Jarot selalu diam, tidak pernah menanggapi isi hati Ning dan tidak berlaku sebagaimana pantasnya seorang suami.

Perasaan dihargai dan didengar justru didapat Ning dari Mur (Muhammad Abe Baasyin) seorang supir yang baru dikenalnya di tempat kerja Ning yang baru, sebuah toko meubel. Dalam perjalanan dari Jogja menuju Wonosobo untuk mengantar pesanan sofa, Ning banyak mencengar cerita dari Mur yang ternyata seorang “petualang cinta”. Perlahan tapi pasti, Ning jatuh hati pada Mur dan terjadilah perselingkuhan di salah satu penginapan dalam perjalanan. Sementara itu, di rumah, Jarot berusaha untuk menemukan “arti” menjadi seorang suami saat menonton acara “mak comblang” di televisi.

Film ini adalah film Indonesia pertama yang masuk kompetisi Filmmakers of the Present. Anggi bersaing dengan 14 Film maker lainnya untuk memperebutkan penghargaan Pardo D''Oro Cineasti Del Presente sebagai film terbaik. Selain itu, film yang terpilih nanti juga akan mendapatkan CineCinema Special Jury Prize yang akan memastikan film tersebut diputar di CineCinema, kanal televisi khusus film di Prancis.

Program Filmmakers of the Present adalah kompetisi internasional bergengsi yang didedikasikan untuk sutradara baru dari berbagai negara untuk karya film panjang pertama atau kedua mereka. Ajang ini adalah satu dari dua kompetisi utama di Locarno, selain program kompetisi internasional yang akan memperebutkan hadiah utama Golden Leopard.

Anggi, anak pertama dari tiga bersaudara dibesarkan dalam lingkungan keluarga pendidik. Ayah dan ibunya bekerja sebagai guru. Cerita tentang bagaimana kedua orangtuanya di sekolah selalu terdengar menyenangkan baginya. Mungkin inilah yang mendorong Anggi untuk menjadi pengajar mata kuliah Dokumenter di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Banten. Bagi Anggi, mengajar adalah caranya untuk berbagi dan terus belajar. “Dengan mengajar, saya bertemu darah muda, anak-anak generasi baru yang pasti punya cara berbeda mensikapi dunia ini”, ujar penggemar iklan lowongan di Koran ini.

Yoseph Anggi Noen, Filmya menembus Eropa

Temen nan yuk ..!

YpKris
Foto : dari berbagai sumber

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta