Tembi

Makanyuk»GADO GADO dan LOTEK TETEG

10 Aug 2009 09:02:00

Makan yuk ..!

GADO-GADO & LOTEK TETEG

Salah satu menu yang banyak dijumpai di Yogya adalah lotek. Ada satu pionirnya yang masih bertahan hingga sekarang, yakni lotek Teteg di jalan Argolobang, dekat Lempuyangan dan Baciro. Disebut teteg karena awalnya warung ini terletak dekat teteg sepur.

Loteknya bersayurkan daun bayam, kacang panjang, timun, seledri dan sebagainya, plus krupuk, ketupat dan air asem. Rasanya memang enak dan khas. Ada campuran rasa manis dan asem.

Menu lain yang lazimnya menjadi pasangan abadi adalah gado-gado. Bersayurkan sledri, tauge, selada, dansebagainya, plus telur rebus separuh, emping, kentang dan krupuk, serta sambal di tepi piring. Tentu, seperti juga lotek, dengan bumbu kacang yang melimpah. Rasanya enak. Manis dan gurih. Gado-gado warung ini, kata Bu Siti (65 th) --pemilik dan pendirinya—diramu dengan santan.

Kombinasi racikan lotek dan gado-gado Bu Siti cukup untuk membentuk cita rasa tanpa menggunakan vetsin. Pembelinya terus berdatangan sejak ia berjualan kedua menu ini pada tahun 1975. Menurut Mbak Upik (44 th), putri Bu Siti, warung ini memerlukan sekitar satu kuintalkacang dalam tiga hari. Sedangkan masing-masing sayurnya sekitar 30 kg per harinya. Sedangkan jumlah ketupat, ia tidak tahu persis, tapi per harinya ia membelanjakan sekitar Rp 150.000 untuk ketupat.

Kepiawaian Bu Siti memasak sebenarnya tidak mengherankan jika dirunut turun-temurun. Menurut Bu Siti, ayahnya, Pawiro Minarso, juga membuka warung makan di Ngupasan. Kakeknya malah punya restoran kondang pada zaman Belanda, ‘Estela’, juga di Ngupasan. Banyak sinyo dan noni yang menjadi pelanggan kuliner Jawanya.

Pak Untung, mertua Bu Siti juga membuka warung makan chinese food ‘Menco’ di jalan Argolobang, dekat perempatan Lempuyangan. Pada tahun 1970an warung ini cukup ramai. Sayang pada tahun 1980an, warung ini tutup karena tidak ada penerusnya.

Bu Siti menuturkan, ia membuka warung makannya pada tahun 1968 di sebelah ‘Menco’. Sajiannya berganti-ganti dari soto sampai gudeg. Sampai suatu kali Bu Siti membeli lotek. Ia terkesan dengan segarnya lotektersebut. Selang berapa lama kemudian, ia mencoba membuat lotek, dan membagi-bagikannya kepada tetangga. Komentar mereka positif, malah salah seorang memintanya untuk mempertahankan rasa lotek buatannya ini. Maka Bu Siti pun beralih jualan lotek, bersama gado-gado dan rujak pada tahun 1975. Lotek dan gado-gadonya ternyata laris. Harganya waktu itu mungkin membuat kita tersenyum, Rp 25 sehingga loteknya juga dikenal dengan istilah ‘lotek 25’.

Jadilah Bu Siti terus berjualan lotek dan gado-gado. Pada tahun 1998, warungnya pindah ke tempat yang sekarang, menyeberang agak ke timur. Jika Anda dari perempatanLempuyangan, melewati bawah jembatan layang, lurus saja ke timur sekitar 200 meter, ikuti papan penunjuk ke kiri, dan sampailah Anda di sebuah halaman luas tempat warung ini berada. Di sini terdapat tempat lesehan serta meja dan kursi, dengan kapasitas sekitar 30-40 orang.

Seandainya Anda datang beramai-ramai sebanyak 40 orang jangan kaget jika pesanan lotek Anda dibuat sekaligus dalam satu cowek. Ya, cowekdi sini berdiameter 80 cm, dan menurut Mbak Upik, mampu membuat 40 piring lotek sekaligus. Jika Anda memesan 10 atau 20 porsi, ya sejumlah itu langsung dibuat di atas cowek ini. Dengan begitu, lotek ”tidak pakai lama” menjadi salah satu kelebihan warung ini.

Kelebihan lainnya, juga dalam artian letterlijk, adalah porsi lotek dan gado-gadonya yang banyak, lebih banyak dibanding porsi umumnya. Ditanggung kenyang atau malah kekenyangan.

Sejak tahun 2004, Bu Siti mulai melepas usaha keluarga ini ke tangan Mbak Upik, yang juga sarjana ekonomi dari STIE YKPN. Namun Bu Siti tetap berkiprah. Ia tetap bangun pukul empat pagi, dan menyiapkan santan. Juga ikut mengiris sayuran.

Warung lotek dan gado-gado Teteg buka mulai pukul 8 pagi. Biasanya pukul 4-5 sore sudah tutup. Harga sepiring lotek atau gado-gado Rp 8.000. Untuk seporsi ukuran jumbo, harga ini tidak mahal. Anda bisa datang beramai-ramai tanpa khawatir “sabar menanti”, dan menikmati sebuah santapan enak dan sehat.

a. barata




Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta