Monggo Dhahar Gudeg Manggar
Yang dipakai untuk gudeg adalah bunga kelapa yang masih muda. Bisa dikatakan, gudeg manggar khas kuliner dari Kabupaten Bantul, khususnya dari Dusun Mangiran. Terasa di lidah adalah rasa gurih dan manis bercampur sedikit rasa sepet, serta samar-samar berasa sangit. Jadilah rasa unik, yang berbeda dengan gudeg gori.
Gudeg manggar disajikan bersama sayur krecek dan gending ayam
Gudeg identik dengan Yogya sehingga Yogya dijuluki sebagai Kota Gudeg. Namun yang dipahami umum, lazimnya adalah gudeg yang terbuat dari nangka muda atau gori. Padahal Yogya juga punya gudeg jenis lain, yakni gudeg yang terbuat dari manggar. Manggar (bahasa Jawa) atau mayang (bahasa Indonesia) adalah bunga kelapa. Yang dipakai untuk gudeg adalah bunga kelapa yang masih muda. Bisa dikatakan, gudeg manggar khas kuliner dari Kabupaten Bantul, khususnya dari Dusun Mangiran.
Di dusun ini terdapat beberapa warung makan yang menjajakan gudeg manggar. Satu di antaranya adalah Warung Makan Bu Jumilan, yang diembel-embeli kalimat ‘Special Gudeg Manggar’. Warung yang sudah berusia 20 tahun ini (berdiri pada 1992) sekarang dipegang generasi kedua. Setelah Bu Jumilan meninggal, kini pengelolaannya dipegang putrinya, Sumaryani, dan menantunya, Agus Wihartanto.
Rentang waktu ini menunjukkan bahwa penggemar gudeg manggar cukup banyak sehingga warungnya bisa bertahan cukup lama. Begitu juga jika kita melihat banyaknya manggar yang dipakai. Dalam sehari, menurut Agus, warung ini membutuhkan sekitar 15 kg manggar. Ini pada hari biasa. Kalau hari libur atau hari besar, jumlahnya bisa melonjak sampai 30 kg sehari. Pembelinya selain dari daerah sekitar dan dari Yogya, juga dari luar kota.
Siang itu, Sabtu, 19 Januari 2013, Tembi mampir di warung ini. Letaknya di Jl. Srandakan Km 8, Dusun Mangiran, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan. Kalau dari perempatan Pal Bapang, lurus saja ke barat. Warungnya ada di sisi utara jalan.
Sepiring nasi beserta gudeg manggar dan pelengkapnya disajikan bersama segelas air jeruk hangat. Yang dimaksud pelengkap adalah sayur krecek dan tempe, plus sepotong daging ayam. Gudeg manggarnya sendiri, menurut Agus, adalah manggar yang berkuah santan dan rempah, serta potongan-potongan kecil daging ayam. “Biar tambah sedap,” jelasnya.
Manggar yang masih mentah sejatinya berasa sangat sepet, jadi tidak enak dimakan. Barangkali ini kehebatan penemu gudeg manggar –konon adalah Ki Ageng Mangir— yang bisa mengolahnya menjadi makanan nikmat. Menurut Agus, untuk mengurangi rasa sepetnya, manggar dibakar selama 4 jam. Agus memakai kayu sebagai bahan bakarnya. Kemudian manggar dicampur dengan beragam bumbu, antara lain bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, dan gula jawa, ditambah potongan-potongan daging ayam, lantas direbus dengan santan.
Warung Makan Gudeg Manggar Bu Jumilan, sudah bertahan 20 tahun
Saat Tembi menyantap gudeg manggar ini, yang terasa di lidah adalah rasa gurih dan manis bercampur sedikit rasa sepet, serta samar-samar berasa sangit. Jadilah rasa unik, yang berbeda dengan gudeg gori. Rasanya juga lebih tajam dibanding gudeg gori.
Harganya cukup terjangkau. Gudeg manggar dihargai Rp 5.000. Jika ditambah telur dan paha ayam, masing-masing menjadi Rp 6.000 dan Rp 9.000. Sedangkan kalau ditambah kepala dan gending (paha atas) ayam sama-sama dibandrol Rp 12.000. Harga yang paling mahal Rp 17.000, kalau ditambah dada mentok. Minuman yang disediakan sederhana, yakni jeruk, teh, dan kopi.
Seperti juga lazimnya gudeg gori, warung ini menyediakan gudeg kendil yang bisa tahan selama 24 jam. Saat lebaran, banyak pembeli dari Jakarta dan Surabaya yang memesan gudeg kendil ini.
Warung ini buka setiap hari, dari pukul 6 pagi sampai 3 siang. Masalah bagi warung gudeg manggar adalah keterbatasan bahan baku manggar sehingga ada warung gudeg manggar yang tidak bisa buka setiap hari. Untuk mengatasi hal ini, Agus memiliki penyuplai tetap, yang mengambilnya dari pengepul kayu di Kulon Progo, Kebumen, Ponorogo, dan daerah lain. Sekadar informasi, memetik manggar berarti menghentikan kemungkinan tumbuhnya buah kelapa. “Manggar yang diambil berasal dari pohon kelapa yang sudah ditebang,” kata Agus.
Gudeg tak sekadar gori. Ingin mencoba gudeg versi lain? Monggo dhahar gudeg manggar.
Agus Wihartanto. Meneruskan usaha Bu Jumilan melestarikan gudeg manggar
Makan yuk ..!
Barata
Artikel Lainnya :
- 4 Nopember 2010, Kabar Anyar - FESTIVAL SENDRATARI DIY(04/11)
- GADO-GADO dan LOTEK TETEG(10/08)
- JUDUL BUKU(03/02)
- 31 Maret 2010, Perpustakaan(30/03)
- Digitalisasi Manuskrip Warisan Ki Hadjar Dewantara Hampir Rampung(08/01)
- PANCASILA DI LERENG MERAPI(06/06)
- 23 Maret 2010, Djogdja Tempo Doeloe - STASIOEN LEMPOEJANGAN 1887(23/03)
- 5 Februari 2010, Kabar Anyar - YOGYAKARTA UNTUK MAHASISWA ASING(05/02)
- 17 September 2010, Kabar Anyar - LAUNCHING ALBUM SAUNINE DI Tembi(17/09)
- PAKULINAN IKU KODRAT SING KAPINDHO(03/05)