Pangeran Paku Wojo Salah Satu Tokoh Dusun Tulung Pundong, Bantul
2

Pangeran Paku Wojo Salah Satu Tokoh Dusun Tulung Pundong, Bantul

Diceritakan oleh sumber setempat bahwa dalam peperangan antarkelompok tersebut Pangeran Paku Wojo mengalami kekalahan sehingga ia harus melarikan diri. Dalam pelariannya itu Pangeran Paku Wojo pernah merasa terganggu oleh datangnya seorang pengemis yang selalu menguntit dan meminta sesuatu kepadanya. Apa yang dilakukan oleh pengermis tersebut di samping membuatnya risih juga membuat tempat persembunyiannya diketahui oleh musuhnya. Hal ini menyebabkan Pangeran Paku Wojo mengeluarkan kutukan. Isi kutukan itu menyebutkan bahwa pengemis dan keturunannya kelak akan tetap menjalani profesi sebagai pengemis, bukan orang yang mandiri. Artinya, hidupnya hanya menggantungkan belas kasihan kepada orang lain.

Pelarian Pangeran Paku Wojo akhirnya sampai pada sebuah anak Sungai Opak. Anak Sungai Opak tersebut ketika itu sedang kering airnya yangd alam bahasa Jawa disebut sebagai asat. Sungai kering itulah yang kemudian dijadikan sebagai sarana jalan bagi pelarian Pangeran Paku Wojo dan kelompoknya. Berdasarkan peristiwa itu Pangeran Paku Wojo kemudian menamakan daerah itu menjadi Dusun Klisat. Istilah klisat ini berasal dari kali asat ’sungai kering’. Dusun ini sampai sekarang masih dapat ditemukan. Letaknya tidak begitu jauh dari Dusun Tulung, Pundong.

Pangeran Paku Wojo Salah Satu Tokoh Dusun Tulung Pundong, Bantul

Pangeran Paku Wojo akhirnya naik dari kali asat tersebut menuju ke sebuah dusun yang kala itu penduduknya masih sangat jarang. Ia kemudian mohon ijin untuk tinggal di dusun tersebut. Ketika ia tinggal di dusun tersebut ia merasa ditolong. Baik ditolong soal pemukimannya, finansialnya, maupun keamanannya. Oleh karena persitiwa itu maka Pangeran paku Wojo kemudian menamai dusun tersebut dengan nama Dusun Tulung.

Berkaitan dengan nama Mbah Bathil yang menjadi nama aliasnya, hal ini pun memuati kisah tersendiri. Ceritanya, pada saat Pangeran Paku Wojo ini singgah atau bersembunyi di dusun yang sekarang dengan Dusun Tulung, ia disarakan untuk mbathili ’memotong rambut secara serampangan’ rambutnya. Hal demikian perlu dilakukan agar musuh yang mencarinya tidak mengenalinya lagi. Pangeran Paku Wojo pun mengikuti saran sesepuhj dusun setempat. Sejak itu pula ia aman dari kejaran musuh-musuhnya. Berdasarkan peristiwa itu Pangeran Paku Wojo kemudian dikenal juga dengan nama Mbah Bathil.

Broto Karno (90) selaku sesepuh Dusun Tulung menyebutkan bahwa pada masa lalu makam ini relatif banyak diziarahi orang. Kini peziarahan tersebut bisa dikatakan sangat berkurang.

Pangeran Paku Wojo Salah Satu Tokoh Dusun Tulung Pundong, Bantul

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta